ManadoPost Online, Senin, 14 Oktober 2002
Teroris Serang Sulut
MANADO- Bali berdarah, Manado geger. Tapi, Wapres Hamzah Haz tetap
mati-matian membantah bahwa tak ada teroris di Indonesia. Nyatanya, teroris sudah
tiba di Manado. Buktinya, Sabtu (12/10) pukul 18:50 wita malam lalu, teroris berhasil
meledakkan pintu gerbang dan pos Satpam Kantor Konsul Jenderal (Konjen) Filipina
yang beralamat di Jalan Tikala Nomor 9, Manado.
Ya, Sulut yang kita bangga-banggakan sebagai daerah paling aman di tanah air mulai
disusupi para teroris. Konjen Philipina di Manado, Mr Reynaldi Martines sudah
melontarkan itu, saat ditanya wartawan usai kejadian di kantornya. ''Itu perbuatan
teroris,'' tegas Martines yang saat kejadian sedang beribadah di gereja. ''Entah
masalah politik atau Abu Sayaf, yang pasti Manado sudah dimasuki teroris,'' ujar
Martines didampingi staf Administrasi Konjen Philipina, Ceasar Balarbar.
Bukan suatu kebetulan pula jika saat pengeboman, Martines sedang merayakan
ulang tahun yang ke-64. Dia yakin itu sudah direncanakan.
Meski begitu, Martines menjamin, peristiwa pengeboman ini tidak akan mengganggu
hubungan diplomatik Philipina dengan Indonesia, apalagi Sulut. Dia menjamin itu
dengan tetap membuka pelayanan Konjen kepada warga yang berkepentingan. ''Tidak
akan ditutup. Tetap melayani, tapi kami minta maaf, kami harus lebih meningkatkan
kewaspadaan,'' tegasnya.
Laporan Martines kepada Duta Besar Philipina di Jakarta dan Menteri Luar Negeri
Philipina di Manila, ikut meyakinkan Manila bahwa tindakan ekstrimis ini tidak terkait
dengan kebijakan pemerintah Philipina untuk memulangkan para pengungsi dan
penduduk Satal yang berada di negaranya.
Dari Jakarta dilaporkan, Kahumas Mabes Polri Irjen Saleh Saaf mengatakan kalau
ledakan bom di Manado itu bukti bahwa jaringan teroris di Indonesia sedang
mengincar beberapa daerah. ''Tapi, kita belum bisa memastikan hubungan bom di
Manado dengan di Bali,'' kata Saleh Saaf kepada wartawan Manado Post di Jakarta,
Djaya Dicky Tasiam dan Feryando Lamaluta tadi malam.(beritanya di bagian lain
halaman ini).
Sementara itu, akibat ledakan yang terdengar sampai radius satu kilometer itu,
gerbang yang terbuat dari besi roboh seketika. Satu bagianya terlepad dan terlempar
hingga ke jalan raya. Kaca jendela kantor perwakilan pemerintah Filipina di daerah ini
juga berantakan. Beruntung, ledakan itu tak merengut korban jiwa. Seorang Satpam,
Son Mamentu yang bertugas malam itu, saat ledakan sedang berada di bagian
belakang gedung Konjen. Son, menurut pengakuannya, saat itu sedang berada di
belakangan gedung. Dia melakukan pemeriksaan rutin sebelum pergantian jaga.
Sejumlah saksi mata di lokasi kejadian mengungkapkan, beberapa detik setelah
ledakan, sempat melihat seorang pria yang diduga kuat sebagai pelaku. Warga
langsung curiga karena di bagian paha kanan pria yang saat itu mengenakan kaos
warna putih tampak berdarah.
''Sayang, dia keburu kabur,'' ujar Kapolresta Manado AKBP Hengky Kaluwara kepada
wartawan di lokasi kejadian. (Selengkapnya di halaman Politik & Kemasyarakatan
dan Hukum & Kriminal).
Sumber-sumber Manado Post di lokasi kejadian menyebutkan, bom diperkirakan
memiliki kekuatan cukup dasyat itu, adalah jenis rakitan.
Ada yang menyebut, bom itu dibungkus selembar handuk, lalu diletakan tergantung di
bagian belakang pintu besi. Tapi, ada juga yang menyebut, bom diletakan pada
sebuah kotak yang bias meledak lewat pengaturan waktu.
Bukti dahsyatnya ledakan itu, selain terdengar dalam radius jauh, juga mampu
merobohkan pagar besi setinggi dua setengah meter. Sementara getaran yang
dihasilkan, menurut warga di sekitar lokasi, mencapai radius 300 meter.
Menurut Son Mamentu, satpam Konjen, selama dua tahun bekerja di tempat itu, dia
tidak pernah mengalami kejadian yang mencurigakan. Hari itu, sekitar pukul 13.00
Wita, Son mengaku menerima telepon yang menyebut berasal dari Agus Electric,
menanyakan lokasi perayaan HUT konjen Philipina.
Salah seorang saksi yang paling dekat dengan kejadian adalah Opin. Pembantu
rumah tangga keluarga yang rumahnya bersebelahan dengan gedung Konjen itu
menuturkan, ketika mendengar bunyi ledakan, dia sedang berada di bagian belakang
rumah. Nalurinya langsung mengiring Opin keluar melongok jalan. Saat itu kata opin,
dia melihat seorang pria yang berdiri persis di dekat lokasi. ''Kita sempat tanya, ada
bom itu kang Om? Mar dia cuma bilang iyo stou, kita kwa cuma ada menyeberang
jalan,'' ujar Opin menirukan jawaban pria tersebut. Masih kata Opin, pria berbadan
tegap berkaos putih itu tanpa merasa takut terlihat mengorek-ngorek bekas ledakan
yang dipenuhi serpihan handuk.
Namun, sejurus kemudian, dengan wajah tanpa dosa, pria itu langsung meninggalkan
lokasi.
Pria yang kini menjadi buronan utama Polresta Manado itu, saat di ujung jalan Tikala,
sempat dihentikan dua pertugas Polantas dari Polresta Manado yang secara
bersamaan juga sedang menuju lokasi, mengecek apa sebetulnya yang terjadi. Salah
satu petugas bernama Jeffrey, sempat menanyakan mengenai ledakan dan luka baru
di bagian paha kanannya. Mungkin karena pembawannya tenang, kedua polantas itu
tidak terlalu peduli sehingga pria tersebut bebas berlalu begitu saja.(dla)
Risbang © Copyright 1996, MANADO POST Online
|