ManadoPost Online, Kamis, 17 Oktober 2002
Terungkap, Ba'asir Terkait Link Al Qaedah
JAKARTA- Ternyata tidak hanya Menhan Matori Abdul Jalil yang menuding Al
Qaedah terlibat peledakan bom di Legian Bali. Menko Polkam Susilo Bambang
Yudhoyono juga punya pendapat serupa. Usai bertemu Menlu Australia Alexander
Downer di kantornya kemarin, Yudhoyono, menyatakan, pemerintah sulit untuk tidak
percaya bahwa Jama'ah Islamiah (JI) sebagai jaringan teroris internasional seperti
halnya yang diyakini negara-negara lain dan PBB.
Karena itu, kata Yudhoyono, kalau nanti ada kaitan atau indikasi bahwa pemimpin JI
di Indonesia terlibat dalam aksi terorisme di Bali, tentu akan diambil langkah hukum.
Seperti diketahui, para pemimpin JI yang kini ada di Indonesia tidak lain adalah Abu
Bakar Ba'asyir. Yudhoyono sendiri membenarkan bahwa Ba'asyir bersama dengan
almarhum Abdullah Sungkar merupakan pimpinan JI yang menurutnya beroperasi di
Malaysia dan Singapura. Kedua tokoh Islam itu, membangun JI bersama dengan
Hambali yang kini menjadi buron setelah peristiwa 11 September 2001 di WTC
Amerika Serikat.
Kendati demikian, pemerintah tampaknya tidak akan gegabah menangkap Ba'asyir.
Aparat keamanan Indonesia, menurut menteri asal Pacitan itu, sedang
mengumpulkan bukti-bukti di Malaysia dan Singapura. Selain itu, juga menunggu
hasil laporan tim investigasi yang dikirim ke Pakistan, yang akan kembali ke
Indonesia dalam 2 atau 3 hari ini.
Menurut Yudhoyono, dari hasil investigasi itulah, akan diketahui apa kaitan Al Qaeda
dengan aksi terorisme, apa kaitan Ba'asyir, dan apa kaitanya dengan Umar Al Faruq.
''Kalau ada indikasi kuat, bukti kuat keterlibatan orang Indonesia dengan terorisme
internasional, kita akan mengambil tindakan . Ini adalah kewajiban dan tugas negara,''
tandas Yudhoyono.
Di tempat yang sama, Alexander Downer menyatakan bahwa Ba'asyir mempunyai
imej yang buruk di Australia dan Amerika Serikat. Karena Ba'asyir pernah
mengancam kedubes Australia, Inggris dan Amerika Serikat. Selain itu, lanjutnya,
pengasuh Ponpes Ngruki Solo itu juga mempunyai pengalaman buruk di Singapura.
''Kalau memang ada bukti untuk mengungkap pelakunya, seharusnya ditangkap dan
dibawa ke pengadilan,'' ujar Downer.
Meski sangat yakin keterlibatan Ba'asyir sebagai pimpinan JI terkait dengan Al
Qaedah, Downer yang kemarin juga menemui Presiden Megawati Soekarnoputri dan
Menlu Hasan Wirayudha, mengaku belum mempunyai bukti keterlibatan Ba'asyir
pada peledakkan di Bali yang menewaskan lebih dari 180 orang itu.
Tapi, Downer mengakui bahwa Al Qaedah dan JI terlibat. Tapi dia menolak kalau ada
yang menuding Amerika Serikat, CIA dan TNI yang bertanggung jawab pada
peledakkan di Legian Bali. ''Adalah bodoh kalau menuding AS, CIA dan TNI.''
Tapi untuk menuding Ba'asyir terlibat, Downer mengaku masih menunggu hasil
penyelidikan. ''Saya tak mau mengaitkan itu (JI dan Baasyir) dengan apa yang sudah
dipublikasikan di Indonesia. Kami menunggu hasil penyelidikan yang sedang
dilakukan,'' kata Downer dalam pernyataannya terpisah usai menemui Presiden
Megawati di Istana Negara, kemarin.
Menurut Downer, dirinya hanya memperhatikan gerakan JI yang berkembang di
Asean dan malang melintang di Filipina. ''Soal keterlibatan aksi di Indonesia, kami
masih tunggu aparat,'' tegasnya.
Sementara itu, perihal penangkapan Abu Bakar Ba'asyir, Kabahumas Mabes Polri,
Irjen Pol Saleh Saaf membantah dalam waktu dekat akan menangkapnya. Saleh juga
membantah kalau Polisi akan memanggil Ba'asyir. "Selama ini dia datang sendiri,
kita belum memanggil," ungkapnya kepada wartawan di ruangannya.
Penangkapan Ba'asyir, menurut Saleh akan tergantung pada masukan dari Amerika.
Maksudnya? "Kita akan menunggu tim Mabes Polri yang dikirim ke Amerika untuk
menyelidiki kasus Al Faruq. Kita tunggu pak Aryanto (Direktur Pidana Umum Mabes
Polri, Red) kembali ke tanah air," ungkap Saleh.
Saleh juga tidak menjelaskan sampai sejauh mana tim yang dikirim ke Amerika
bekerja. "Kita tidak bisa mempublikasi hal tersebut," kilahnya. Saleh juga enggan
mengatakan kapan Aryanto akan kembali ke tanah air. "Nanti pulangnya dicegat,"
imbuhnya.
Ba'asyir: Siap Ditangkap
Lalu bagaimana dengan sikap Ba'asyir? Ditemui usai mendaftarkan gugatannya di PN
Jaksel, Ba'asyir mengaku belum mendengar perintah penangkapan. Kalau pun mau
ditangkap, pengasuh pesantren Al-Mukmin Ngruki Solo itu memberikan persyaratan
harus disertai sejumlah alat bukti keterlibatan dalam sejumlah aksi teroris yang
dituduhkan.
Soal keterkaitan Ba'asyir dengan Jamaah Islamiah, dia menyebut itu merupakan
rekayasa. Menurutnya, jamaah Islamiah itu dianggapnya tidak ada. ''Itu hanya
rekayasa. Mereka memang piawai bikin rekayasa seolah-olah ada Al-Qaidah ada di
Asia Tenggara. Targetnya jelas, menggiring umat Islam untuk kemudian diringkus,''
kata Ba'asyir dengan nada tenang.
Ba'asyir juga membantah keterkaitan lembaganya, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI),
dengan Jamaah Islamiah apalagi dengan Al-Qaidah. Sebab itu mengaitkan dirinya
dengan peledakan bom di Legian itu tidak mendasar. ''Semuanya harus didasarkan
bukti yang kuat,'' ujarnya. Lalu bagaimana dengan tudingan Menhan Matori Abdul
Djalil bahwa Al-Qaidah ada di balik teror bom di Bali?
Ustad yang selalu berpakaian serba putih itu hanya menjawab enteng,'' Matori hanya
ngomong tanpa bukti. Tanpa fakta. Mungkin saja itu informasi pesanan, dan mungkin
lagi ada yang membayar. Sehingga, semua tuduhan itu adalah palsu.''
Karena tak ada kaitannya, lanjut Ba'asyir, MMI tak akan mengambil langkah
pembubaran seperti yang dilakukan Laskar Jihad. Yang terjadi justru sebaliknya,
Baasyir bakal semakin menguatkan organisasinya di tengah tudingan yang
menyudutkannya. ''Kita akan berjuang terus dengan seizin Allah sampai syariat Islam
menjadi hukum positif di Indonesia,'' katanya dengan nada tinggi. (lex/dja/nur/agm)
Risbang © Copyright 1996, MANADO POST Online
|