Media Indonesia, Selasa, 1 Oktober 2002
Ribuan Pengungsi Halmahera Telantar
TERNATE (Media): Ribuan pengungsi muslim dan kristiani, korban kerusuhan Maluku
Utara, yang dipulangkan ke daerah asalnya di Pulau Halmahera, kembali menjadi
pengungsi di desanya masing-masing, karena rumah-rumah mereka yang rusak
terbakar akibat konflik, sampai saat ini belum dibangun.
Kondisi kesehatan, makan, dan tempat tinggal sementara para pengungsi, menurut
laporan Antara, kemarin, cukup memprihatinkan. Rumah yang dijanjikan pemerintah
belum dibangun, sehingga mereka terpaksa tinggal di bawah tenda-tenda bantuan
Departemen Sosial (Depsos).
Di Desa Gorua-Popilo, Kecamatan Tobelo, dan Desa Duma Soatobaru, Kecamatan
Galela, misalnya, para pengungsi mendirikan tenda-tenda di atas puing-puing yang
ditinggalkan pada saat pecah konflik antarkelompok di Halmahera itu.
Pemprov Maluku Utara dan Dinas Sosial setempat terkesan hanya mengejar target
yang ditentukan oleh pemerintah pusat. Pemulangan terakhir yang dilakukan oleh
Pemprov Maluku Utara pada 20 September 2002 lalu dari Kecamatan Tobelo ke Desa
Soatobaru Kecamatan Galela (Halmahera) sebanyak 1.313 jiwa atau 345 kepala
keluarga (KK), dan dari Kecamatan Tobelo ke Desa Ruko sebanyak 138 jiwa.
Sementara 816 KK pengungsi kristiani di Desa Fidah, Kecamatan Gane Timur,
hingga saat ini belum ditanggulangi.
Beberapa pengungsi yang ditemui di Desa Gurua, Popilo (Tobelo) dan di Desa
Soatobaru, Kecamatan Galela mengatakan, mereka semula dijanjikan oleh Depsos
akan disediakan rumah tipe 36, ternyata sampai tiba di lokasi, mereka ditempatkan di
tenda-tenda yang didirikan di bekas permukiman yang terbakar itu.
"Para kontraktor yang memenangkan tender rumah-rumah pengungsi belum terlihat,"
tutur Yohanis Biti, pengungsi Desa Saotibaru-Galela.
Menurut dia, sebagian pengungsi muslim asal Halmahera masih bertahan di Kota
Ternate, karena masih mempersoalkan bantuan dana lauk-pauk dari pemerintah pusat
yang diduga diselewengkan oleh pengelolanya.
"Dana pengungsi yang dipersoalkan berbagai kalangan di Maluku Utara, termasuk
masyarakat pengungsi itu mencapai Rp79 miliar lebih," tambahnya.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Maluku Utara M Helmi menjelaskan, pihaknya telah
memulangkan 8.365 jiwa atau sekitar 2.048 KK pengungsi muslim dan kristiani ke
daerah asalnya di Pulau Halmahera-Morotai-Bacan dan Kepulauan Obi (Maluku
Utara).
Program pemulangan pengungsi Maluku Utara selain ditunjang oleh dana bantuan
dana pemerintah pusat sebesar Rp54 miliar serta bantuan APBD I Provinsi Maluku
Utara Rp15 miliar.
"Sistem pemulangan pengungsi Maluku Utara, yakni pengungsi muslim di Ternate
keluar, pengungsi kristiani di Sulawesi Utara masuk Ternate, muslim Kecamatan
Tobelo-Galela masuk, pengungsi kristiani Tobelo keluar," katanya.
Helmi menjelaskan, langkah dan sistem yang diterapkan oleh pemda setempat itu,
lanjut Kadis Sosial Maluku Utara, dimaksudkan untuk menghindari terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan maupun saling tuntut di antara pengungsi.
Hampir setiap hari terjadi pemulangan pengungsi, menyusul semakin kondusifnya
situasi keamanan di daerah bekas konflik itu.
Menurut dia, warga yang mengungsi akibat pertikaian tersebut tercatat 18.361 KK -
54.749 jiwa, 6.000 KK di antaranya mengungsi ke Manado dan Bitung (Sulawesi
Utara). (Ant/N-2)
Copyright © 1999-2002 Media Indonesia. All rights reserved.
|