Media Indonesia, Kamis, 10 Oktober 2002
Bom Meledak di Ambon, Empat Luka
AMBON (media): Sebuah bom meledak di Pasar Batu Gantung, Wainitu, Ambon,
kemarin sekitar pukul O8.20 WIT. Akibat ledakan itu, dua anggota TNI dan dua warga
sipil menderita luka parah.
Anggota TNI yang luka adalah Serda Adi Saputra dan Pratu Parhan Taufik dari
Kesatuan Yonif 741 Udayana, Bali. Mereka terkena serpihan bom di bagian kepala
dan paha.
Sedangkan dua warga sipil yang luka akibat ledakan itu masing-masing Wenan
Rahakbau, 32, terkena serpihan bom dibagian kaki dan dada, sedangkan Agustinus
Pattiasina, 40, terkena serpihan bom di bagian kaki dan leher. Kedua korban kini
dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Haulussy, Kudamati,
Ambon.
Akibat ledakan itu pula, dua warga lainnya, Franky Hakubun, 35, dan Kristian
Mustamu, 26, yang berada tidak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP) tertabrak
mobil saat lari akibat panik.
Keterangan yang dihimpun Media di TKP menyebutkan, bom yang terbungkus tas
plastik hitam itu diletakkan orang tidak dikenal di pusat keramaian pasar, dekat kios
pedagang milik Sallo Latuperissa.
Sekitar pukul O8.00 WIT, Sallo mencurigai tas plastik hitam yang tergeletak di dekat
kios dagangannya. Pedagang sayuran itu kemudian melaporkan hal tersebut kepada
aparat Yonif 741 Udayana yang bertugas tidak jauh dari pasar.
Atas laporan tersebut, Prada Supriadi bersama beberapa rekannya langsung
mendatangi TKP. Bungkusan itu langsung dipindahkan sekitar 45 meter dari posisi
semula dan diletakan di atas trotoar, di depan pos Kompi D Yonif 741. Setelah itu
bungkusan langsung dibuka aparat, dan ternyata di dalamnya terdapat satu bom aktif.
Aparat keamanan langsung menyingkir dan meminta warga untuk menjauh, sambil
menunggu kedatangan aparat Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Polda Maluku.
Tapi sebelum personel Jihandak tiba, bom itu keburu meledak, dan serpihannya
melukai dua anggota TNI dan dua warga sipil yang berada di sekitar lokasi.
Sejumlah saksi mata di TKP menyebutkan, sebelum Sallo menemukan bungkusan
bom, seorang pria berpostur tinggi, berambut gondrong, dan memakai dua anting di
telinga kiri, pada dini hari sempat berkeliaran di tengah Pasar Batu Gantung. Mereka
melihat pria itu meletakkan bungkusan tas plastik hitam di dekat meja dagangan milik
Sallo.
Kapolda Maluku Brigjen Soenarko Danu Ardianto mengutuk aksi teror bom di
keramaian pasar itu. Namun, ia sempat bersyukur karena bom misterius itu lebih
dahulu ditemukan sebelum meledak.
Soenarko juga menyampaikan terima kasih kepada warga yang cepat melapor ke pos
keamanan terdekat. Prada Supriadi yang pertama kali berinisiatif memindahkan bom
dari tengah pasar juga turut diacungi jempol.
Kapolda mengaku tidak bisa membayangkan bila bom itu meledak di tengah pasar
dan tidak sempat diketahui warga maupun aparat keamanan. ''Bisa dibayangkan,
korbannya pasti seperti yang terjadi di Jl Yaan Pays pada 3 April lalu, yang
menewaskan puluhan warga,'' ujar Kapolda.
Dia belum bisa memastikan motif dan siapa pelaku kasus itu. Saat ini Polda masih
meminta keterangan Sallo, saksi yang pertama kali melihat bom itu.
Situasi Kota Ambon dilaporkan tidak terpengaruh oleh ledakan bom itu. Hal itu terlihat
dari arus transportasi darat dan laut yang berjalan seperti biasa.
Dengan terjadinya peristiwa kemarin, maka sudah empat kali bom meledak
pasca-Perjanjian Malino II, namun hingga kini kasusnya belum terungkap.
Sebelumnya bom meledak di Jl Jaan Pays, Ambon, pada 3 April 2002, yang
menewaskan puluhan warga sipil. Setelah itu ledakan bom di Jl Mutiara, kawasan
Mardika, pada 27 Juli, yang menewaskan seorang warga dan mencederai 35 warga
sipil. Sedangkan yang ketiga, bom meledak di Tribun Lapangan Merdeka, Ambon,
pada 5 September yang menewaskan empat warga sipil.
Berkaitan dengan itu, Kapolri Jenderal Da'i Bachtiar menyatakan bahwa peristiwa
tersebut menunjukkan masih adanya orang atau kelompok di Ambon yang ingin
memancing atau memprovokasi masyarakat di tengah situasi yang sudah kondusif.
''Itulah masalahnya. Sudah suasana kondusif, tapi masih ada saja orang atau
kelompok yang memancing atau memberi provokasi terhadap masyarakat dengan
meletakkan bahan peledak,'' kata Kapolri usai menghadiri Rapat Koordinasi
Perencanaan Pembangunan Bidang Keamanan Laut, di Gedung Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta Pusat, kemarin.
Kapolri juga mengatakan, dengan ditemukannya bahan peledak di Ambon, saat
situasi mulai kondusif, semakin menjadi tantangan bagi aparat untuk segera dapat
menemukan pelakunya. (HJ/RG/N-3)
Copyright © 1999-2002 Media Indonesia. All rights reserved.
|