Media Indonesia, Kamis, 19 September 2002 10:19 WIB
Istri Umar Al-Faruq Kaget Suaminya Dituduh Teroris
CIJERUK, BOGOR--MIOL: Ny Mira Agustina, 24, mengaku kebingungan karena
suaminya, Umar Al-Faruq, ditangkap oleh petugas berpakaian preman sejak 5 Juni
lalu di kawasan Baranangsiang, kota Bogor.
"Saya kaget karena suami saya dituduh terlibat jaringan Al-Qaeda," kata Ny Mira
kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, Kampung Cijambu RT 002/01 No.85,
desa Cisalada, Kec Cijeruk, Kabupaten Bogor, Rabu.
Apalagi saat petugas datang menggeledah rumahnya, kata Ny Mira, mereka
menyebut-nyebut bahwa suaminya, Umar Al-Faruq, terlibat narkoba dan pemalsu
paspor dan pelaku pengeboman pada malam Natal tahun 2000 di Jakarta. "Yang
jelas, suami saya adalah korban kambing hitam dari kelompok tertentu," katanya
menambahkan.
Umar Al-Faruq dituding Amerika Serikat sebagai wakil tertinggi jaringan Al-Qaeda
pimpinan Usamah bin Ladin, seperti ditulis Majalah
Time yang edisi internetnya dapat diaskes.
Dalam laporan Time edisi internet 15 September itu, Umar Al-Faruq yang dituduh
teroris --seperti tudingan AS yang selalu menyebut jaringan Al-Qaeda sebagai
organisasi teroris-- adalah warga Kuwait. Ia ditangkap pada 5 Juni 2002 oleh Dinas
Intelijen AS (CIA).
Pria berusia 31 tahun itulah yang kabarnya mengungkap rencana penyerangan
sejumlah fasilitas AS di Asia Tenggara pada 11 September 2002 dan majalah terbitan
AS itu menulis panjang lebar tentang aktivitas Al-Faruq berdasarkan data rahasia CIA.
Namun, ikhwal status kewarganegaraan Umar Al-Faruq yang disebut Time sebagai
warga Kuwait itu, dibantah oleh Dubes Kuwait untuk Indonesia, Jamal Mubaraq, hari
Rabu di Jakarta.
"Faruq bukanlah warga negara Kuwait. Hal itu dibesar-besarkan pers Amerika," kata
Jamal Mubaraq usai mengantar beberapa anggota parlemen Kuwait menemui
Presiden Megawati Soekarnoputri.
Selain laporan Time itu, pers Barat juga menyebutkan bahwa Umar Al-Faruq pernah
dua kali, yakni tahun 1999 dan 2001, dalam percobaan pembunuhan atas Presiden
Megawati.
Atas tuduhan-tuduhan tersebut, Mira Agustina, perempuan kelahiran Jakarta 31 Maret
1978 itu jelas-jelas membantahnya, karena pada saat terjadi teror bom di malam
Natal (2002) maupun peristiwa 11 September, suaminya berada di Bogor bersama
dirinya.
Dari internet
Ia juga mengungkapkan, berdasarkan akta kelahiran dan KTP (kartu tanda penduduk),
suaminya bernama Mahmud bin Ahmad Assegaf, kelahiran Ambon, 24 Mei 1971.
Oleh ayah Mira Agustina yang bernama Haris Fadillah, ia diperkenalkan pada
Mahmud alias Umar Al-Faruq dan pada tanggal 26 Juli 1999 ia dinikahkan langsung
oleh ayahnya.
Dari hasil pernikahannya dengan Umar Al-Faruq, ia dikarunai dua orang putri yang
masing-masing bernama Al-Choliah (2,5) dan Al-Hanun (1,5) dan karena
kedekatannya dengan putri keduanya itu sang ayah dipanggil dengan sebutan 'Abi'.
Mengenai kisah hari-hari terakhir bersama Umar Al-Faruq, sebelum akhirnya
mendapat kabar dari suami adik ayahnya yang bermukim di Swedia bahwa suaminya
ditangkap, ia menjelaskan bahwa tanggal 26 Mei 2002 suaminya mengantarkan
dirinya ke Tanjung Pinang.
Rencananya, mereka akan meneruskan perjalanan ke Malaysia untuk mengunjungi
salah satu bibi Mira yang sudah menjadi warga negara Malaysia, sehingga untuk
kepentingan itulah kemudian suaminya kembali ke Bogor untuk mengambil paspor.
Kontak terakhir dengan suaminya adalah pada 5 Juni 2002 lewat telepon seluler yang
mengabarkan Umar Al-Faruq dalam perjalanan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju
Bogor dan sejak itu pula ia kehilangan kontak dengan suaminya, sampai ada kabar
bahwa suaminya di tahan di Kuba, namun menurut laporan Time ia diinterogasi CIA
secara rahasia di Afghanistan.
"Saya mengetahui tentang suami saya dari internet, yang menyebut-nyebut bahwa
suami saya terlibat teroris jaringan Al-Qaidah dan oleh petugas dibawa ke Jakarta,
selanjutnya dibawa ke Malaysia hingga kini ditahan di Afganistan oleh tentara
Amerika," katanya dan menambahkan bahwa berdasarkan dugaannya kini suaminya
berada di AS.
"Saya mau lapor ke polisi untuk mencari tahu keberadaan suami saya, tapi kedua
anak saya yang masih kecil-kecil tak bisa ditinggal ", katanya.
Ia sendiri hingga kini masih tidak percaya kalau suaminya itu anggota teroris. Sebab
sejak pernikahan dengan Umar Al-Faruq, 34, di Ambon pada tahun 1999 hingga kini
berada di Bogor, setiap hari suaminya berjualan pakaian dan mengajar mengaji.
Sementara itu, Ny Oman ibu kandung Mira mengatakan, saat terjadi penangkapan
terhadap Omar, rumah (rumah milik Ny Oman) yang terletak di Desa Cisalada,
Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor juga didatangi oleh belasan petugas .
Para petugas itu masuk ke dalam rumah tanpa disertai surat penggeledahan dan
mengacak-acak lemari pakaian di dalam kamar menantunya hingga kemudian Umar
Al-Faruq ditangkap ketika turun dari sebuah bus di daerah Baranangsiang, Bogor
pada 5 Juni lalu.
Sedangkan Engkus, 55, Ketua RW 01 Desa Cisalada yang ditemui terpisah,
mengatakan, pada tanggal 5 Juni dinihari sekitar pukul 01.00 WIB, ada dua orang
berpakaian preman yang mengaku dari Imigrasi, minta diantar ke rumah Umar
Al-faruq yang sehari-harinya dipanggil Abu di Desa Cisalada.
Saat diantarkan ke rumah Ny Oman, tempat kediaman Umar Al-Faruq bersama
istrinya dan dua anaknya, ternyata rumah Ny Oman sudah dikepung oleh belasan
orang berpakaian preman. Katanya, Umar terlibat pemalsuan paspor dan narkoba.
Kedua orang itu juga mengatakan bahwa operasi tersebut dipimpin oleh seorang
perwira tinggi berbintang satu. Warga sekitar menduga orang-orang berbadan tegap
dan berpakaian preman itu adalah petugas Interpol.
Namun, menurut Republika (18/9), ketika dikonfirmasi ke Sekretaris Interpol Mabes
Polri Brigjen Pol Dadang Garnida, pihaknya belum pernah mengetahui sama sekali
ada jaringan Al-Qaeda tertangkap.
"Gila itu, kalau tertangkap pasti kami mengetahui dong," katanya dan menambahkan
bahwa bagaimanapun CIA tidak bisa begitu saja menangkap orang yang bukan dari
wilayah hukumnya.
Sementara itu, pengamat intelijen Dr AC Manullang mengatakan, pengakuan Al-Faruq
yang ditulis Time perlu dicermati. Tidak tertutup kemungkinan, informasi tersebut
hanyalah dummy intellegent information (berita bohong) untuk mencapai tujuan
tertentu. (Ant/Ol-01)
Copyright © 1999-2002 Media Indonesia. All rights reserved.
|