Penangkapan Dua Warga Asing Dikhawatirkan Jadi Dalih Untuk
Menutup Wilayah Aceh
Hilversum, Rabu 18 September 2002 14:50 UTC
Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Inggris minta supaya Lembaga Bantuan Hukum
Banda Aceh mendampingi Lesley McCulloh dan Joy Lee Sadler, dua wanita asing
yang ditahan Polda Aceh dalam kasus penyalahgunaan visa. LBH Banda Aceh telah
menyatakan siap membantu dan mendampingi dua perempuan ini yang ditangkap di
Aceh Selatan tiga hari lalu. Hari ini mereka diperiksa Polda Aceh atas dakwaan
melanggar Undang Undang Keimigrasian Pasal 50 seputar penyalahgunaan visa
kunjungan singkat, dengan ancaman hukuman penjara maksimal lima tahun atau
denda sebesar 25 juta Rupiah. Penerjemah mereka, Fitra Amin, berstatus saksi dan
juga masih berada di Kantor Polda di Banda Aceh.
Ketiganya ditangkap di Aceh Selatan, yang tingkat kekerasannya paling tinggi
setelah Aceh Timur. Daerah tsb menjadi basis baru Gerakan Aceh Merdeka, tapi juga
merupakan wilayah penduduk-perantau, tempat tentara Indonesia melatih milisi milisi.
LSM Kontras-Aceh khawatir kasus ini menjadi dalih untuk menutup wilayah Aceh
bagi pemantau dan media asing. Aktivis Kontras, Andi Rizal, sempat menemui ketiga
tahanan tsb .
Andi Rizal [AZ]: Kondisinya tampaknya sangat memprihatinkan, kelelahan dan Fitra
itu sendiri sakit. Katanya dia sakit typhus.
Radio Netherlands [RN]: Apakah ada tanda tanda bahwa mereka mengalami siksaan?
AZ: Tampaknya tidak ada penyiksaan, tapi kita juga tidak tahu karena kesempatan
kita sangat terbatas. Hanya terbatas kita menjelaskan status hukum mereka. Mereka
dikenakan pasal 50 dan 42 menurut Polda karena mereka melanggar ijin paspor,
mereka mungkin akan dituntut penjara lima tahun atau denda sebesar 25 juta,
sedangkan Fitra itu saksi sampai sekarang ini.
RN: Beberapa waktu lalu banyak aktivis sipil yang sebenarnya tidak terlibat pertikaian
tetapi menjadi korban. Seberapa jauh bahaya ini bagi Fitra?
AZ: Kalau melihat di Aceh Selatan, itu salah satu daerah di Aceh yang tingkat
kekerasannya sangat tinggi. Kita juga sangat merisaukan status Fitra sendiri. Itu
salah satu daerah setelah DOM seperti di Aceh Barat, Aceh Selatan, Banda Aceh
dan Aceh Utara. Dan dari hasil yang kumpulkan dari Kontras Aceh, itu Aceh Selatan
memiliki tindak kekerasan tertinggi juga di Aceh, setelah Aceh Utara dan Aceh Timur.
Ini tidak ada kaitannya dengan banyaknya GAM atau banyaknya milisi tapi kategori
bahwa Aceh Selatan itu rawan dari timbulnya korban-korban disana yang sampai
sekarang itu, usaha pemerintah tidak ada, jadi bukan pada sasaran disana banyak
GAM. Yang saya tahu Lesley itu salah satu yang sangat respek terhadap situasi di
Aceh. Tujuannya kesini itu untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang tindak
kekerasan akibat konflik bersenjata. Sedang si Joy itu dalam rangka membantu
kawan-kawan dan juga korban kekerasan baik dirumah sakit maupun di pengungsian.
RN: Tapi apakah sejauh yang anda ketahui apakah memang benar pernah berada di
kalangan GAM?
AZ: Kami belum menanyakan langsung pada mereka, cuma dari informasi yang
didapat dari polisi foto-foto tentang GAM, dan juga mereka juga ditangkap di daerah
basisnya GAM.
RN: Apakah ini merupakan pertanda bahwa Aceh akan dijadikan daerah tertutup bagi
warga asing, media asing, pengamat asing?
AZ: Iya, kami merasa juga seperti itu, jadi ini suatu langkah bagi pemerintah
Indonesia untuk menutup akses informasi terlebih lagi dengan meningkatnya korban
dari rakyat sipil. Dan kalau ini terus terjadi, maka kondisi Aceh tidak ada yang
memonitor. Setiap hari akan terjadi operasi militer dengan korban yang meningkat.
Demikianlah Andi Rizal dari Kontras di Banda Aceh.
© Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep
|