Liputan6.com, 15/10/2002 05:31
Wapres: Terorisme Sudah Lama Ada di Indonesia
[Photo: Evakuasi korban ledakan bom di Legian.]
15/10/2002 05:31 — "Pelaku peledakan di Bali harus dihukum berat. Ancaman ini tak
pandang bulu. Mereka tak akan dilindungi dan tak kebal hukum," kata Hamzah,
geram.
Liputan6.com, Jakarta: Sikap Wakil Presiden Hamzah Haz soal terorisme di
Indonesia berubah. Bila sebelumnya ia terus menyangkal adanya gerakan terorisme
di Tanah Air, kini Hamzah mengakuinya. Hal ini dibuktikan dengan ledakan di Legian
dan Renon, Bali, yang menewaskan lebih dari 180 orang. "Ini adalah ulah teroris," ujar
Hamzah seusai mengikuti Sidang Kabinet di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta
Pusat, Senin (14/10) [baca: Ledakan Dahsyat Mengguncang Bali dan Manado].
Menurut Hamzah, teroris memang sudah lama ada di Indonesia. Namun, teroris yang
ada tak terkait dengan tokoh-tokoh Islam radikal, seperti Ketua Front Pembela Islam
Habib Rizieq Shihab, Panglima Laskar Jihad Djafar Umar Thalib, dan pimpinan Majelis
Mujahiddin Indonesia Abu Bakar Ba'asyir. Soalnya, hingga saat ini, mereka memang
tak terbukti terlibat dalam aksi teror [baca: Wapres: Intelijen Tak Mampu Deteksi
Ancaman].
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan ini menduga, ledakan di Pulau Dewata
adalah rekayasa teror dari kelompok tertentu. Itulah sebabnya, dia meminta para
pelaku dihukum berat. "Ancaman ini tak pandang bulu. Mereka (pelaku-red) tak akan
dilindungi dan tak kebal hukum," kata Hamzah, geram. Sayangnya, ia tak
menjelaskan kelompok tertentu yang dimaksud.
Ditemui di tempat terpisah, Abu Bakar Ba'asyir secara tegas menolak dirinya
dikaitkan dalam peledakan di Bali. Sebaliknya, dia malah menuduh Amerika Serikat
berada di balik insiden tersebut [baca: Menapak Jejak Teror di Bali]. Tujuan akhir AS,
menurut Ba'asyir, adalah membabat habis gerakan Islam di dunia.
Tudingan pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Surakarta, Jawa Tengah,
ini bukan tak berdasar. Dia menunjukkan sejumlah indikasi keterlibatan AS. Satu di
antaranya adalah soal jumlah korban tewas. Menurut Ba'syir, warga AS yang tewas
dalam insiden Bali sangatlah sedikit. Selain itu, teknologi perangkat bom dengan
daya ledak tinggi juga hanya dikuasai oleh AS. "Jadi memang tak mungkin bila orang
Indonesia yang melakukannya," kata Ba'asyir. (ORS/Tim Liputan 6 SCTV)
© 2001 Surya Citra Televisi.
|