SINAR HARAPAN, Kamis, 17 Oktober 2002
Laskar Jihad Ditarik, Belum Tentu Maluku Aman
Ambon, Sinar Harapan
Staf pengajar FISIP Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM), Drs Roberth
Tutuhatunewa Msi, menjelaskan penarikan Laskar Jihad dari Maluku belum tentu
menjamin stabilitas dan kondisi keamanan di Maluku.
Kepada SH, di Ambon, Kamis (17/10) pagi, Tutuhatunewa menduga penarikan Laskar
Jihad lebih disebabkan adanya kearifan sosial dari Laskar Jihad dalam membaca peta
politik yang berkembang akhir-akhir ini berkaitan dengan konflik Maluku.
Kearifan sosial tersebut, menurut Tutuhatunewa, terlihat ketika Laskar Jihad sadar
betul bahwa sebuah skenario baru telah muncul. "Dan skenario ini mereka tidak mau
terjebak di dalamnya sebagai orang yang nanti turut dipersalahkan apabila ternyata
konflik ini kemudian bisa pecah," ungkapnya.
Diakuinya, sikap ini patut dihargai dan tentunya pemerintah juga harus mensikapinya
dalam kearifan yang bijak, karena selama ini pemerintah melihat Laskar Jihad
sebagai alasan langgengnya konflik di Maluku.
Dikatakan, setelah Laskar Jihad meninggalkan Maluku maka pemerintah segera
mengungkapkan siapa yang sebenarnya berada di balik teror bom dan penembakan
misterius yang terjadi di Maluku akhir-akhir ini, sehingga dengan demikian tidak ada
lagi kelompok-kelompok masyarakat yang dipersalahkan atau dikambinghitamkan
baik dari pihak Kristen maupun Muslim.
Tutuhatunewa mengaku, sangat jelas ketika dulu konflik Maluku dipicu oleh
keberadaan Laskar Jihad dan ternyata kedua komunitas bersikeras untuk
menghindari konflik dan kegiatan Laskar Jihad mulai diarahkan ke kegiatan-kegiatan
sosial, namun justru kemudian yang muncul di masyarakat adalah teror bom dan
penembakan misterius yang terjadi belakangan ini.
"Hal ini berarti ada kekuatan baru yang muncul atau mereka yang punya hubungan
dengan Laskar Jihad tetapi kemudian ingin menyampingkan Laskar Jihad dan ingin
mengatur strategi baru," tandasnya.
Tutuhatunewa menegaskan Laskar Jihad merupakan sebuah alat yang dipakai oleh
sekelompok orang yang mempunyai kepentingan di Maluku dan karena itu kesadaran
mereka untuk meninggalkan Maluku adalah sebuah kearifan.
"Prinsipnya konflik Maluku bukanlah konflik yang muncul secara tiba- tiba dari
masyarakat, tetapi konflik Maluku lebih disebabkan oleh sebuah perencanaan,"
tandasnya. Ditambahkan, selama ini walaupun teror dan peledakan bom selalu
dilakukan namun kesadaran masyarakat sudah sangat baik sehingga tidak lagi
terpancing untuk melakukan pertikaian.
Tak Diperalat
Sementara itu Panglima Laskar Jihad yang juga Ketua Dewan Pembina Forum
Komunikasi Ahlus Sunnah Wal Jamaah (FKAWJ) Ja'far Umar Thalib yang dihubungi
SH, Kamis (17/10) pagi, mengaku pembubaran Laskar Jihad dan penarikan
pasukannya dari beberapa daerah bukan karena tekanan pihak tertentu di dalam
negeri.
Pembubaran dan penarikan anggota LASKAR JIHAD dari Maluku resmi merupakan
kebijakan sendiri untuk mengakhiri misi mereka di sana, katanya. "Saya sulit
memberikan komentar apakah penarikan ini merupakan kearifan dari kami atau
bukan, tetapi yang jelas mengacu pada perintah Imam Besar di Mekkah dan itu yang
kami lakukan. Bagi anggota kami yang ingin pulang, kami persilakan. Tetapi buat
mereka yang sudah terlanjur menikah di sana dan ingin tetap tinggal, kami juga tidak
bisa melarang." ujar Ja'far yang saat dihubungi sedang dalam perjalanan menuju ke
tempat persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur.
Ja'far menegaskan selama ini LASKAR JIHAD tidak pernah merasa diperalat oleh
kelompok tertentu yang memanfaatkan keberadaan LASKAR JIHAD untuk misi
tertentu. "Tidak benar seperti itu. Kami jalan sendiri dengan misi dan visi kami untuk
berdakwah dan sosial," tambahnya.
Ja'far Umar Thalib juga menepis ada kaitan antara pembubaran Laskar Jihad dengan
teror bom di Legian, Bali. "Kami bicara tentang rencana pembubaran itu sebelum ada
bayang-bayang teror di Legian itu. Sama sekali tidak ada bayangan ke sana. Dan
kejadian itu juga baru terjadi pada Sabtu malam (12/10). Jadi tak ada bayang-bayang
ke sana dan juga tidak ada kaitannya," katanya.
Untuk menepis dugaan itu, Ustadz Jafar Umar Thalib bersedia memberikan
keterangan jika diperlukan. "Kalau saya diminta keterangan ya saya bersedia kalau
saya ada waktu dan ketika saya ada di Jakarta ya di Jakarta, kalau di Yogya ya di
Yogya," tambahnya.
Dalam pada itu dari Makassar diterima laporan yang menyebutkan bahwa Ketua
DPW (Dewan Pimpinan Wilayah) FKAWJ Sulawesi, Jamal Mangun, Rabu (16/10)
petang mengemukakan, pembubaran LASKAR JIHAD FKAWJ antara lain karena ada
kekuatiran LASKAR JIHAD akan tergelincir lebih jauh dari agama bila tidak segera
dibubarkan.
Sedangkan Kapolda NTT, Brigjen Pol. Jacki Uly, menegaskan tetap memerintahkan
anak buahnya agar mewaspadai kemungkinan adanya Laskar Jihad dari Maluku yang
turun dan berkeliaran di Kupang. "Kami mengantisipasi keadaan dengan mengadakan
pengamanan prima di Pelabuhan Tenau agar massa dari Ambon tidak sampai
berkeliaran di Kupang," kata Kapolda.
Dikatakan, peluang konflik sesama warga Maluku dapat saja terjadi di Kupang atau di
sekitar pelabuhan Tenau sehubungan dengan keberadaan warga Ambon, Maluku
yang baru saja datang dari Maluku dan menetap di Kupang, NTT.
(izc/emy/yuk/ani/dar)
Copyright © Sinar Harapan 2002
|