The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Ditangkap, Belasan Preman Pelaku Pengeboman di Ambon


SINAR HARAPAN, Selasa, 22 Oktober 2002

Ditangkap, Belasan Preman Pelaku Pengeboman di Ambon

Ambon, Sinar Harapan

Sebanyak 13 anggota preman Geng Coker yang diduga kuat terlibat dalam berbagai pengeboman dan penyerangan bersenjata di berbagai lokasi permukiman penduduk selama pecahnya kerusuhan di Maluku sejak tahun 2001 hingga 2002, berhasil diciduk aparat Polda Maluku.

"Mereka ditangkap di berbagai lokasi terpisah di Ambon sejak hari Jumat (18/10) hingga Senin (21/10), dan kemudian diperiksa di Mapolda Maluku, serta selanjutnya diamankan Markas Komando Satuan Brimob Polda sebelum dikirim ke Mabes Polri," jelas Kapolda Maluku, Brigjen Sunarko DA, kepada pers, Selasa (22/10) pagi, di Mapolda Maluku.

Menurut Sunarko, penangkapan para preman tersebut berawal setelah dua preman masing-masing WT dan HT ditangkap pada 12 Mei 2002 dan 19 September 2002.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan kedua tersangka tersebut kemudian diketahui identitas para preman lainnya yang terlibat," ungkapnya.

Polda Maluku kemudian melakukan operasi penangkapan terhadap preman-preman lainnya, masing-masing MM yang ditangkap pada 17 Oktober 2002, AM yang ditangkap 18 Oktober 2002, WR, SP dan BR ditangkap tanggal 19 Oktober 2002, LB, WS, WR, JR, dan RL ditangkap 20 Oktober 2002, serta AT yang ditangkap pada 21 Oktober 2002.

"Kemudian atas perintah Kapolri guna memperlancar penyelidikan dan menjaga situasi dan kondisi keamanan di Maluku, maka pemeriksaan lanjutan para tersangka dialihkan ke Korserse Mabes Polri," jelasnya.

Polda Maluku kemudian memberangkatkan para tersangka masing-masing tujuh tersangka hari Minggu (20/10) dan enam tersangka Senin (21/10).

Dijelaskan, berdasarkan interogasi hingga Selasa (22/10) dini hari di Korserse Mabes Polri, para tersangka mengakui terlibat dalam berbagai pengeboman dan penyerangan bersenjata di berbagai lokasi pemukiman penduduk selama pecahnya kerusuhan di Maluku terhitung sejak 2001 hingga 2002.

Sunarko memaparkan insiden-insiden dimana para tersangka terlibat, yaitu pengeboman di Kampus Unpatti pada 20 Agustus 2001 yang menyebabkan dua orang meninggal dan 16 orang luka-luka.

Pengeboman di dalam mobil angkot di Jl. dr Latumeten pada 22 September 2001 yang menyebabkan satu orang meninggal dan dua orang luka-luka.

Pengeboman di Toko Setuju Ambon pada 12 Oktober 2001 yang menyebabkan tiga orang tewas dan sembilan luka-luka. Pengeboman di KM California 11 Desember 2002 yang menyebabkan sepuluh tewas dan 27 orang luka-luka. Pengeboman di Jl. Yan Pays tanggal 3 April 2001 yang menyebabkan enam orang meninggal dan 61 luka-luka.

Pertikaian antara Desa Porto dan Haria di Pulau Saparua pada tanggal 10 April 2002 yang menyebabkan satu orang meninggal, tiga luka-luka dan 40 rumah terbakar. Penyerangan Desa Soya, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon tanggal 28 April 2002 yang menyebabkan 12 meninggal dan 10 orang luka-luka. Pertikaian antara Desa Porto dan Haria di Pulau Saparua 8 Mei 2002 yang menyebabkan enam tewas dan sembilan orang luka-luka.

Pengeboman di Jalan Tulukabessy Ambon 27 Juli 2002 yang mengakibatkan satu orang meninggal dan 55 orang luka-luka. Pengeboman di Lapangan Merdeka Ambon pada tanggal 5 September 2002 yang menyebabkan lima orang meninggal dan sebelas luka-luka.

Pengeboman di Pasar Batu Gantung pada 9 Oktober 2002 yang menyebabkan empat orang mengalami luka-luka.

Selain itu, Sunarko menjelaskan masih ada lima preman yang belum tertangkap masing BL, HM, AP, MH dan V. Menyangkut para preman tersebut yang masih disembunyikan di Markas Satgas Sandi Yudha Kopasus yang bertugas di Ambon, di kawasan Mardika, Sunarko mengaku, pihaknya telah berkoordinasi dengan Penguasa Darurat Sipil Daerah Maluku dan Pangdam XVI/Pattimura menyangkut hal tersebut.

Masih Diperiksa

Beberapa bulan yang lalu, pimpinan Geng Coker, Berty Loupatty, dan salah satu tangan kanannya, Imanuel Hans Nanlohy, sempat menjadi target operasi penangkapan oleh jajaran Polda Maluku. Namun saat hendak diciduk, kedua preman tersebut sudah lebih dahulu diamankan dua personel Kopassus masing-masing Lettu Inf. Rory Sitorus dan Prada Made, sehingga mereka berdua lolos dari operasi penangkapan pada saat itu. Sempat terjadi bentrokan antara aparat Kopassus dengan Brimob di tempat itu.

Namun, sejak itu, kedua preman itu ternyata bisa hidup bebas di dekat markas satuan militer tertentu yang bertugas di Ambon, di kawasan Mardika, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.

Sementara itu di Jakarta, Selasa (22/10) pagi, Kabahumas Mabes Polri Irjen Saleh Sa'af menjelaskan hingga kini Mabes Polri masih terus melakukan pemeriksaan terhadap 13 orang yang ditangkap di Ambon karena sebagai tersangka teror bom dari kelompok Berty Loupatty. Pengejaran terhadap kelompok itu dipimpin langsung oleh Dirpidum Polri, Brigjen Aryanto Sutadi.

Menurut Saleh Sa'af, penangkapan 13 orang tersebut berawal dari ditangkapnya Yunus Tanalepi yang ditangkap tanggal 12 Mei. Kemudian, pihak Mabes Polri berhasil menangkap Hengky Patipikalawan, pada September lalu. Selanjutnya, dari 13 orang ini berhasil ditangkap setelah terjadinya kejadian bom di Bali 12 Oktober 2002.

Dari 13 orang ini mereka mempunyai tugas masing-masing diantaranya adalah membuat bom dan menyusun strategi. Para tersangka ini dikenal sangat profesional dalam pembuatan bom yang selama ini terjadi di Ambon. Salah satu yang membuat mereka berhasil melakukan peledakan yaitu di Pasar Merdeka, Lapangan Merdeka, dan di Desa Soya, Porto, dan Haria.

Saleh Sa'af juga menegaskan bahwa 13 tersangka ini yang diketahui sebagai Yunus Tana Lepy, Hengky Patty Pikalawan, Morgan Manuhutu, Amstrong, Yunus Luhulima, Semol Polhapesy, Boy Laturete, Yani Ravel, Jemy Ravel, Conny Sahertian, Lucas Tomasoa, Rait Louhenapessy, dan Abraham yang diketahui sebagai pembuat bom.

Ketigabelas orang ini terlibat dalam kasus konflik Brimob dan Kopassus beberapa waktu lalu. Ditangkapnya mereka, pihak kepolisian bisa menjerat dengan tindakan makar. Kabahumas menegaskan bahwa pemicu kerusuhan di Ambon selama ini merupakan kelompok Republik Maluku Selatan (RMS). Padahal sebelumnya polisi sempat menduga pertikaian di Ambon selama ini adalah konflik antaragama. Namun ternyata kerusuhan tersebut ada yang menunggangi.

Dikarenakan itu, pihak Mabes Polri masih terus mengejar keempat tersangka lainnya yaitu pimpinan Geng Coker yang bernama Berty Loupatty, kemudian Hans Nanlohi, Martin Tomasoa, dan Andry Polhapesy, yang kesemuanya sudah ada dalam daftar pencarian orang (DPO).

Bom Lagi

Sebuah bom rakitan dengan ukuran panjang 12 cm dan diameter lima cm, Selasa (22/10) sekitar pukul 08.30 WIT, ditemukan di halaman SMUN 1 Ambon oleh salah satu pegawai sekolah tersebut. Menurut Petrus Rahayaan, salah satu pegawai SMUN 1 Ambon yang menemukan bom tersebut, seperti biasanya setiap hari dirinya selalu melakukan pengontrolan pada seluruh halaman sekolah.

"Setelah muncul berbagai teror bom yang dialamatkan ke SMUN 1 Ambon, maka tugas rutin saya seperti yang diperintahkan oleh Kepala SMUN 1 Ambon adalah melakukan pengontrolan pada seluruh halaman sekolah apakah ada benda-benda mencurigakan ataukah tidak dan hal itu biasa dilakukan pada pagi hari," ungkap Rahayaan kepada SH, Selasa (22/10) di SMUN 1 Ambon.

Diakuinya, pada saat dirinya melakukan pengontrolan, ditemukan bom tersebut dan seketika itu juga dirinya melaporkan penemuan bom tersebut ke Kepala SMU Negeri Ambon yang selanjutnya melaporkannya ke Polda Maluku. Kepala SMUN 1 Ambon, Ny RM Tamaela BA yang ditemui SH mengaku pihaknya tidak memulangkan para siswa dan proses belajar mengajar tetap berlangsung seperti biasa.

"Kami tidak ingin para siswa terganggung belajarnya sehingga kami mengambil keputusan untuk tidak memulangkan para siswa dan proses belajar mengajar tetap berlangsung seperti biasa," jelasnya.

Murid Dipulangkan

Sementara itu, sekitar 2.500 siswa sejumlah sekolah yang berada di kompleks persekolahan Katholik Xaverius Ambon, Selasa (22/10) dipulangkan setelah hanya selama satu jam berada di sekolah tersebut. "Kami terpaksa memulangkan para siswa karena Senin (21/10) malam ditemukan sebuah benda mencurigakan di halaman kompleks persekolahan tersebut sehingga perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti oleh Tim Jihandak Polda Maluku," jelas Kepala SMU Xaverius Ambon, Drs FX Narahayaan kepada SH, Selasa (22/10), di ruang kerjanya.

Narahayaan mengaku hari Senin (21/10) sekitar pukul 17.00 WIT di sekolahnya ditemukan sebuah benda mencurigakan yang kemudian telah diamankan oleh Tim Jihandak Polda Maluku. "Memang saat itu Tim Jihadak Polda Maluku telah mengamankan lokasi tetapi karena itu dilakukan pada malam hari dengan penuh keterbatasan sehingga saat ini akan dilakukan pemeriksaan ulang," ungkapnya.

Di tempat lain pada hari Senin (21/10) sekitar pukul 19.45', juga ditemukan sebuah benda mencurigakan di depan pintu ATM kantor Bank Mandiri cabang Ambon yang terletak di jalan Pattimura, yang kemudian diamankan oleh Tim Jihandak Polda Maluku.

Komandan Satuan Brimob Polda Maluku, AKBP Ilham Solahudin yang dikonfirmasi SH, soal hal penguraian kedua benda mencurigakan tersebut oleh Tim Jihandak Polda Maluku, mengaku benda mencurigakan yang ditemukan di Kompleks Persekolahan SMU Xaverius Ambon hanyalah sebuah batu bata yang dibungkus rapi. "Sedangkan benda mencurigakan yang ditemukan di depan pintu ATM Kantor Bank Mandiri cabang Ambon hanyalah karton yang berisikan bubuk susu Dancow," jelasnya. (izc/han)

Copyright © Sinar Harapan 2002
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/soija2002
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044