SUARA PEMBARUAN DAILY, 2/10/2002
Omar Al Farouq Diduga Penghubung Al-Qaeda
WASHINGTON - Para pejabat kontra terorisme Amerika Serikat (AS) meyakini,
afiliasi pemimpin operasi Al-Qaeda di Asia Tenggara berperan penting dalam
merencanakan serangan bom ke sejumlah kedutaan besar (Kedubes) AS pada
peringatan satu tahun Tragedi 11 September lalu.
Mereka juga menduga, Omar Al Farouq yang kini ditahan di AS diketahui sebagai
kepala operasi organisasi itu di Asia Tenggara dan sebagai penghubung antara
pejabat senior Al Qaeda dan Hambali. Al-Farouq ditangkap di Indonesia pada 5 Juni
lalu dan kemudian diserahkan ke pejabat AS.
Hambali, ulama asal Indonesia yang bernama asli Riduan Isamuddin adalah salah
satu dari dua pemimpin kelompok Jemaah Islamiyah, yang menurut AS, sebagai
kelompok radikal yang merencanakan serangan bom yang gagal ke beberapa
Kedubes asing di Asia Tenggara. Hambali memiliki beberapa sel di Indonesia,
Singapura, Malaysia, Filipina, Myanmar dan Thailand.
Kepolisian Republik Indonesia saat ini tengah memburu Imam Hambali dan Indra
Samudra yang dituduh sebagai dalang pengeboman di sejumlah tempat pada malam
Natal 2000 di Jakarta dan Medan, serta aksi serupa di Riau dan Batam.
''Hambali lari ke Malaysia, dan dari situ dia dilaporkan telah melarikan diri ke
Pakistan, dan sampai sekarang belum tertangkap,'' ungkap Kepala Badan Humas
Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Saleh Saaf, seusai pertemuan pemerintah
dengan kalangan ulama dan tokoh Islam di Mabes Polri Jakarta, kemarin.
Namun Saleh belum dapat memastikan, apakah keduanya terlibat dalam jaringan
teroris internasional, apalagi terkait dengan jaringan Al-Qaeda. ''Yang jelas, mereka
berdua adalah pelaku kejahatan di sini,'' tandasnya.
Pejabat kontra terorisme AS mempelajari rencana pengeboman itu, ketika seorang
tersangka Al-Qaeda yang kini mendekam di penjara AS menyodorkan sejumlah
dokumen tentang rencana mereka. Target mereka adalah menghancurkan Kedubes
AS di Indonesia, Malaysia, Kamboja, dan Vietnam.
Otoritas AS menolak untuk menjelaskan secara terperinci target operasi Al Qaeda
pada peringatan setahun Tragedi 11 September.
Menurut Departemen Dalam Negeri Singapura, Hambali juga telah memerintahkan
beberapa operator satu organisasi keagamaan yang ditangkap pada Desember 2001,
untuk merancang serangan bom ke Kedutaan AS di beberapa negara dan
target-target kapal laut Amerika Serikat.
Sementara Abu Bakar Baasyir (64) mengadukan majalah Time dan wartawannya,
Jason Tedjasukmana ke Mabes Polri dengan alasan pencemaran nama baik.
Kuasa hukum Baasyir, Mahendradatta seusai mendampingi kliennya, kemarin,
mengatakan, pihaknya keberatan atas pemberitaan majalah itu. Di edisi 23
September 2002 majalah berskala internasional itu memberitakan pernyataan Omar
Al Farouq yang menyebutkan bahwa Abu Bakar Baasyir terkait perencanaan
peledakan Masjid Istiqlal di Jakarta. "Sebagai seorang tokoh agama, Abu Bakar
sangat menghormati tempat ibadah itu,'' jelasnya.Pemimpin Pondok Pesantren Al
Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah yang pernah tinggal di Malaysia selama 15
tahun itu, menurut kuasa hukumnya, mengaku kepada penyidik tidak mengenal Al
Farouq.
Pengaduan itu baru dilakukan sekarang, sambungnyta, setelah ada klarifikasi dari
Duta Besar AS Ralph L Boyce bahwa pemberitaan majalah Time tidak bersumber dari
CIA.
Secara terpisah Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengatakan, pemerintah
Indonesia telah mengajukan permohonan kepadal pemerintah AS untuk
menginterogasi Omar Al Farouq, guna memverifikasi apakah informasi yang
dibeberkan Time memang berdasar dari pengakuan tersangka.
Kepada wartawan seusai menghadiri lokakarya ke-12 "Penanganan Potensi
Konflik-Konflik di Laut Cina Selatan", Selasa, di Jakarta, dia mengemukakan,
Indonesia akan menyelidiki lebih lanjut karena tidak mau menelan dan menerima
begitu saja informasi yang disampaikan media massa. ''Pemerintah menginginkan
semua informasi itu diproses menurut ketentuan hukum dan peraturan Indonesia,''
katanya.
Dalam memerangi terorisme, lanjut dia, pemerintah telah menempuh berbagai jalur
diplomasi, baik bilateral, trilateral, pertemuan Asean plus negara-negara mitra.
Berbagai forum regional dan internasional itu menjadi landasan untuk menguatkan
insfrastruktur dalam melawan terorisme, jelasnya.
Seusai pertemuan di Mabes Polri, Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan
(Menko Polkam) Soesilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pemerintah Indonesia
tidak berencana untuk mengundang AS guna melakukan investigasi terhadap dugaan
adanya jaringan teroris internasional di Indonesia. ''Justru kita (RI) yang akan
mengirim tim investigasi ke sana (AS) untuk memeriksa Omar al-Farouq. Kita minta
diberi akses untuk memeriksa yang bersangkutan sesuai dengan sistem hukum kita,
untuk memperoleh kejelasan tentang apa yang diinformasikan Al-Farouq,'' jelasnya.
Menyangkut teknis pengiriman tim investigasi, dia mengemukakan, hal itu menjadi
tanggung jawab dan kewenangan Kapolri. ''Saat ini sedang dibahas Kapolri dengan
pihak AS, menyangkut berapa personil, kapan akan dikirimkan, tempat dan aspek
teknis lainnya,'' ujarnya.
Menko Polkam menambahkan, pemerintah tidak akan menggelar kerja sama
investigasi dengan negara lain untuk mengurai dugaan jaringan teroris internasional.
''Investigasi tetap kita jalankan sendiri, tetapi itu dalam kerangka kerja sama
internasional,'' tegasnya. (AP/L-8/Y-5/A-17/M-11)
----------
Last modified: 2/10/2002
|