SUARA PEMBARUAN DAILY, 19/9/2002
Al Farouq Terlihat di Daerah Konflik
JAKARTA - Otoritas intelijen Indonesia memiliki rekaman video berisikan aktivitas
Omar al Farouq di sejumlah daerah konflik di Tanah Air. Tertangkapnya Farouq di
Bogor pada 5 Juni lalu, bukan berdasarkan laporan intelijen Amerika Serikat (AS).
Pria berkebangsaan Kuwait itu disergap berkat laporan intelijen Arab Saudi.
Menurut seorang sumber yang ikut dalam rapat tertutup antara Komisi I DPR dengan
Badan Intelijen Negara (BIN), Rabu, di kantor BIN, Jakarta, Farouq, yang menurut
laporan CIA, berencana membunuh Presiden Megawati Soekarnoputri, ternyata
terlibat pertikaian berdarah di sejumlah daerah di Indonesia.
Menyikapi informasi, Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan Susilo
Bambang Yudhoyono mengatakan, pemerintah akan melakukan investigasi,
klarifikasi, dan justifikasi sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia terhadap
data intelijen yang menyebutkan adanya jaringan terorisme internasional di Indonesia.
"Langkah-langkah itulah yang sekarang sedang kita upayakan terhadap temuan
intelijen atas kerja sama internasional kita dengan sejumlah negara sahabat," kata
Yudhoyono menjawab wartawan seusai rapat khusus di rumah Presiden Megawati
Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (18/9).
Hadir di rapat itu Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Menteri Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra, Kapolri Jenderal Polisi Da'i Bachtiar, dan
Kepala BIN Hendropriyono.
Beberapa anggota Komisi I yang ditemui di Senayan, seusai pertemuan di kantor
BIN, mengelak untuk mengungkapkan informasi yang mereka peroleh. "Pihak BIN
memutarkan film tentang konflik di sejumlah daerah di Indonesia. Dalam salah satu
adegan, terlihat wajah Farouq di antara sekelompok orang yang sedang dilatih
menggunakan senjata. Dalam gerak lambat, gambar wajah Al Farouq itu diperbesar,"
tutur sumber itu.
Rekaman video yang diperlihatkan BIN itu juga menunjukkan gambar sekelompok
orang sedang berlatih menggunakan senjata, baik senjata tajam maupun senjata api.
Selain itu, terlihat pula aksi penyerangan di Poso (Sulawesi Tengah) oleh sekelompok
orang yang terlatih itu.
"Melihat adegan-adegan itu, rasanya sulit jika dikatakan bahwa rekaman itu sekadar
rekayasa. Tampak nyata sekali. Lagipula, kata Hendropriyono (Kepala BIN-Red),
rekaman itu ditemukan saat dilakukan penggerebekan di kamp pelatihan mereka di
Poso. Jadi, mereka sendiri yang merekam adegan-adegan itu untuk digunakan
sebagai laporan kepada pimpinan mereka di luar negeri," papar sumber tersebut.
Hati-Hati
Sementara anggota Komisi I DPR Happy Bone Zulkarnaen dari Fraksi Partai Golkar
sewaktu dihubungi Pembaruan, pagi tadi, di Jakarta, mengatakan, rakyat Indonesia
harus bersikap hati-hati dengan laporan CIA (badan intelijen AS) tentang pengakuan
Omar al Farouq yang dibeberkan majalah Time.
"Bisa jadi, ini politik adu domba AS dengan menggunakan opini dan propaganda.
Mereka mengadu domba Presiden Megawati Soekarnoputri dengan umat Islam di
Indonesia," tukasnya. Sebelumnya anggota Komisi I DPR Paulus Widiyanto dari
Fraksi PDI Perjuangan, kemarin, mengingatkan, kemampuan aparat intelijen harus
ditingkatkan, menyusul pernyataan Panglima TNI yang membenarkan adanya jaringan
Al-Qaeda di Indonesia. Namun di sisi lain, DPR pun harus memberikan dukungan
berupa payung hukum melalui peningkatan anggaran guna menunjang sarana dan
prasarana. Aisyah Amini, juga anggota Komisi I mengakui, dalam pertemuan di
kantor BIN dibicarakan soal jaringan Al Qaeda di Indonesia. Namun, wakil rakyat dari
Fraksi Persatuan Pembangunan itu tidak merinci keterangan yang diberikan BIN.
Sumber lainnya yang ikut di pertemuan Komisi I dan BIN, menuturkan, dari forum itu
dapat diperoleh titik terang bahwa kekuatan asing bermain di Indonesia. "Apakah itu
jaringan Al-Qaeda atau yang lain, yang jelas kekuatan asing itu sudah sampai pada
taraf mengganggu integrasi negara kesatuan RI," tandasnya.
Masih berkaitan dengan jaringan terorisme internasional, seorang sumber lainnya
menyebutkan, kekuatan terorisme tersebut telah mengincar beberapa wilayah
strategis di Indonesia. Sulawesi, menjadi salah satu konsentrasi misi jaringan itu.
Selain di Poso, jaringan teroris tersebut pernah mencoba untuk mengacau di Manado,
Sulawesi Utara, namun tidak berhasil. Jaringan yang dikabarkan mempunyai laskar di
Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) itu, belakangan ini sedang mengincar daerah
Kabupaten Tana Toraja agar kawasan wisata itu rusuh.
Baasyir Bantah
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukmin di Ngruki, Semani, Sukoharjo, Jawa Tengah,
KH Abu Bakar Baasyir sewaktu dihubungi Pembaruan melalui telepon selularnya,
Rabu malam, menampik tudingan yang menyebutkan dia berperan sehingga jaringan
Al-Qaeda bisa masuk ke Indonesia. Dia juga mempersilakan untuk menunjukkan
buktinya jika memang benar-benar ada.
Informasi CIA yang dikutip Time menyebutkan, Abu Bakar Baasyir disebut-sebut
termasuk dalam jaringan Al-Qaeda dan mempunyai hubungan dengan Omar Al
Farouq, tokoh sentral Al Qaeda di Asia Tenggara.
Menanggapi tuduhan itu, kata Abu Bakar, bangsa Indonesia tidak boleh tinggal diam.
Amerika, menurut dia, sengaja mengkait-kaitkan namanya, karena negara itu
memang ingin menghabiskan tokoh-tokoh yang kuat dalam memperjuangkan Islam di
Indonesia. Dia menambahkan, sejak berita itu merebak dua hari yang lalu, belum ada
aparat keamanan yang menghubungi maupun memeriksanya.
Dia juga beeharap peran media massa agar tidak cepat-cepat menyajikan suatu
berita. "Seperti jawaban-jawaban saya ini jangan diplintir. Jadi media massa harus
adil," katanya.
Seusai pertemuan dengan Presiden Megawati, Kapolri mengungkapkan, aparat
kepolisian sedang intensif memeriksa seorang laki-laki warga negara Jerman berdarah
Arab. Polisi menemukan pelanggaran keimigrasian dan pemalsuan dokumen.
"Kemungkinan masalah ini akan dikembangkan, apakah yang bersangkutan terkait
dengan teroris internasional dan adakah hubungannya dengan berbagai kerusuhan di
Indonesia. Dari dokumen yang ditemukan, ada indikasi yang bersangkutan
mengetahui tentang kerusuhan di Indonesia," tuturnya. (O-1/M-15/037/M-11)
----------
Last modified: 19/9/2002
|