SUARA PEMBARUAN DAILY, 19/9/2002
TAJUK RENCANA
Mengungkap Jaringan Al-Qaeda di Indonesia
ERBAGAI pernyataan tentang kemungkinan adanya dan aktivitas organisasi militan
teroris Al-Qaeda di Indonesia, sudah diungkapkan para pejabat tinggi keamanan,
Rabu (18/9/2002). Pernyataan Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kapolri
Jenderal Da'i Bachtiar, dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, setidaknya
memberikan indikasi kuat bahwa organisasi itu ada di negeri kita (Pembaruan
18/9/2002).
Namun, klarifikasi akhir amat tergantung pada pemeriksaan silang atas Omar Al
Farouq dengan rekan-rekannya yang sudah ditahan, antara lain warga negara Jerman
yang sedang diinterogasi di Jakarta dan berbagai nama yang telah disebut-sebut oleh
Al Farouq. Omar Al Farouq yang dibantah Kedubes Kuwait sebagai warga negara
Teluk yang beristrikan wanita Indonesia itu, ditangkap 5 Juni lalu dan kini ditahan di
Bagram Afghanistan, yang kini menjadi titik kunci pemeriksaan.
Al Farouq mengaku diperintahkan oleh dua bosnya, masing-masing Abu Zubaydah
dan Ibn al Shaykh al Libi, untuk mengebom semua jaringan kepentingan AS di
Indonesia, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Kamboja.
Serangan-serangan itu bertepatan dengan peringatan setahun serangan 11
September 2001, serta upaya pembunuhan terhadap Presiden Megawati
Soekarnoputri. Ada indikasi bahwa jaringan Al Farouq juga terkait dengan
pengeboman di Tanjung Priok, Atrium Senen, Mesjid Istiqlal, pengeboman gereja di
Batam, bahkan pembunuhan atau kerusuhan di pedalaman Sulawesi (Poso?) dan
lainnya.
NAMUN semua informasi itu, menurut Menko Polkam Susilo BY, masih harus
diklarifikasi lagi agar temuan Badan Intelijen Amerika CIA yang dikutip Majalah Time
itu, benar-benar akurat dan dipercaya. Menurut hemat kita, apa pun yang sudah mulai
terungkap memberikan beberapa harapan. Pertama, bila benar, maka pendapat yang
simpang-siur selama ini bisa lebih transparan. Bantahan atau indikasi penyesatan
informasi juga tidak akan terulang.
Kedua, dapat ditelusuri sejauh mana pengaruh Al-Qaeda terhadap kegiatan
kekerasan dan kerusuhan yang terjadi dan mungkin sedang direncanakan di
Indonesia. Apakah benar bahwa Al Farouq bersahabat atau berkomplot dengan Agus
Dwikarna yang kini sedang diperiksa di Manila, Filipina, dan benarkah
rencana-rencana akbar yang telah disiapkan oleh jaringan Al Farouq itu.
Ketiga, klarifikasi membuat rakyat tak perlu cemas karena jaringan itu sudah
dideteksi seluk-beluk dan semua gerak-geriknya. Benarkah rencana Al-Qaeda untuk
membunuh Presiden Megawati Soekarnoputri? Sejauh mana kepentingan jaringan Al
Farouq dan Al-Qaeda untuk mengenyahkan seorang Megawati. Apakah karena dia
menjadi penghalang utama rencana besar Al-Qaeda dan para pendukungnya, atau
hanya sekadar sebuah intimidasi politik dan teror untuk mengacaukan stabilitas
politik di Indonesia.
YANG utama adalah poin kedua, yakni mengetahui rencana Al-Qaeda untuk
menghancurkan kepentingan AS di Indonesia, termasuk di negara-negara Asia dan
Asia Tenggara. Apabila hanya menyerang kepentingan-kepentingan AS (Kedubes,
Konsulat, perusahaan-perusahaan AS, dan personelnya), maka tentu disertai
serangan atas mereka yang dianggap pro kebijakan global AS. Mengetahui rencana
itu, juga akan mengetahui berbagai sepak terjang gerakan yang mungkin terselubung,
tetapi sebenarnya memiliki target yang disebutkan di atas.
Bagaimanapun, pernyataan tersebut akan menimbulkan berbagai reaksi di Tanah Air.
Indonesia dan kelompok masyarakatnya tidak mau menjadi sasaran tembak atau
target pemojokan AS. Masalahnya, karena bisa saja Al Farouq dan Al-Qaeda yang
tadinya berpusat di Afghanistan (kini sebagian beralih ke perbatasan
Afghanistan-Pakistan), memang mencari dukungan di Indonesia dan berbagai negara
Asia Tenggara untuk melancarkan serangan besarnya.
Tidak kalah penting, apakah kasus-kasus konflik horizontal di Ambon (Maluku), Poso
(Sulteng), Papua dan Aceh punya kaitan dengan grand strategy Al-Qaeda yang telah
memerintahkan orang kepercayaannya Omar Al Farouq?
----------
Last modified: 19/9/2002
|