SUARA PEMBARUAN DAILY, 26/9/2002
Istri Al Farouq Diperiksa
BOGOR - Mira Agustina (24), istri Omar Al Farouq, Kamis (26/9), pagi, diperiksa di
Kepolisian Wilayah (Polwil) Bogor.
Perempuan yang tinggal di Desa Cisalada Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor itu,
dijemput oleh empat anggota Polwil Bogor dengan menggunakan sebuah mobil.
Mira yang selalu mengenakan jilbab berwarna hitam dan cadar yang hanya
memperlihatkan matanya, langsung dibawa ke ruangan pemeriksa di bagian Intelpam
(intelijen dan pengamanan).
Menurut keterangan yang diperoleh Pembaruan, pemeriksaan ini berkaitan dengan
penangkapan suaminya pada 5 Juni lalu, dengan tuduhan dia termasuk jaringan Al-
Qaeda.
Selain itu, Al Farouq juga dituduh sebagai terlibat peledakan di Jakarta pada malam
Natal 2001. Bukan itu saja, dia juga dikabarkan berencana membunuh Presiden
Megawati, seperti laporang majalah Time.
Sementara penyelidikan polisi atas kasus peledakan granat di Jalan Teluk Betung,
Menteng, Jakarta, menemukan bukti-bukti bahwa granat tersebut hendak dilemparkan
ke rumah No 6, milik pengusaha kayu Hasyim Setiono.
Atas temuan itu, Kepala Kepolisian Resor Jakarta Pusat (Polres Jakpus) Komisaris
Besar Polisi Edmon Ilyas mengatakan, instansinya menyerahkan sepenuhnya
pengusutan peristiwa itu kepada Polda Metro Jaya.
"Kasus ini masih dalam pengembangan, dan saya hanya dapat menginformasikan
bahwa dua orang pelaku itu masih dalam pengejaran petugas,'' jelasnya, Kamis
(26/9).
Secara terpisah Kepala Dinas Penerangan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi
Anton Bachrul Alam ketika dikonfirmasi membenarkan, Sandy Leonard dan Made
yang ditengarai mempunyai kaitan dengan pemilik rumah No 6 di Jalan Teluk Betung,
sudah ditangkap oleh Tim 8 beranggotakan personel Polda dan Polres Jakpus.
Keduanya ditangkap di kawasan Sawangan, Depok.
Diduga kedua orang itu memiliki keterkaitan dengan pengusaha kayu Hasyim.
Anton mengelak untuk menjelaskan saat ditanya, apakah sasaran peledakan
ditujukan ke rumah No 6. "Nanti Kapolda yang akan menjawabnya,'' ujarnya.
Satu sumber yang bekerja untuk Hasyim mengatakan, pengusaha itu pada 23
Oktober 2001 memiliki persoalan dengan Juanda, rekan bisnisnya, mengenai utang
piutang.
Persoalan itu bahkan berbuntut pendudukan kantor Hasyim yang di Jalan Raden
Saleh oleh suatu kelompok dari etnis tertentu.
Salah satu anggota kelompok itu, Abdul Aziz, juga turut menyerang dan menduduki
kantor itu. Aziz (28), tewas karena granat yang dipegang meledak pada Senin dini
hari lalu, saat mobil yang ditumpanginya melintas di Jalan Teluk Betung. Pengemudi
mobil, Yusuf H Taul sudah ditahan polisi, sedangkan dua rekannya, Ali dan Taheb
masih diburu polisi.
Saat itu, kelompok yang menduduki kantor Hasyim di Jalan Raden Saleh akhirnya
dihalau oleh aparat keamanan. Bahkan saat penggeledahan, ditemukan tiga buah
senjata api dari dalam mobil yang dibawa oleh kelompok itu. Alhasil, tiga orang dari
kelompok itu, yakni Buce, Ryan dan Ikram ditangkap.
Mereka mengaku suruhan Sandy Leonard yang mendapat mandat dari Juanda untuk
menagih hutang ke Hasyim.
Persoalan antara Hasyim dan Jaunda, akhirnya dianggap selesai. Belakangan,
kelompok itu kembali lagi menyerang atas suruhan seorang laki-laki keturunan
Tionghoa.
''Sebelum melakukan peledakan, mereka itu sempat bertemu dengan seorang pria
keturunan Tionghoa di Blok M. Setelah itu, baru mereka menuju Teluk Betung,'' tutur
sumber itu.
Sedangkan Ali Santoso yang mewakili Hasyim saat ditemui di Polres Jakpus,
kemarin, membantah hal itu. ''Tidak benar kami memiliki persoalan utang piutang.
Dulu itu salah paham saja antara Hasyim dengan Juanda. Dan Hasyim sama sekali
tidak memiliki utang,'' ucap Ali.
Lagi pula, sambungnya, tidak masuk akal bila sasaran peledakan adalah rumah
Hasyim. karena persoalannya sudah diselesaikan dengan jalur hukum.
Menurut kepala keamanan RW 06 Jalan Teluk Betung, Menteng, Yos Tatontos,
kelompok itu memang pernah beberapa kali datang ke ke rumah Hasyim pada tahun
lalu. Mereka bahkan berusaha masuk ke dalam rumah, namun dilarang oleh penjaga
keamanan di rumah itu.
Peluru
Menyusul ditemukannya 296 butir peluru di dekat halte bus di Kalimalang, Kepolisian
Sektor (Polsek) Duren Sawit masih terus orang yang membawa amunisi tersebut.
''Sejak ditemukan peluru-peluru itu, kami giat melakukan pengembangan untuk
mengetahui siapa yang membawa peluru-peluru itu. Namun, sampai pagi ini belum
diketahui pelakunya,'' kata Kepala Polsek Duren Sawit Komisaris Polisi Mustofa
sewaktu dihubungi, pagi tadi.
Dia menambahkan, peluru-peluru itu akan tetap disimpan di kantor Polsek untuk
kepentingan penyelidikan.
Seorang pedagang rokok di samping halte bus, lokasi ditemukan peluru-peluru itu,
Eddy (26) menjelaskan, di halte itu sering duduk-duduk sejumlah pemuda, termasuk
para pemancing yang sering mencari ikan di Kalimalang.
Dia tidak tahu siapa yang meninggalkan peluru itu di sana sebab warungnya sudah
tutup pukul 21.00 WIB, dan buka kembali keesokan paginya sekitar pukul 7.
Para pemuda setempat, tuturnya, sering memancing pada malam hari, lebih-lebih
saat bulan purnama. ''Memancing malam hari, katanya, asyik Bang,'' ujar pria
bertubuh sedang itu.
Berdasarkan pemantuan, sebelah barat antara halte Bus dan warung rokok milik
Eddy ada satu jalan kecil (jalan tikus) menuju Kalimalang. Di jalan kecil itulah,
ungkap Eddy, para pemancing lalu lalang.
Sekitar dua meter ke arah timur dari halte bus itu (pinggir Kalimalang) ditemukan
ratusan peluru dengan berbagai ukuran itu. (126/EH)
----------
Last modified: 26/9/2002
|