TEMPO, 22-9-2002 / 17:42 WIB
Hamzah Janji Lindungi Ba'asyir
TEMPO Interaktif, Boyolali: Wakil Presiden Hamzah Haz berjanji melindungi
Pemimpin Tertinggi Majelis Mujahidin Indonesia Abu Bakar Ba'asyir dari ancaman
penangkapan karena tuduhan teroris, menyusul kasus Omar al-Faruq yang mengaku
petinggi Al-Qaidah untuk Asia Tenggara. Dia bertekad berada di barisan terdepan
untuk menjaga para kiai yang mendapat tudingan menyeramkan itu.
"Kalau terbukti mereka teroris, saya sendiri yang akan memerintahkan polisi
menangkap. Tapi, kalau tidak, saya akan berada di depan untuk menjaga para kiai,"
kata dia saat ceramah di Pondok Pesantren Al Huda, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu
(22/9).
Dia mengatakan saat ini banyak pandangan yang menyudutkan pondok pesantren
dan tempat yang berbau keislaman karena dianggap berbahaya. Ketua Umum DPP
PPP itu mengakui dirinya sebagai tokoh Islam yang dianggap dekat dengan
tokoh-tokoh garis keras, karena dekat dengan Abu Bakar Ba'asyir, Panglima Laskar
Jihad Ja'far Umar Thalib dan Ketua Front Pembela Isam Habib Rizieq.
"Banyak perwakilan negara asing menanyakan sikap saya. Saya katakan, bahwa
saya ini sebagai wakil presiden, pembantu presiden itu akan mengayomi semua
rakyat," ujar dia diiringi tepuk tangan.
Bukan sekali ini Hamzah mengungkapkan komitmen dirinya untuk melindungi tokoh
Islam yang mendapat cap teroris atau membahayakan. Saat mengunjungi Ba'asyir di
Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, Mei lalu, Hamzah
menyatakan tidak ada kiai yang menjadi teroris. "Kalau kiai-kiai ini membuat gerakan
teror, bukan orang lain yang menyuruh menangkap, tetapi saya yang minta supaya
polisi menangkap. Tapi kalau tidak, saya yang di depan untuk menjaga para kiai-kiai
yang benar itu. Tangkap dulu saya sebelum menangkap para kyai," kata dia kala itu.
Lantas, tuduhan keterlibatan Ba'asyir dalam Al-Qaidah? Wakil Presiden meminta agar
semua pihak berprasangka baik. Kata dia, hanya Polri atau aparat keamanan yang
punya keyakinan dan mengetahui kebenaran tuduhan itu. "Lha bagaimana saya tahu,
wong tidak sehari-hari (bersama) dengan kiai itu. Tapi kita harus berprasangka baik.
Jadi tetap akan diayomi sebagai warga negara yang berbuat baik," tandas dia.
Di forum itu, Hamzah juga mengatakan tidak ada jaringan organisasi pimpinan
Usamah bin Laden itu di Indonesia. Kalau pun ada tuduhan tersebut, Hamzah
meminta bukti. Dia juga memperingatkan siapa pun tidak mengada-ada dengan
melempar tuduhan tanpa bukti. "Kata saya, sampai hari ini ndhak ada. Kalau ada
tunjukkan! Mana dia? Supaya diserahkan pada aparat. Benar atau tidak? Kalau tidak
ada, kita jangan ngarang-ngarang (membuat cerita rekaan) sendiri. Untuk mengadu
sesama kita sendiri sebab kita mau membangun," kata dia.
Menyusul publikasi hasil interogasi CIA pada Omar al-Faruq, pejabat tinggi keamanan
Indonesia mengakui ada indikasi jaringan Al-Qaidah di Indonesia. Ini disampaikan
oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Indikasi itu mesti ditelusuri lebih
dalam. Sedang Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pemerintah
tahu pasti peristiwa penangkapan pada 5 Juni lalu di Cijeruk, Bogor. Pasalnya,
penangkapan itu dilakukan intelijen Indonesia setelah mendapat masukan informasi
dari negara asing mengenai ancaman terorisme.
Hamzah juga mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk memberikan bukti-bukti
atas tuduhan adanya jaringan Al-Qaidah di Indonesia. Ini dia sampaikan saat
menjawab pers di Yogyakarta, setelah dari Boyolali. Desakan itu, jelasnya, karena
sampai saat ini aparat keamanan di Indonesia belum menemukan jaringan Al-Qaidah
di negeri ini. "Sampai sekarang kita belum menemukan. Makanya, saya katakan,
kalau Amerika Serikat punya data seperti itu, tolong kita diberi, kemudian diteliti
kepolisian kita," ujarnya. (Imron Rosyid/Heru C. Noegroho – Tempo News Room)
@ tempointeractive.com
|