This Story Benyamin MG writes..., Sorry still in Indonesian...Another Story written by Benyamin MG

 Pagi itu Benny bangun dengan perasan yang sangat malas. Yayangnya sedang sedang tidak ada. Sedang ada pemotretan di Paris, kemudian New York. Telepon darinya semalam tidak cukup menghibur hatinya.
" Udah Benny nyusul kesini aja, khan Young udah  bilang." kata Young dari seberang telepon.
" Nyusul sih gampang, tapi pekerjaan Benny di sini gimana?" jawab Benny.
"Benny khan udah punya open ticket, visanya udah ada, tinggal berangkat aja."
"Nanti dech. Kalo udah dapet ijin dari NB."
"Ya udah, terserah Benny. Pokoknya Young tunggu kabarnya." kata Young. "Eh om Karl udah nungguin, sebentar lagi giliran Young. Be a good boy. Daaag.."

 Benny bukannya tidak mau meminta ijin dari Nyonya Baroness, bossnya. Untuk urusan Young ia selalu memberikan izin. Tetapi ia sangat sungkan untuk meminta izin kepadanya. Ditambah hari ini ada rapat umum pemegang saham dimana Benny harus hadir untuk memberikan penjelasan kepada para pemegang saham.

 Setelah mandi dan berpakaian Benny kemudian menuju garasi. Vitaranya sudah menunggu. Vitara Turbo tahun 1988. Hanya ada 6 di dunia. Dinyalakan mesin DOHC 16 valvenya, terdengar musik indah ditelinganya.  Dikeluarkannya dari dalam garasi kemudian menuju rimba beton Jakarta. Dibukanya sun roof dan dibiarkannya sinar matahari pagi memasuki ruang dalam Vitaranya. Di nyalakannya CD player dan terdengar lagu Love of  My Life dari Extreme bersama Brian May.
"Ah, Young, pagi yang indah ini mengapa engkau tidak bersamaku?" kata Benny dalam hati.

 Segera Benny masuk kedalam jalan tol, kemudian dipacunya Vitaranya. Seratus, 120, 130, 140, seratus enam puluh kilometer perjam!. Dengan ban Pirelli Scorpion Zeronya yang erat mencengkram aspal jalan tol Bintaro, sebentar saja Benny sudah sampai di kantornya di kawasan Central Business District. Benny segera memarkir Vitaranya. Vitara B3NY itu sudah mempunyai tempat parkir tesendiri di gedung NB Building. Tak lama kemudian Ario sudah tiba dengan BMW M3nya, dan kemudian parkir di sebelah Vitara Benny.
"Elu nggak ke New York?" tanya Ario sambil berjalan menuju Benny.
"Enggak tahu nih, soalnya hari ini kan ada RUPS" jawab Benny.
Kemudian keduanya berjalan menuju lift dan menuju lantai paling atas dimana NB berkantor.

 Setelah lift berhenti dan pintu tebuka, Jenny, sekertaris Nyonya Baroness langsung menghampiri Benny.
"Anda dipanggil Nyonya, segera. Ada masalah penting" kata Jenny. Gadis langsing dengan rambut diikat ekor kuda itu kemudian meninggalkan mereka berdua.
Benny kemudian mengetuk pintu ruangan Nyonya Baroness.
"Masuk !" jawab suara didalam.

 Nyonya Baroness itu umurnya sekitar 57 tahun. Kecantikan waktu mudanya masih tersisa dan ia terlihat amat bersahaja. Ia kehilangan mata kanannya dalam sebuah kecelakaan lalu lintas sekitar 35 tahun yang lalu, sehingga sejak saat itu hingga kini selalu mengenakan penutup mata seperti bajak laut.
"Duduk." kata Nyonya Baroness. "Kenapa kamu tidak ke New York?"
"Saya mempunyai tanggung jawab disini, Nyonya." Jawab Benny.
"Bagus kalau begitu." jawab Nyonya Baroness sambil berdiri dari kursinya. "Pesawat saya sudah saya siapkan. Nanti kamu setelah selesai RUPS langsung berangkat saja."
"Terima kasih Nyonya. Maaf kalau merepotkan anda." Jawab Benny sambil berdiri kemudian berjalan keluar.
"Tunggu!" kata Nyonya Baroness lagi.
"Maaf, ada apa Nyonya?" kata Benny lagi.
"Mercy kamu sudah saya kirim kesana, jadi jangan lupa bawa kuncinya!" kata Nyonya Baroness lagi.
Nyonya Baroness memang kadang-kadang penuh kejutan.

 Benny menghirup kopinya. Penerbangan ke New York masih bersisa 5 jam lagi. Didalam pikirannya hanya teringat yayangnya tercinta. Teringat ketika Young baru ditawari untuk menjadi model…..
"Ben, Young ditawarin jadi model sama Mbak Cindy." kata Young kepada Benny ketika ia menjemputnya sehabis pemotretan.
"Emangnya kenapa?" tanya Benny. Tangannya dengan lihai memainkan setir Vitara, menembus rimba beton Jakarta.
"Young khan nggak cantik….." kata Young sambil menyandarkan kepalanya dipundak Benny.
"Yang bilang siapa?!!" tanya Benny. Kecepatan Vitaranya konstan di seratus kilometer perjam.
"Young!" jawab Young pendek.
"Bukan, kamu itu sebenarnya enggak pede!" kata Benny lagi. "Besok kamu telepon Mbak Cindy terus bilang iya. Kalo kamu nggak bilang juga nanti Benny yang telepon, apa mau sekarang?"
"Jangan, dia nanti udah tidur." jawab Young lagi.
"Sekarang kamu suka apa nggak kalo jadi model kayak Mbak Cindy?" tanya Benny.
"Suka aja, tapi nggak mungkin Young bisa kayak dia. Dia itu super model!"
"You’ll always be my supermodel my sweet heart…" kata Benny lagi

 Tiba-tiba saja handphone Benny berdering. Telepon dari Cindy ternyata.
"Ben, Young besok ditunggu sama Versace. Tolong dia suruh dateng, kontraknya sudah aku periksa, bagus, tinggal ditanda tangan aja." kata suara diseberang sana.
"Kamu mau dikontrak sama Versace, besok tinggal tanda tangan aja, semuanya udah beres." Kata Benny
Young diam saja. Ia tidak percaya. Gadis kidal berkaca mata minus itu seakan tidak percaya. Ia mendapat kontrak dari salah satu rumah mode paling terkenal di dunia.

 Semenjak telepon malam itu hidupnya berubah. Tawaran datang bertubi-tubi. Tercatat ia mengikat kontrak dengan Armani, Swatch, dan Ericsson. Gadis berambut pirang sepunggung itu nasibnya telah berubah. Tapi Benny ingat perkataannya dua hari kemudian.
"Ben, Young takut kalo harus ninggalin kamu." Kata Young.
"Emangnya kenapa?" tanya Benny.
"Kamu itu biasa hidup sendiri. Terus pacaran sama Young, hidup kamu jadi berubah, kemana-mana kita selalu berdua. Sekarang mau Young tinggalin lagi sama modelling." kata Young.
"You have your right to chase your dream, honey…" lalu Benny mencium Young dengan mesra sekali.
"Young percaya, kalo kamu tetap setia." kata  Young.
"Emang gampang punya cewek?!"

 Kejadian dua tahun lalu masih teringat di kepala Benny. Sekarang Benny sudah sukses, dengan menjadi salah satu direksi di NB Corporation. Young sudah sukses menjadi super model dunia. Hidup mereka berdua juga tidak lepas dari gosip.Namun mereka berjanji untuk selalu menghubungi satu sama lain. Mereka mempunyai nomor handphone yang hanya diketahui oleh mereka berdua dan tentu saja Allah yang maha mengetahui.

 Pesawat itu kemudian mendarat di bandara New York. Benny kemudian memasukkan kopor kedalam bagasi Mercedes  S600 warna biru tua. Dinyalakannya mesin V-12nya. Jet lag tidak lagi dirasakannya. Ingin segera ditemui yayangnya tercinta. Mercedes ceper itu mulai melaju. Velg Brabus Monoblok III  20 inch yang di balut dengan ban Dunlop SP9000 itu erat melekat ke aspal.  Dipacunya Mercedes itu menuju Ritz Carlton Hotel tempat yayangnya menginap.

"Mr Benyamin, we’ve been expecting you." kata penjaga front office.
"Did she know that I’m coming today?" tanya Benny
"No, sir!" jawab penjaga itu lagi." Your secret is safe with us."
"OK. Take me to her room."  Lalu Benny menuju kamar Young.

 Benny mengetuk pintu kamar itu. Seorang gadis berambut pirang diikat ekor kuda dengan penutup mata berwarna hitam dimata kanannya membukakan pintu. Gadis itu adalah Patsy, teman dekat Young. Ia mengenakan penutup mata karena kecelakaan saat balapan mobil.
"Benny! Ngapain elo kesini!" kata Patsy.
"Mana Doi?" tanya Benny.
"Bentar lagi juga keluar." kata Patsy sambil menunjuk ke arah kamar mandi.
"Lega!" kata Young saat keluar dari dalam kamar mandi. Ia baru saja menyelesaikan hajat besarnya. "Giliran elu sekarang, Pat!"
Benny langsung mencium yayangnya. Young kaget tapi juga senang.
"Bagus yach kamu, nggak pake telepon dulu !" kata Young. Benny hanya memamerkan giginya.
"Udah, sekarang giliran gua, gua udah kebelet nih!" kata Patsy sambil menutup pintu kamar mandi.
"I know you’re coming, but I’m not sure when." kata Young. " Kamu tidak pernah bisa tahan ditinggal lama sama Young !" Benny kembali memamerkan giginya.

 Lalu mereka berdua menghabiskan malam dengan minum Cappucino berdua di kafe.
"Emang waktu Young nggak ada kamu kemana aja?" tanya Young. Ia lalu mengaduk Cappucino dicangkirnya.
"Nggak kemana-mana, cuma dirumah aja." jawab Benny sambil menambahkan gula kecangkirnya. " Paling kalo lagi be-te jalan-jalan naek RX-7 atau Skyline."
"Pasti dech mobil Young nggak kamu panasin."
"Enak aja nuduh sembarangan. Coba liat dulu!" lalu Benny menggelitik pinggang yayangnya.
"Udah ah! Geli! Percaya dech percaya!" kata Young sambil kegelian.
Dipeluknya yayangnya kemudian dicium pusar yayangnya itu.
"Geli!! Tau nggak sich kamu Young geli nich!"
"salah sendiri kenapa pake baju cuma sepotong." (Young senang sekali memakai baju hipster, pertama karena perutnya begitu rata dan bagus, kedua karena Benny sangat senang melihat pusarnya itu.)

 Malam semakin larut, sementara dua anak manusia itu semakin dimabuk cinta
"Benny capek nggak?" tanya Young manja.
"Emang kenapa?" tanya Benny.
"Enggak, cuma tanya…"
Pertanyaan Young itu terasa sangat menggantung di hati Benny.

 Pagi-paginya Benny bangun, sebenarnya enggak pagi-pagi amat, solanya udah jam 11, Bennny mendapati sebuah notes kecil diletakkan didekat dekat handphonenya. Kemudian ia segera membacanya.
I want you to do it for me, but I’m sorry to leave you like this alone in the hotel room. I’ll be at Versace’s for the 2 o’clock show. Young.
Ps : Ngebangunin kamu itu sama juga bo’ong.
Hmmm Benny berguman. Ia lalu segera mandi dan turun ke lobby untuk sarapan.
"Goood morning, sir" kata pelayan. "Your breakfast is ready"
"Thank you." jawab Benny.
American breakfast kesukaan Benny. Nasi gurih (lho kok nasi?), Omelette, Hashbrown, Lambchop terus sama kopi. Ah nikmatnya!
Setelah Benny menyelesaikan makan paginya, ia langsung menuju tempat parkir, dimana S600-nya menunggu. Dinyalakannya Mesin 12 silinder itu, dibukanya sunroof lebar-lebar, dan Benny melusuri rimba NewYork yang kata orang trafficnya sangat ganas.
"Ini mach belon ada apa-apanya sama Glodok. Supir Glodok yang paling bego aja jago disini." pikir Benny. "The worst traffic in the world is in Indonesia."
Tiba-tiba saja sebuah taxi Caprice kuning memotong jalannnya dari kiri. (iya lah, taxi di NY Caprice semua), dengan cepat Benny membanting setir ke kanan. Untung nggak kena.
"Ngentot LU anjing!" umpat Benny. Supir taxi itu membalas mengacungkan jarinya.
"Anjing lu! Ngajakin ribut lagi!"
Di gebernya S600-nya kemudian dipalangkan persis didepan taxi itu. Supirnya kaget dan langsung berhenti. Benny turun kemudian digebraknya pintu taxi itu.
"Ngentot Lu! TURUN! kalo berani!" teriaknya. Terang aja si supir taxi bengong karena nggak ngerti bahasa Indonesia. "Berani lawan Supir Glodok LU!"
"I'm sorry, sir!" kata si supir taxi itu. Lalu lintas udah keburu macet, terus Polisi New York udah keburu dateng dengan Ford Mustang-nya. Udah gitu orang-orang pada ngeliatin.
"What happen sir?" tanya Polisi itu.
"This bastard cut my way. My car almost hit by him." jawab Benny.
"May I see your license and registration please?" tanya polisi itu lagi.
Benny lalu mengambil SIM dan STNK dari dompet.
"Here they are."
"Oh, you from Indonesia. It's all right sir. Do you want to press charge to this man?" tanya Polisi itu lagi.
"No It's all right. Just tell him not to mess with Indonesian again." Kata Benny setengah kesal.
Ia lalu masuk ke dalam S600-nya dan meninggalkan kerumunan. Polisi itu hanya bengong, karena cuma orang Indonesia yang berani motong taxi pake S600.

Versace Show, jam 2 siang. Benny mencari tempat parkir kosong, yang paling adem seperti biasa. Yang Benny nggak tahu tempat itu reserved buat undangan VIP. Tapi karena Benny pake S600 jadi dikasih. Kolusi di mana-mana. cukup dengan 10 dollar, yang jaga parkir diem.

Benny lalu masuk kedalam Convention Centre itu, lalu dengan cepat ia mencari back stage, yang dijaga ketat oleh bule-bule yang badannya satu setengah kali Hulk Hogan, plus dengan tampangnya yang sok sangar. Ia lalu menunjukkan undangannya, yang ditandatangani langsung sama Donna Versace. Kontan preman-preman tukang jaga pintu itu kaget, soalnya nggak nyangka kalo yang punya undangan itu Benny (NB: sebelumnya Donatella Versace udah pesen, kalo ada orang yang nunjukin undangan yang ada tanda tangan dia, harus dikasih perlakukan paling VIP)
Back stage peragaan Versace kali ini penuh dengan wanita-wanita super cantik dari seluruh dunia. Kayaknya semua super model ada disini, termasuk yang udah senior kayak mbak Cindy.
Tiba-tiba saja punggung Benny di tepuk oleh seorang cewek kece.
"Hey! where are you goin'!" kata cewek itu
Benny menoleh dan.... Cindy Crawford!
"Mbak Cindy!" Benny setengah kaget. "I'm going to meet Young, where is she?"
"Please just call me Cindy. She might be still in the changing room. Her turn will be just a moment."
"Iya, elu khan lebih tua!" pikir Benny. Lalu mereka berdua berbicara seperti teman lama yang sudah lama nggak ketemu (emang!), sambil mencari-cari dimana Young berada. Super model-super model yang laen cuma bisa bengong, karena nggak biasanya Cindy Crawford "negur" cowok duluan.
"There she is!" kata Cindy.
"Eh, Mbak Cindy!" Young langsung lari memeluk dan mencium Cindy Crawford. "Long time not see. Where have you been?"
"Iya, cuma mbak Cindy doang yang dicium, Yayangnya nggak...." kata Benny.
"Eits, Benny belakangan...." Lalu Young mencium Benny dengan nafsunya. (untuk yang penasaran, French Kiss) Cewek-cewek kece laen yang ada disitu rata-rata hanya bisa memandang dengan maha jealousnya. Siapa ini orang, udah jelek tapi di cariin sama cewek-cewek kece....

Setelah Show siang itu, Young capek banget, tapi dia nggak mau ngecewain yayangnya yang udah bela-belain meninggalkan RUPS cuma buat nemuin dia. Dan Young betul-betul tahu kalo yanyangnya itu lagi cranky atau error pasti diem aja. Diapain aja, kecuali dikasih liat velg bagus. Abis gitu biasanya Young dicuekin abis. Tapi hal ini jarang sekali terjadi, karena gimana pun capeknya Young, dia pasti nemenin Benny.
"Young, Benny tahu kamu capek. Kalo kamu mau tidur, tidur aja. Ntar kalo udah nyampe Benny bangunin." kata Benny.
Young melihat Benny dengan mata yang sayu dan tidak menjawab. Biasanya kalo Benny udah bilang begitu, lebih baek tidur aja, and jok kulit Mercedes S-class yang empuk ditambah AC yang dingin ditambah lagi lagu Kenny G.... Young pun tertidur lelap. Benny dengan tenangnya menjalankan S-class. Hari ini lalu lintas sedang berkawan dengannya.

"Where am I?" Young bangun dengan herannya.
Benny lalu menciumnya.
"Udah di hotel, Say..." kata Benny dengan mesranya.
Benny kalo bilang 'ntar gua bangunin' itu pasti bohong. Nggak pernah Benny mau ngebangunin orang, apalagi Young. Young inget tadi tidur di S-class...
"Tadi kamu pasti ngangkat Young keatas!" kata Young. "Terus apa kata orang-orang?"
Benny senyum, lalu diciumnya lagi Young.
"They understand.... " kata Benny.
Young diem lagi terus dilihatnya Yayangnya itu. Pandangannya kabur, ada yang nggak beres, mukanya Yayangnya nggak keliatan....
"Kacamata!" kata Young. Ini kebiasaan Young, yang kalo ketiduran lupa ngebuka kacamata, terus kalo kebangun suka panik karena kacamatanya nggak ada, biasanya lupa naro.
"Ini..." kata Benny sambil memberikan kacamata kepada Yayangnya.

Young sebenernya agak-agak kecewa, soalnya waktu di New York dia banyakan tidurnya, karena capeknya emang nggak ketulungan. Banyangin aja, abis pemotretan jam 2 pagi (waktu setempat) di Paris langsung terbang ke New York. Udah gitu belon sempet istirahat dia udah harus show di Versace. Tapi Benny begitu baeknya, penuh pengertian. Young udah ngerti, kalo Benny bilang tidur aja sebaiknya dia tidur.
"Young, besok Benny ada undangan dari Om Robert (Petersen, yang punya Petersen Publishing), di ajakin ngeliat-liat musiumnya dia di Wilshire." kata Benny.
Young berusaha keras untuk nggak ngecewain Benny. Dia tidur cepet malem ini. Wilshire itu ada di L.A, sedangkan sekarang mereka ada di N.Y, jadi besok pasti terbang lagi.

Los Angeles. Young turun duluan dari pesawatnya NB, terus Benny, abis gitu Patsy. (iyalah, masa Patsy mau di tinggal, dia khan yang nemenin Young waktu perginya...). Mereka langsung disambut oleh Robert Petersen sendiri. Mereka langsung ke Wilshire naek S600.
"Nice Benz you have here." kata Om Petersen.
"Thank you." kata Benny.

Petersen Automotive Museum itu bagus banget, semua memorabilia otomotif ada disana, terrmasuk juga sejarah drag racing.
"Ben! itu mobil yang dipake Shirley Muldowney." kata Young.
Young langsung aja mendekati mobil legendaris itu. Shirley "Cha-cha" Muldowney adalah salah satu drag racer wanita yang pernah masuk the four second club. Dia juga salah satu pahlawan drag racing seperti Big Daddy Garlits, Joe Amato, etc...
"Young, someone is here to see you." kata Om Petersen lagi.
Young kaget setengah mati, Shirley Muldowney sendiri!
"Hi! I'm Shirley. Here's my grand son, he said he wanted your autograph, 'cause you're his favorite super model." kata Shirley Muldowney.
"Hi I'm Young." kata Young. Lalu ia memberikan tandatangan kepada cucunya Shirley Muldowney.

LACR, Los Angeles County Raceway, satu hari setelah kejadian Young ketemu Cha-cha Muldowney. Young nggak ngira kalo cucunya pahlawannya dia ternyata ngefans sama dia. Sekarang Young udah janji untuk ngetes waktu sama dia. Benny diam saja, soalnya yang ngajakin Young ngedrag juga dia. Rasain lho.
Young udah siap di dalem Chevy 454 SS-nya Benny. Dia lagi nuyngguin lampu ijo di Christmas Tree. Mesin 454 cu-in itu suaranya lebih mirip mesin pesawat. 1000 horse power waiting to be unleashed.
Ijo! Young menggeber Chevy itu sekenceng-kencengnya. 100, 200, 300, 400 meter!
Tak lama kemudian Young kembali ke pit.
"Berapa Ben?" tanya Young
"6.9 detik... 160 mph, 0-60 3.25 detik..." jawab Benny yang rada-rada pasrah.
"Damn! pasti karena Young udah lama nggak bawa manual!" kata Young yang ternyata E.T-nya tidak lebih baik.
Shirley Muldowney yang ada di situ diem aja. Dia juga bengong, soalnya di kelas Door Slammer jarang ada yang bisa segitu cepet. Apalagi street legal.....
Tiba-tiba saja Ericsson SH 888 Benny berbunyi. Dari Nyonya Baroness.
"Iya Nyonya, saya sendiri." jawab Benny.
"Begini Ben, Om Hassan besok mau dateng, mau nego lagi sama kamu." kata Nyonya Baroness.
"Emangnya kenapa lagi Nyonya?" tanya Benny lagi.
"Dia masih penasaran, kenapa kamu nggak mau ngejual Vitara kamu." kata Nyonya Baroness lagi.
"B3NY tidak akan pernah saya jual biar di tawarin Brunei juga." Benny ngotot.
"Bukan, B1508 MD..."
"Apalagi itu Nyonya. Itu adalah Vitara pertama saya. Tidak akan saya jual kepada siapa pun juga."
"Ya udah, kamu ngomong sendiri aja sama Om Hassan." kata Nyonya Baroness lagi.
"Baik Nyonya." lalu Benny menutup telepon.
"Kenapa Ben?" tanya Young.
"Om Hassan masih ngotot mau beli EPI Benny." kata Benny.
Young nggak komentar. Itu Vitara pertamanya Benny. Young tahu betul waktu itu ada cowok jelek, kelakuannya aneh, nganterin dia pulang dari bengkel, yang ternyata adalah yang punya bengkel dan terus Young jadi suka sama dia. Cowok itu cueknya setengah mati sama nggak berani ngomong apa-apa ke cewek. Terus Young ngeliat bahwa cowok itu ternyata bermasalah dalam menghadapi cewek yang disukainya. Cowok itu sekarang jadi yayangnya. Setelah itu Benny baru cerita kalo semua temen-temennya udah pernah pacaran di Vitaranya, kecuali yang punya. And Young is the first one....
"Ngapain begong Say..." kata Benny.
"Nggak, inget-inget aja kenangan Young sama EPI." kata Young.
"See, Kamu juga cinta khan...." kata Benny. "Enak aja mo di masukin museum."
"Yach udah, besok kita balik." kata Young. "Suruh NB ajak Om Hassan maen golf aja dulu..."

"Jakarta!  and My Beloved Vitara!" kata Benny waktu nyampe di Jakarta.
Benny langsung menghidupkan mesin Vitaranya. Sudah seminggu rumblenya nggak kedengeran. Young kemudian naek menyusul Benny.
Aah! sweet smell of Recaro... pikir Benny. Jok Recaro Vitaranya memang didesain khusus sesuai dengan bentuk tulang belakangnya, juga jok passenger side, sesuai dengan bentuk tubuhnya Young. Jadi kalo ada orang laen yang protes kalo naek Vitaranya Benny, dia pasti bilang, Iya, joknya emang bukan buat elo! Tapi sampe saat ini belon ada seorang pun yang protes plus tidak ada orang laen yang boleh bawa Vitaranya Benny.
Jalanan Jakarta hari ini lagi bersahabat. Benny membuka sunroof  lebar-lebar. Membiarkan matahari pagi masuk ke dalam Vitaranya. Young yang masih capek ketiduran. Young memang seneng banget tidur di Vitaranya Benny, dari mereka belon pacaran...
"Young, udah nyampe." kata Benny.
"Ooh....Young ke kamar mandi dulu yach..." kata Young lalu turun duluan dari Vitara.
Benny langsung menuju ke tempat parkir khususnya. Benny memarkir Vitaranya. Sepertinya Ario sudah datang, karena Preludenya sudah ada ditempat parkirnya. Prelude V-TEC 97 pake Brabus Monoblok IV, cuma ada satu di Jakarta, apalagi pelat nomornya B 2808 AS.  Udah gitu ditempat parkir direksi Brabus Limonya Nyonya Baroness udah ada. Ini juga hasil kerjaan Benny, S600 di strech sama Pullman, Interiornya di bangun sama Dutchatelet, terus mesin sama suspensinya Brabus. Oh iya, pelegnya Brabus Monoblok III 20". Terus ada mobil aneh lagi. Subaru Legacy GT Touring Wagon 22B, punyanya Young, yang belon sempet di taro di rumah. Warnanya Dark Classic, Interiornya tan leather, pake velg BBS DTM 18", 225/40ZR18, Ceper abis (ban digigit spakbor), sunroof (Semua mobil yang ada dirumah Benny nggak ada yang nggak pake sunroof) dibangun sama Prodrive, automatic tranny, 300 hp. Udah gitu ada Ferrari F-40 yang dari luar stock abis, cuma velgnya diganti 18", tapi sound systemnya full Pioneer, sama mesinnya powernya dua kali F-40 standar, punya Alexandra, cucunya Nyonya Baroness. Pelat nomernya juga Alexandra.... Udah gitu ada Blazer Kuning ceper abis pake Center Line Billet Sabre 19" punyanya Patsy. Yang aneh : Recaro A8-nya warnanya merah, mesinnya LT-1 Twin Turbo, 5 speed auto....
Begitulah suasana tempat parkir khusus di NB Building sehari-harinya. Tapi hari ini ada satu yang aneh. Mercy Tiger (W123) station wagon, warna hitam solid, American Style (bumper monyong), Sunroof, Automatic, Interiornya tan, ceper, dan yang paling jedang adalah... Brabus Monoblok III 18" yang cuma ada 5 set di dunia.(10 biji lebar 8", 10 biji lagi 9.5"). Pemiliknya tidak lain dan tidak bukan adalah Oddi Gilianto, temen Benny waktu kuliah.
"Ngapain si Somplak ada di sini..." pikir Benny.
Brabus Monoblok III 18" itu dipesen khusus sama Benny dan Oddi buat W123. 2 set di pake sama Oddi buat W123-nya sama W124-nya (dua-duanya estate) terus 3 set lagi  buat W123 coupe, W123 cabriolet, W123 sedan. Udah, yang ini ceritanya nanti ajah, pokoknya semua di bangun sama Brabus....
Benny langsung naek keatas ke lantai tempat ruang kerja Nyonya Baroness berada. Ketika pintu lift terbuka.....
"Eh Nyet, ngapain gua dipanggil?!!!" kata Oddi.
"Babi! Om Hassan ntar mo dateng, dia pasti gatel ngeliat-liat tempat parkir dibawah..." kata Benny.
"Pesenan gua dari Bottrop udah jadi belon?" tanya Oddi lagi.
Belum sempat Benny menjawab,
"Ben! dipanggil Nyonya!" kata Jenny "Oddi juga!"
Mereka lalu masuk ke dalam ruangan Nyonya Baroness.
"Oddi, maaf saya memanggil kamu tiba-tiba." kata Nyonya Baroness.
"Asal penting sih nggak apa-apa Nyonya." jawab Oddi.
"Begini. Ini semua kerjaan kamu Ben." kata Nyonya Baroness.
"Kok Saya???" Benny heran.
"Si Hassan itu penasaran pengen beli Vitara kamu, kenapa nggak kamu lepas aja sich!" kata Nyonya Baroness.
"Never!" jawab Benny
"Iya, tahu." kata Nyonya Baroness lagi." Kalo aku nggak usah kamu kasih tahu udah tahu kenapa...."
"Sekarang, Nyonya, ada Oddi, ada Ario, disini, tanya kenapa." kata Benny lagi.
"Berapa Ben ??" tanya Oddi.
"EPI gua ditawar 15 M" jawab Benny tenang.
"Boong elu Ben!" kata Ario.
"Gila! terus...." Oddi penasaran. "Kenapa elu nggak bilang?"
"There's something money cannot buy my friend. It's the memory" jawab Benny.
Nyonya Baroness melirik jam di pergelangan tangan kanannya
"Sekarang harusnya udah dateng." kata Nyonya Baroness.
"Apaan Nyonya?"
"W123 Limo, makanya kamu saya suruh dateng Di." kata Nyonya Baroness.
"Dimana?" tanya Oddi penasaran.
Nyonya Baroness lalu berjalan ke jendela dan menunjuk ke bawah.
Oddi yang penasaran ngeliat juga ke bawah, dari lantai 30 emang cuma keliatan kayak limo biasa.
Ketiganya lalu bergegas turun ke pelataran parkir.

"Gimana Say?" tanya Benny.
"Keren!" Jawab Oddi. "Ternyata proposal kita waktu itu disetujui, limo service pake Tiger..."
Oddi lalu memeriksa 6 buah Limousine Mercedes W123 itu. Semuanya warnanya putih. Dasarnya diambil dari Mercedes 250 LR yang biasa jadi taksi di Beirut, Libanon, atau Israel. Terus dire-build lagi, sama dipanjangin lagi 63 cm lagi, biar kesan limonya lebih kuat. Interiornya di bikin sesuai jamannya, retro modern, dan full Connolly leather, supaya mewah. Juga Wood trimnya. Dalemnya ada TV, kulkas, telepon, data/fax, bar, pokoknya limo modern. Terus luarnya dikasih bumper America (yang monyong). Velgnya... Brabus Monoblok III 17"
Oddi membuka kap mesin salah satunya.
"Diesel Ben?" tanya Oddi heran.
"Iya, mesinnya 300 D, gearboxnya automatic. Pokoknya nyaman."
"Test Drive dulu!" usul Ario.
Oddi masuk ke tempat supir lalu menjalankan  Mercedes Limo itu. Benny duduk didepan, sementara Ario mencoba interiornya.
"Powernya bagus." kata Oddi.
"Asyik Ben, ada Privacy Glass, terus Sunroof lagi dibelakang." kata Ario dari belakang.
"Gimana, nggak nyesel khan dateng kemari...." kata Benny. "Gua ngajakin elo, karena elu ahlinya Tiger. Terus ntar mo di pake buat jemput Om Hassan. Jadi gua pengen elu ngecheck semuanya dulu."
"Oooo. Terus New Eyes gua?" tanya Oddi lagi.
"Ntar Sore dateng dari Bottrop. Udah gua re-confirm, jadi elu tenang aja."
Tiba-tiba saja Nyonya Baroness sudah ada dibawah. Mereka lalu menghentikan test drivenya.
"Ben, Om Hassan udah berangkat. Siap-siap aja dech." kata Nyonya Baroness.
Mereka semua cuma bisa bengong.

Hari itu Om Hassan dateng dengan pesawat pribadinya, bukan dengan Royal Brunei, karena ini adalah kunjungan pribadi, bukan kunjungan kenegaraan, jadi nggak ada sambutan kenegaraan. Nyonya Baroness udah standby dari tadi. Dalam hati dia juga ngedumel, karena gara-gara Benny nggak mau ngelepasin Vitaranya, dia jadi repot. Udah gitu Nyonya Baroness pake ngancem pula kalo ntar Vitaranya dia ganti (Om Hassan masih ngutang dua jalan tol sama NB). Tapi itu juga yang bikin Om Hassan penasaran, kenapa Vitara berisik aja mahal amat, udah gitu nggak di jual.
Benny nggak mau bilang. Dia cuma bilang, kalo elo mau tahu, dateng ketempat gua. that's it. Om Hassan di tantangin gitu marah, terus dia bilang gua dateng! And now... dia udah turun dari pesawat.
"Apakabar Nyonya? lama tak jumpa" kata Om Hassan.
"Kabar baik, bagaimana dengan anda?" jawab Nyonya Baroness.
Lalu keduanya berjalan menuju ruang tunggu VIP. Benny ada disana dan selalu, ditemani yayangnya yang cantik.
"Apakabar Nak?" tanya Om Hassan.
"Baek!" jawab Benny.
Lalu mereka berbasa-basi sebentar.
"Kendaraan anda sudah siap, silahkan." kata Nyonya Baroness.
Mereka lalu berjalan ke salah satu Tiger Limo yang sudah disiapkan.
"Wah apa pula ini? awak belom punya!" kata Om Hassan.
"Tanyakan saje pada Benny" jawab Nyonya Baroness. Om Hassan nggak bisa ngomong, soalnya kalo Nyonya Baroness udah ngomong gitu dia sama sekali nggak bisa nego harga. Apa kata Benny harus diikuti, kalo masih mau barangnya.
"Mercedes W123 Limo" jawab Benny.
Om Hassan lalu masuk kedalamnya diikuti pengawalnya. Nyonya Baroness menyusul dengan Brabus Limonya. Benny dan Young naek S-class Coupenya kemudian iring-iringan itu menuju Hilton Hotel tempat Om Hassan menginap. Acara pertama malam ini adalah makan malam, sambil nego....

"Pat! buruan!" kata Young. "Ntar nggak kebagian!"
"Tenang aja...." kata Patsy sambil menghisap rokoknya.
Patsy kalau lagi melakukan hajat besarnya memang paling lama. Patsy lalu melirik Tag Heuer di pergelangan tangan kanannya. "Masih lama, gua pasti kebagian!"
"Ya udah, gua duluan, Benny udah nungguin. Kasihan yayang gua!" kata Young kepada Patsy yang masih bertahta diatas toilet.
"Doo, segitunya, belon puas nih gua, ntar nggak bisa makan banyak!"
Young meninggalkan Patsy sendirian di kamar mandi, mencari yayangnya.
Patsy mematikan rokoknya, lalu mengambil gulungan toilet paper untuk membersihkan sisa-sisa "pembuangan"-nya. Terdengar suara toilet di flush dan Patsy merapikan celananya kembali. Setelah mencuci tangan ia segera bergabung dengan yang lain.

Om Hassan masih aja kenceng maunya untuk beli Vitaranya Benny. Dia nggak ngerti kenapa Vitaranya Benny begitu istimewanya, sampe-sampenya dituker ladang minyak di Brunei aja nggak mau.
"Ben, please, jual donk ke Om, buat nambahin koleksi Om nich...." kata Om Hassan
"No Way." jawab Benny.
"Kenapa?"
"There's something money can't buy Om."
"I know, tapi kenapa?"
"Kenapa nggak bikin aja sendiri? Vitara di Brunei khan banyak..."
"Nggak bakalan sama, Om naksir berat sama punya kamu."
"Nggak, Vitara EPI itu terlalu banyak kenangannya. And I kept well all my memories.
Om Hassan akhirnya ngaku terus terang, bahwa sekalinya waktu itu dibawa naek Vitaranya Benny, dia naksir berat, soalnya nggak banyak orang ngebangun Vitara kayak punya Benny. Terus dia tambah penasaran kenapa Vitara kayak gitu aja nggak rela dituker apapun. Om Hassan masih aja ngebujuk Benny. Akhirnya Benny kasihan juga, soalnya ini orang udah bela-belain mo dateng sendiri in person cuma buat nego soal beginian. (Tamapangnya juga amat sangat memelas)
"OK. Begini. B1508MD tidak akan berpindah tangan, tidak akan dijual, tapi saya mau buatin satu."
Benny melihat ke yayangnya.
"Buatin nggak Say?" tanya Benny kepada Young yang baru bergabung. "Kalo sama Young nggak boleh nggak akan saya buatin."
Om Hassan tahu kalo Young lebih gampang di "setanin" daripada Benny.
"Young, please...." kata Om Hassan.
"Remember, our memories are never meant to sell and never be sold." kata Young.
"I understand."
Young lalu membisikan sesuatu kepada Benny. Benny lalu senyum sambil ngeliat Om Hassan.
"OK, sekarang  B1508MD udah 270000 kilometer." kata Benny.
Om Hassan mendengarkan dengan sangat antusias.
"Saya akan buatin, dengan harga pasar, tapi satu syaratnya."
"Silahkan, syarat apapun akan saya terima" kata Om Hassan.
"Yakin?"
"Demi Allah saya yakin" kata Om Hassan mantap.
"OK. Selama 270000 kilometer pertama, tidak ada orang laen, I mean manusia lain selain Sultan Hassanal Bolkiah sendiri yang nyetir mobil itu, ngebersihin mobil itu, ngerawat mobil itu,juga ngebenerin mobil itu kalo rusak Dan tidak boleh kotor sama sekali, terutama kolongnya. target 270000 itu sudah harus tercapai selambat-lambatnya 10 tahun. Kalo nggak, Brunei menjadi milik negara saya beserta segala isinya. And jangan coba-coba di overclock, karena Odonya saya segel, dan cuma saya di dunia ini yang punya segelnya. Tidak Young, juga tidak Nyonya Baroness. dan saya tahu benar seperti apa kondisi Vitara setelah 270000 kilometer. Jelas?" kata Benny.
"Jen, ketik dan bikin perjanjiannya diatas meterai." kata Benny kepada Jenny, sekretarisnya NB, yang dari tadi udah standby pake laptop.
"Beres Ben" kata Jenny sambil menyerahkan selembar kertas bermeterai.
"Silahkan tanda tangan." kata Benny kepada Om Hassan.
Om Hassan nggak bisa komentar lagi. Dia harus mau menerima semua syaratnya. Malu karena udah sumpah di depan orang banyak. Dia kemudian menandatangani perjanjian itu, juga semua saksi yang hadir, termasuk pelayan Hilton yang nggak tahu apa-apa cuma karena pas ngomong gitu dia lagi ngisi gelasnya Om Hassan.
"Setelah 270000 kilometer anda akan tahu apa yang saya maksud." kata Benny.

--------

Benny lagi nggak karuan juntrungannya. Hari ini kok kayaknya BeTe banget. Nggak tahu kenapa pokoknya pikirannya lagi mumet. Akhirnya Benny keluar dari kantornya. Hari ini kebetulan lagi pake S600 Coupe, soalnya Vitaranya lagi istirahat. Mungkin karena seharian kemaren Vitaranya digeber kali....
Benny baru saja merebahakan dirinya di Jok S-class yang empuk itu. Tiba-tiba saja Ericsson SH888-nya berbunyi.
"Yang, kamu jemput Young yach." kata Young.
Benny semakin pening kepalanya. Tapi karena dia cinta banget sama pacarnya itu, Dia bela-belain jemput.
"Ditempat biasa khan?" tanya Benny.
"Yach. Udah dulu ya Say. Udah giliran Young sekarang."
Young lalu menutup telepon.
--------
Benny udah cukup lama nungguin dibelakang panggung. Dia nggak boleh masuk ke ruang ganti soalnya isinya cewek semua (plus they're all models...). Young belon keluar juga. Mbak Cindy yang dari tadi nemenin juga bingung.
"Ntar ya Ben, Cindy cariin." kata Mbak Cindy.
"Tolong dech Mbak."
Cindy Crawford merasa sangat berhutang budi sama Benny. Waktu itu dia baru buka modelling agency, tapi dia kekurangan dana. Young yang waktu itu udah ditolongin sama Cindy merasa hutang budi. Young bilang why don't you speak to Benny. Cindy tadinya malu, tapi terus karena Benny rada risi karena wanita cantik itu plangang plongong didepannya, Benny sok pede aja nanyain.
"Ada apa Mbak?" tanya Benny.
"Begini, kata Young kamu bisa nolongin saya..."
Cindy lalu cerita apa adanya. Benny lalu telepon Nyonya Baroness.
"Mbak, bisa saya bantu." kata Benny.
Cindy sangat senang. Lalu ia meminta Benny jadi konsultannya. Sebulan kemudian Cindy Model House berdiri. Setahun kemudian namanya udah setara sama Ford atau Elite.
----------
"Sorry lama!" kata Young sambil mencium Benny. Benny diam saja sambil senyum."Soalnya tadi ada yang sakit perut, jadi nunggu WC-nya lamaaa sekaleee!"
"Mbak, Benny permisi dulu yach!" kata Benny sambil melabaikan tangan kepada Cindy.
"DaaaG!" kata Cindy.
"Daaagg Mbaaak!!!" kata Young.
Lalu S600 Coupe itu berlalu dengan segera.
--------
Nokia 9110 Benny berbunyi.
"Ben, dari Nyonya Baroness, terima nggak? missed callsnya udah ada sebelas..." kata Young.
"Iya dech." jawab Benny yang masih tetap mengemudi.
"Saya sendiri, Nyonya" kata Benny.
"Ben, hari ini Hubert Neis mau dateng. Kalo bisa kamu tolongin Nyonya dong, soalnya dia kalo speak-speak suka nyebelin." kata Nyonya Baroness"
"Kenapa nggak telepon Ario aja Nyonya?" tanya Benny.
Nyonya Baroness lalu mengiyakan. Tapi dari nadanya Nyonya baroness masih menyimpan harapan bahwa Benny akan datang.
"Kenapa Benny nggak mau dateng?" tanya Young.
"Young tahu nggak kalo orang-orang IMF itu nyebelin" kata Benny.
"Iya, terus..."
"Hubert Neis itu puncaknya. For me he's just a beggar"
Young lalu senyum...
Benny lalu memacu laju S600 coupenya, yang sebenernya dari tadi udah kenceng.
-------
"Katanya nggak mau ke kantor." cela Young.
"Yach sekalian mumpung udah pake sepatu." kata Benny santai...
"Yang, kita udah lama ngedance..." kata Young. Kemudian tangan Young dengan jailnya memainkan CD Changer Control Pioneer.
"Cari lagu apa sih Say?" tanya Benny. Matanya tetap konsentrasi ke jalan
"Nah ini dia!" kata Young.
Lalu lagu "Bailamos" dari Enrique Iglesias memenuhi ruangan S600 itu. Young kemudian membesarkan volumenya.
"Inget khan?" tanya Young.
"Pasti!" jawab Benny. Lalu ingatan mereka berdua kembali kepada malam itu.
Malam itu Salsa Club ramai seperti biasanya. Tapi kali ini tempat itu penuh karena di book oleh orang-orang dari NB Corp. Nyonya Baroness sendiri hadir disana. Dia sepertinya juga sanagt menikmati suasana.
Young datang dengan rok mini hitam dan ketat. Lekuk tubuhnya sangat sempurna. Lain dari biasanya, Benny juga tampil rapih, tidak kalah dari yayangnya. Patsy datang dengan entah pria manalagi, yang pasti ujung-ujungnya diajak bermain cinta hingga pria itu menyerah dan kapok tidak pernah menemuinya lagi. Alexandara juga datang dengan penampilan yang seksi, juga Jenny, sekretaris Nyonya Baroness. Semua orang sepertinya menikmati malam itu.
Tiba giliran bintang tamu, Enrique Iglesias. Ia kemudian membawakan lagu hitnya "Bailamos". Seperti disihir,Young langsung turun ke lantai dansa dan berdansa Salsa dengan amat seksinya. Sepertinya semua orang belum pernah melihat Young begitu "liarnya" Benny tidak mau ketinggalan. Malam itu mereka menjadi bintang pesta.
"Young jadi pengen lagi" kata Young.
Benny lalu mencium bibir yayangnya. "Ofcourse honey..."



Back to the link page