Pagi itu Benny bangun dengan perasan yang sangat malas. Yayangnya
sedang sedang tidak ada. Sedang ada pemotretan di Paris, kemudian New York.
Telepon darinya semalam tidak cukup menghibur hatinya.
" Udah Benny nyusul kesini aja, khan Young udah bilang." kata
Young dari seberang telepon.
" Nyusul sih gampang, tapi pekerjaan Benny di sini gimana?" jawab Benny.
"Benny khan udah punya open ticket, visanya udah ada, tinggal berangkat
aja."
"Nanti dech. Kalo udah dapet ijin dari NB."
"Ya udah, terserah Benny. Pokoknya Young tunggu kabarnya." kata Young.
"Eh om Karl udah nungguin, sebentar lagi giliran Young. Be a good boy.
Daaag.."
Benny bukannya tidak mau meminta ijin dari Nyonya Baroness, bossnya. Untuk urusan Young ia selalu memberikan izin. Tetapi ia sangat sungkan untuk meminta izin kepadanya. Ditambah hari ini ada rapat umum pemegang saham dimana Benny harus hadir untuk memberikan penjelasan kepada para pemegang saham.
Setelah mandi dan berpakaian Benny kemudian menuju garasi. Vitaranya
sudah menunggu. Vitara Turbo tahun 1988. Hanya ada 6 di dunia. Dinyalakan
mesin DOHC 16 valvenya, terdengar musik indah ditelinganya. Dikeluarkannya
dari dalam garasi kemudian menuju rimba beton Jakarta. Dibukanya
sun roof dan dibiarkannya sinar matahari pagi memasuki ruang dalam
Vitaranya. Di nyalakannya CD player dan terdengar lagu Love
of My Life dari Extreme bersama Brian May.
"Ah, Young, pagi yang indah ini mengapa engkau tidak bersamaku?" kata
Benny dalam hati.
Segera Benny masuk kedalam jalan tol, kemudian dipacunya Vitaranya.
Seratus, 120, 130, 140, seratus enam puluh kilometer perjam!. Dengan ban
Pirelli
Scorpion Zeronya yang erat mencengkram aspal jalan tol Bintaro, sebentar
saja Benny sudah sampai di kantornya di kawasan Central Business District.
Benny segera memarkir Vitaranya. Vitara B3NY itu sudah mempunyai tempat
parkir tesendiri di gedung NB Building. Tak lama kemudian Ario sudah tiba
dengan BMW M3nya, dan kemudian parkir di sebelah Vitara Benny.
"Elu nggak ke New York?" tanya Ario sambil berjalan menuju Benny.
"Enggak tahu nih, soalnya hari ini kan ada RUPS" jawab Benny.
Kemudian keduanya berjalan menuju lift dan menuju lantai paling atas
dimana NB berkantor.
Setelah lift berhenti dan pintu tebuka, Jenny, sekertaris Nyonya
Baroness langsung menghampiri Benny.
"Anda dipanggil Nyonya, segera. Ada masalah penting" kata Jenny. Gadis
langsing dengan rambut diikat ekor kuda itu kemudian meninggalkan mereka
berdua.
Benny kemudian mengetuk pintu ruangan Nyonya Baroness.
"Masuk !" jawab suara didalam.
Nyonya Baroness itu umurnya sekitar 57 tahun. Kecantikan waktu
mudanya masih tersisa dan ia terlihat amat bersahaja. Ia kehilangan mata
kanannya dalam sebuah kecelakaan lalu lintas sekitar 35 tahun yang lalu,
sehingga sejak saat itu hingga kini selalu mengenakan penutup mata seperti
bajak laut.
"Duduk." kata Nyonya Baroness. "Kenapa kamu tidak ke New York?"
"Saya mempunyai tanggung jawab disini, Nyonya." Jawab Benny.
"Bagus kalau begitu." jawab Nyonya Baroness sambil berdiri dari kursinya.
"Pesawat saya sudah saya siapkan. Nanti kamu setelah selesai RUPS langsung
berangkat saja."
"Terima kasih Nyonya. Maaf kalau merepotkan anda." Jawab Benny sambil
berdiri kemudian berjalan keluar.
"Tunggu!" kata Nyonya Baroness lagi.
"Maaf, ada apa Nyonya?" kata Benny lagi.
"Mercy kamu sudah saya kirim kesana, jadi jangan lupa bawa kuncinya!"
kata Nyonya Baroness lagi.
Nyonya Baroness memang kadang-kadang penuh kejutan.
Benny menghirup kopinya. Penerbangan ke New York masih bersisa
5 jam lagi. Didalam pikirannya hanya teringat yayangnya tercinta. Teringat
ketika Young baru ditawari untuk menjadi model…..
"Ben, Young ditawarin jadi model sama Mbak Cindy." kata Young kepada
Benny ketika ia menjemputnya sehabis pemotretan.
"Emangnya kenapa?" tanya Benny. Tangannya dengan lihai memainkan setir
Vitara, menembus rimba beton Jakarta.
"Young khan nggak cantik….." kata Young sambil menyandarkan kepalanya
dipundak Benny.
"Yang bilang siapa?!!" tanya Benny. Kecepatan Vitaranya konstan di
seratus kilometer perjam.
"Young!" jawab Young pendek.
"Bukan, kamu itu sebenarnya enggak pede!" kata Benny lagi. "Besok kamu
telepon Mbak Cindy terus bilang iya. Kalo kamu nggak bilang juga nanti
Benny yang telepon, apa mau sekarang?"
"Jangan, dia nanti udah tidur." jawab Young lagi.
"Sekarang kamu suka apa nggak kalo jadi model kayak Mbak Cindy?" tanya
Benny.
"Suka aja, tapi nggak mungkin Young bisa kayak dia. Dia itu super model!"
"You’ll always be my supermodel my sweet heart…" kata Benny lagi
Tiba-tiba saja handphone Benny berdering. Telepon dari Cindy ternyata.
"Ben, Young besok ditunggu sama Versace. Tolong dia suruh dateng, kontraknya
sudah aku periksa, bagus, tinggal ditanda tangan aja." kata suara diseberang
sana.
"Kamu mau dikontrak sama Versace, besok tinggal tanda tangan aja, semuanya
udah beres." Kata Benny
Young diam saja. Ia tidak percaya. Gadis kidal
berkaca mata minus itu seakan tidak percaya. Ia mendapat kontrak dari salah
satu rumah mode paling terkenal di dunia.
Semenjak telepon malam itu hidupnya berubah. Tawaran datang bertubi-tubi.
Tercatat ia mengikat kontrak dengan Armani, Swatch,
dan Ericsson. Gadis berambut pirang sepunggung itu nasibnya telah berubah.
Tapi Benny ingat perkataannya dua hari kemudian.
"Ben, Young takut kalo harus ninggalin kamu." Kata Young.
"Emangnya kenapa?" tanya Benny.
"Kamu itu biasa hidup sendiri. Terus pacaran sama Young, hidup kamu
jadi berubah, kemana-mana kita selalu berdua. Sekarang mau Young tinggalin
lagi sama modelling." kata Young.
"You have your right to chase your dream, honey…" lalu Benny mencium
Young dengan mesra sekali.
"Young percaya, kalo kamu tetap setia." kata Young.
"Emang gampang punya cewek?!"
Kejadian dua tahun lalu masih teringat di kepala Benny. Sekarang Benny sudah sukses, dengan menjadi salah satu direksi di NB Corporation. Young sudah sukses menjadi super model dunia. Hidup mereka berdua juga tidak lepas dari gosip.Namun mereka berjanji untuk selalu menghubungi satu sama lain. Mereka mempunyai nomor handphone yang hanya diketahui oleh mereka berdua dan tentu saja Allah yang maha mengetahui.
Pesawat itu kemudian mendarat di bandara New York. Benny kemudian memasukkan kopor kedalam bagasi Mercedes S600 warna biru tua. Dinyalakannya mesin V-12nya. Jet lag tidak lagi dirasakannya. Ingin segera ditemui yayangnya tercinta. Mercedes ceper itu mulai melaju. Velg Brabus Monoblok III 20 inch yang di balut dengan ban Dunlop SP9000 itu erat melekat ke aspal. Dipacunya Mercedes itu menuju Ritz Carlton Hotel tempat yayangnya menginap.
"Mr Benyamin, we’ve been expecting you." kata penjaga front office.
"Did she know that I’m coming today?" tanya Benny
"No, sir!" jawab penjaga itu lagi." Your secret is safe with us."
"OK. Take me to her room." Lalu Benny menuju kamar Young.
Benny mengetuk pintu kamar itu. Seorang gadis berambut pirang
diikat ekor kuda dengan penutup mata berwarna hitam dimata kanannya membukakan
pintu. Gadis itu adalah Patsy, teman dekat Young. Ia mengenakan penutup
mata karena kecelakaan saat balapan mobil.
"Benny! Ngapain elo kesini!" kata Patsy.
"Mana Doi?" tanya Benny.
"Bentar lagi juga keluar." kata Patsy sambil menunjuk ke arah kamar
mandi.
"Lega!" kata Young saat keluar dari dalam kamar mandi. Ia baru saja
menyelesaikan hajat besarnya. "Giliran elu sekarang, Pat!"
Benny langsung mencium yayangnya. Young kaget tapi juga senang.
"Bagus yach kamu, nggak pake telepon dulu !" kata Young. Benny hanya
memamerkan giginya.
"Udah, sekarang giliran gua, gua udah kebelet nih!" kata Patsy sambil
menutup pintu kamar mandi.
"I know you’re coming, but I’m not sure when." kata Young. " Kamu tidak
pernah bisa tahan ditinggal lama sama Young !" Benny kembali memamerkan
giginya.
Lalu mereka berdua menghabiskan malam dengan minum Cappucino berdua
di kafe.
"Emang waktu Young nggak ada kamu kemana aja?" tanya Young. Ia lalu
mengaduk Cappucino dicangkirnya.
"Nggak kemana-mana, cuma dirumah aja." jawab Benny sambil menambahkan
gula kecangkirnya. " Paling kalo lagi be-te jalan-jalan naek RX-7
atau Skyline."
"Pasti dech mobil Young nggak kamu panasin."
"Enak aja nuduh sembarangan. Coba liat dulu!" lalu Benny menggelitik
pinggang yayangnya.
"Udah ah! Geli! Percaya dech percaya!" kata Young sambil kegelian.
Dipeluknya yayangnya kemudian dicium pusar yayangnya itu.
"Geli!! Tau nggak sich kamu Young geli nich!"
"salah sendiri kenapa pake baju cuma sepotong." (Young senang sekali
memakai baju hipster, pertama karena perutnya begitu rata dan bagus, kedua
karena Benny sangat senang melihat pusarnya itu.)
Malam semakin larut, sementara dua anak manusia itu semakin dimabuk
cinta
"Benny capek nggak?" tanya Young manja.
"Emang kenapa?" tanya Benny.
"Enggak, cuma tanya…"
Pertanyaan Young itu terasa sangat menggantung di hati Benny.
Pagi-paginya Benny bangun, sebenarnya enggak pagi-pagi amat, solanya
udah jam 11, Bennny mendapati sebuah notes kecil diletakkan didekat dekat
handphonenya. Kemudian ia segera membacanya.
I want you to do it for me, but I’m sorry to leave you like this alone
in the hotel room. I’ll be at Versace’s for the 2 o’clock show. Young.
Ps : Ngebangunin kamu itu sama juga bo’ong.
Hmmm Benny berguman. Ia lalu segera mandi dan turun ke lobby untuk
sarapan.
"Goood morning, sir" kata pelayan. "Your breakfast is ready"
"Thank you." jawab Benny.
American breakfast kesukaan Benny. Nasi gurih (lho kok nasi?), Omelette,
Hashbrown, Lambchop terus sama kopi. Ah nikmatnya!
Setelah Benny menyelesaikan makan paginya, ia langsung menuju tempat
parkir, dimana S600-nya menunggu. Dinyalakannya Mesin 12 silinder itu,
dibukanya sunroof lebar-lebar, dan Benny melusuri rimba NewYork yang kata
orang trafficnya sangat ganas.
"Ini mach belon ada apa-apanya sama Glodok. Supir Glodok yang paling
bego aja jago disini." pikir Benny. "The worst traffic in the world is
in Indonesia."
Tiba-tiba saja sebuah taxi Caprice kuning memotong jalannnya dari kiri.
(iya lah, taxi di NY Caprice semua), dengan cepat Benny membanting setir
ke kanan. Untung nggak kena.
"Ngentot LU anjing!" umpat Benny. Supir taxi itu membalas mengacungkan
jarinya.
"Anjing lu! Ngajakin ribut lagi!"
Di gebernya S600-nya kemudian dipalangkan persis didepan taxi itu.
Supirnya kaget dan langsung berhenti. Benny turun kemudian digebraknya
pintu taxi itu.
"Ngentot Lu! TURUN! kalo berani!" teriaknya. Terang aja si supir taxi
bengong karena nggak ngerti bahasa Indonesia. "Berani lawan Supir Glodok
LU!"
"I'm sorry, sir!" kata si supir taxi itu. Lalu lintas udah keburu macet,
terus Polisi New York udah keburu dateng dengan Ford Mustang-nya. Udah
gitu orang-orang pada ngeliatin.
"What happen sir?" tanya Polisi itu.
"This bastard cut my way. My car almost hit by him." jawab Benny.
"May I see your license and registration please?" tanya polisi itu
lagi.
Benny lalu mengambil SIM dan STNK dari dompet.
"Here they are."
"Oh, you from Indonesia. It's all right sir. Do you want to press charge
to this man?" tanya Polisi itu lagi.
"No It's all right. Just tell him not to mess with Indonesian again."
Kata Benny setengah kesal.
Ia lalu masuk ke dalam S600-nya dan meninggalkan kerumunan. Polisi
itu hanya bengong, karena cuma orang Indonesia yang berani motong taxi
pake S600.
Versace Show, jam 2 siang. Benny mencari tempat parkir kosong, yang paling adem seperti biasa. Yang Benny nggak tahu tempat itu reserved buat undangan VIP. Tapi karena Benny pake S600 jadi dikasih. Kolusi di mana-mana. cukup dengan 10 dollar, yang jaga parkir diem.
Benny lalu masuk kedalam Convention Centre itu, lalu dengan cepat ia
mencari back stage, yang dijaga ketat oleh bule-bule yang badannya satu
setengah kali Hulk Hogan, plus dengan tampangnya yang sok sangar. Ia lalu
menunjukkan undangannya, yang ditandatangani langsung sama Donna Versace.
Kontan preman-preman tukang jaga pintu itu kaget, soalnya nggak nyangka
kalo yang punya undangan itu Benny (NB: sebelumnya Donatella Versace udah
pesen, kalo ada orang yang nunjukin undangan yang ada tanda tangan dia,
harus dikasih perlakukan paling VIP)
Back stage peragaan Versace kali ini penuh dengan wanita-wanita super
cantik dari seluruh dunia. Kayaknya semua super model ada disini, termasuk
yang udah senior kayak mbak Cindy.
Tiba-tiba saja punggung Benny di tepuk oleh seorang cewek kece.
"Hey! where are you goin'!" kata cewek itu
Benny menoleh dan.... Cindy Crawford!
"Mbak Cindy!" Benny setengah kaget. "I'm going to meet Young, where
is she?"
"Please just call me Cindy. She might be still in the changing room.
Her turn will be just a moment."
"Iya, elu khan lebih tua!" pikir Benny. Lalu mereka berdua berbicara
seperti teman lama yang sudah lama nggak ketemu (emang!), sambil mencari-cari
dimana Young berada. Super model-super model yang laen cuma bisa bengong,
karena nggak biasanya Cindy Crawford "negur" cowok duluan.
"There she is!" kata Cindy.
"Eh, Mbak Cindy!" Young langsung lari memeluk dan mencium Cindy Crawford.
"Long time not see. Where have you been?"
"Iya, cuma mbak Cindy doang yang dicium, Yayangnya nggak...." kata
Benny.
"Eits, Benny belakangan...." Lalu Young mencium Benny dengan nafsunya.
(untuk yang penasaran, French Kiss) Cewek-cewek kece laen yang ada disitu
rata-rata hanya bisa memandang dengan maha jealousnya. Siapa ini orang,
udah jelek tapi di cariin sama cewek-cewek kece....
Setelah Show siang itu, Young capek banget, tapi dia nggak mau ngecewain
yayangnya yang udah bela-belain meninggalkan RUPS cuma buat nemuin dia.
Dan Young betul-betul tahu kalo yanyangnya itu lagi cranky atau error pasti
diem aja. Diapain aja, kecuali dikasih liat velg bagus. Abis gitu biasanya
Young dicuekin abis. Tapi hal ini jarang sekali terjadi, karena gimana
pun capeknya Young, dia pasti nemenin Benny.
"Young, Benny tahu kamu capek. Kalo kamu mau tidur, tidur aja. Ntar
kalo udah nyampe Benny bangunin." kata Benny.
Young melihat Benny dengan mata yang sayu dan tidak menjawab. Biasanya
kalo Benny udah bilang begitu, lebih baek tidur aja, and jok
kulit Mercedes S-class yang empuk ditambah AC yang dingin ditambah
lagi lagu Kenny G.... Young pun tertidur lelap. Benny dengan tenangnya
menjalankan S-class. Hari ini lalu lintas sedang berkawan dengannya.
"Where am I?" Young bangun dengan herannya.
Benny lalu menciumnya.
"Udah di hotel, Say..." kata Benny dengan mesranya.
Benny kalo bilang 'ntar gua bangunin' itu pasti bohong. Nggak pernah
Benny mau ngebangunin orang, apalagi Young. Young inget tadi tidur di S-class...
"Tadi kamu pasti ngangkat Young keatas!" kata Young. "Terus apa kata
orang-orang?"
Benny senyum, lalu diciumnya lagi Young.
"They understand.... " kata Benny.
Young diem lagi terus dilihatnya Yayangnya itu. Pandangannya kabur,
ada yang nggak beres, mukanya Yayangnya nggak keliatan....
"Kacamata!" kata Young. Ini kebiasaan Young, yang kalo ketiduran lupa
ngebuka kacamata, terus kalo kebangun suka panik karena kacamatanya nggak
ada, biasanya lupa naro.
"Ini..." kata Benny sambil memberikan kacamata kepada Yayangnya.
Young sebenernya agak-agak kecewa, soalnya waktu di New York dia banyakan
tidurnya, karena capeknya emang nggak ketulungan. Banyangin aja, abis pemotretan
jam 2 pagi (waktu setempat) di Paris langsung terbang ke New York. Udah
gitu belon sempet istirahat dia udah harus show di Versace. Tapi Benny
begitu baeknya, penuh pengertian. Young udah ngerti, kalo Benny bilang
tidur aja sebaiknya dia tidur.
"Young, besok Benny ada undangan dari Om Robert (Petersen, yang punya
Petersen Publishing), di ajakin ngeliat-liat musiumnya dia di Wilshire."
kata Benny.
Young berusaha keras untuk nggak ngecewain Benny. Dia tidur cepet malem
ini. Wilshire itu ada di L.A, sedangkan sekarang mereka ada di N.Y, jadi
besok pasti terbang lagi.
Los Angeles. Young turun duluan dari pesawatnya NB, terus Benny, abis
gitu Patsy. (iyalah, masa Patsy mau di tinggal, dia khan yang nemenin Young
waktu perginya...). Mereka langsung disambut oleh Robert Petersen sendiri.
Mereka langsung ke Wilshire naek S600.
"Nice Benz you have here." kata Om Petersen.
"Thank you." kata Benny.
Petersen Automotive Museum itu bagus banget, semua memorabilia otomotif
ada disana, terrmasuk juga sejarah drag racing.
"Ben! itu mobil yang dipake Shirley Muldowney." kata Young.
Young langsung aja mendekati mobil legendaris itu. Shirley "Cha-cha"
Muldowney adalah salah satu drag racer wanita yang pernah masuk the four
second club. Dia juga salah satu pahlawan drag racing seperti Big Daddy
Garlits, Joe Amato, etc...
"Young, someone is here to see you." kata Om Petersen lagi.
Young kaget setengah mati, Shirley Muldowney sendiri!
"Hi! I'm Shirley. Here's my grand son, he said he wanted your autograph,
'cause you're his favorite super model." kata Shirley Muldowney.
"Hi I'm Young." kata Young. Lalu ia memberikan tandatangan kepada cucunya
Shirley Muldowney.
LACR, Los Angeles County Raceway, satu hari setelah kejadian Young ketemu
Cha-cha Muldowney. Young nggak ngira kalo cucunya pahlawannya dia ternyata
ngefans sama dia. Sekarang Young udah janji untuk ngetes waktu sama dia.
Benny diam saja, soalnya yang ngajakin Young ngedrag juga dia. Rasain lho.
Young udah siap di dalem Chevy
454 SS-nya Benny. Dia lagi nuyngguin lampu ijo di Christmas Tree. Mesin
454 cu-in itu suaranya lebih mirip mesin pesawat. 1000 horse power waiting
to be unleashed.
Ijo! Young menggeber Chevy itu sekenceng-kencengnya. 100, 200, 300,
400 meter!
Tak lama kemudian Young kembali ke pit.
"Berapa Ben?" tanya Young
"6.9 detik... 160 mph, 0-60 3.25 detik..." jawab Benny yang rada-rada
pasrah.
"Damn! pasti karena Young udah lama nggak bawa manual!" kata Young
yang ternyata E.T-nya tidak lebih baik.
Shirley Muldowney yang ada di situ diem aja. Dia juga bengong, soalnya
di kelas Door Slammer jarang ada yang bisa segitu cepet. Apalagi street
legal.....
Tiba-tiba saja Ericsson SH 888 Benny berbunyi. Dari Nyonya Baroness.
"Iya Nyonya, saya sendiri." jawab Benny.
"Begini Ben, Om Hassan besok mau dateng, mau nego lagi sama kamu."
kata Nyonya Baroness.
"Emangnya kenapa lagi Nyonya?" tanya Benny lagi.
"Dia masih penasaran, kenapa kamu nggak mau ngejual Vitara kamu." kata
Nyonya Baroness lagi.
"B3NY tidak akan pernah saya jual biar di tawarin Brunei juga." Benny
ngotot.
"Bukan, B1508 MD..."
"Apalagi itu Nyonya. Itu adalah Vitara pertama saya. Tidak akan saya
jual kepada siapa pun juga."
"Ya udah, kamu ngomong sendiri aja sama Om Hassan." kata Nyonya Baroness
lagi.
"Baik Nyonya." lalu Benny menutup telepon.
"Kenapa Ben?" tanya Young.
"Om Hassan masih ngotot mau beli EPI Benny." kata Benny.
Young nggak komentar. Itu Vitara pertamanya Benny. Young tahu betul
waktu itu ada cowok jelek, kelakuannya aneh, nganterin dia pulang dari
bengkel, yang ternyata adalah yang punya bengkel dan terus Young jadi suka
sama dia. Cowok itu cueknya setengah mati sama nggak berani ngomong apa-apa
ke cewek. Terus Young ngeliat bahwa cowok itu ternyata bermasalah dalam
menghadapi cewek yang disukainya. Cowok itu sekarang jadi yayangnya. Setelah
itu Benny baru cerita kalo semua temen-temennya udah pernah pacaran di
Vitaranya, kecuali yang punya. And Young is the first one....
"Ngapain begong Say..." kata Benny.
"Nggak, inget-inget aja kenangan Young sama EPI." kata Young.
"See, Kamu juga cinta khan...." kata Benny. "Enak aja mo di masukin
museum."
"Yach udah, besok kita balik." kata Young. "Suruh NB ajak Om Hassan
maen golf aja dulu..."
"Jakarta! and My Beloved Vitara!" kata Benny waktu nyampe di Jakarta.
Benny langsung menghidupkan mesin Vitaranya. Sudah seminggu rumblenya
nggak kedengeran. Young kemudian naek menyusul Benny.
Aah! sweet smell of Recaro... pikir Benny. Jok
Recaro Vitaranya memang didesain khusus sesuai dengan bentuk tulang
belakangnya, juga jok passenger side, sesuai dengan bentuk tubuhnya Young.
Jadi kalo ada orang laen yang protes kalo naek Vitaranya Benny, dia pasti
bilang, Iya, joknya emang bukan buat elo! Tapi sampe saat ini belon ada
seorang pun yang protes plus tidak ada orang laen yang boleh bawa Vitaranya
Benny.
Jalanan Jakarta hari ini lagi bersahabat. Benny membuka sunroof
lebar-lebar. Membiarkan matahari pagi masuk ke dalam Vitaranya. Young yang
masih capek ketiduran. Young memang seneng banget tidur di Vitaranya Benny,
dari mereka belon pacaran...
"Young, udah nyampe." kata Benny.
"Ooh....Young ke kamar mandi dulu yach..." kata Young lalu turun duluan
dari Vitara.
Benny langsung menuju ke tempat parkir khususnya. Benny memarkir Vitaranya.
Sepertinya Ario sudah datang, karena Preludenya sudah ada ditempat parkirnya.
Prelude V-TEC 97 pake Brabus Monoblok IV, cuma ada satu di Jakarta, apalagi
pelat nomornya B 2808 AS. Udah gitu ditempat parkir direksi Brabus
Limonya Nyonya Baroness udah ada. Ini juga hasil kerjaan Benny, S600
di strech sama Pullman, Interiornya di bangun sama Dutchatelet, terus mesin
sama suspensinya Brabus. Oh iya, pelegnya Brabus Monoblok III 20". Terus
ada mobil aneh lagi. Subaru Legacy GT Touring Wagon 22B, punyanya Young,
yang belon sempet di taro di rumah. Warnanya Dark Classic, Interiornya
tan leather, pake velg BBS DTM 18", 225/40ZR18, Ceper abis (ban digigit
spakbor), sunroof (Semua mobil yang ada dirumah Benny nggak ada yang nggak
pake sunroof) dibangun sama Prodrive, automatic tranny, 300 hp. Udah gitu
ada Ferrari F-40 yang dari luar stock abis, cuma velgnya diganti 18", tapi
sound systemnya full Pioneer, sama mesinnya powernya dua kali F-40 standar,
punya Alexandra, cucunya Nyonya Baroness. Pelat nomernya juga Alexandra....
Udah gitu ada Blazer Kuning ceper abis pake Center Line Billet Sabre 19"
punyanya Patsy. Yang aneh : Recaro A8-nya warnanya merah, mesinnya LT-1
Twin Turbo, 5 speed auto....
Begitulah suasana tempat parkir khusus di NB Building sehari-harinya.
Tapi hari ini ada satu yang aneh. Mercy
Tiger (W123) station wagon, warna hitam solid, American Style (bumper
monyong), Sunroof, Automatic, Interiornya tan, ceper, dan yang paling jedang
adalah... Brabus Monoblok III 18" yang cuma ada 5 set di dunia.(10 biji
lebar 8", 10 biji lagi 9.5"). Pemiliknya tidak lain dan tidak bukan adalah
Oddi Gilianto, temen Benny waktu kuliah.
"Ngapain si Somplak ada di sini..." pikir Benny.
Brabus Monoblok III 18" itu dipesen khusus sama Benny dan Oddi buat
W123. 2 set di pake sama Oddi buat W123-nya sama W124-nya (dua-duanya estate)
terus 3 set lagi buat W123 coupe,
W123 cabriolet, W123 sedan. Udah, yang ini ceritanya nanti ajah, pokoknya
semua di bangun sama Brabus....
Benny langsung naek keatas ke lantai tempat ruang kerja Nyonya Baroness
berada. Ketika pintu lift terbuka.....
"Eh Nyet, ngapain gua dipanggil?!!!" kata Oddi.
"Babi! Om Hassan ntar mo dateng, dia pasti gatel ngeliat-liat tempat
parkir dibawah..." kata Benny.
"Pesenan gua dari Bottrop udah jadi belon?" tanya Oddi lagi.
Belum sempat Benny menjawab,
"Ben! dipanggil Nyonya!" kata Jenny "Oddi juga!"
Mereka lalu masuk ke dalam ruangan Nyonya Baroness.
"Oddi, maaf saya memanggil kamu tiba-tiba." kata Nyonya Baroness.
"Asal penting sih nggak apa-apa Nyonya." jawab Oddi.
"Begini. Ini semua kerjaan kamu Ben." kata Nyonya Baroness.
"Kok Saya???" Benny heran.
"Si Hassan itu penasaran pengen beli Vitara kamu, kenapa nggak kamu
lepas aja sich!" kata Nyonya Baroness.
"Never!" jawab Benny
"Iya, tahu." kata Nyonya Baroness lagi." Kalo aku nggak usah kamu kasih
tahu udah tahu kenapa...."
"Sekarang, Nyonya, ada Oddi, ada Ario, disini, tanya kenapa." kata
Benny lagi.
"Berapa Ben ??" tanya Oddi.
"EPI gua ditawar 15 M" jawab Benny tenang.
"Boong elu Ben!" kata Ario.
"Gila! terus...." Oddi penasaran. "Kenapa elu nggak bilang?"
"There's something money cannot buy my friend. It's the memory" jawab
Benny.
Nyonya Baroness melirik jam di pergelangan tangan kanannya
"Sekarang harusnya udah dateng." kata Nyonya Baroness.
"Apaan Nyonya?"
"W123 Limo, makanya kamu saya suruh dateng Di." kata Nyonya Baroness.
"Dimana?" tanya Oddi penasaran.
Nyonya Baroness lalu berjalan ke jendela dan menunjuk ke bawah.
Oddi yang penasaran ngeliat juga ke bawah, dari lantai 30 emang cuma
keliatan kayak limo biasa.
Ketiganya lalu bergegas turun ke pelataran parkir.
"Gimana Say?" tanya Benny.
"Keren!" Jawab Oddi. "Ternyata proposal kita waktu itu disetujui, limo
service pake Tiger..."
Oddi lalu memeriksa 6 buah Limousine
Mercedes W123 itu. Semuanya warnanya putih. Dasarnya diambil dari Mercedes
250 LR yang biasa jadi taksi di Beirut, Libanon, atau Israel. Terus dire-build
lagi, sama dipanjangin lagi 63 cm lagi, biar kesan limonya lebih kuat.
Interiornya di bikin sesuai jamannya, retro modern, dan full Connolly leather,
supaya mewah. Juga Wood trimnya. Dalemnya ada TV, kulkas, telepon, data/fax,
bar, pokoknya limo modern. Terus luarnya dikasih bumper America (yang monyong).
Velgnya... Brabus Monoblok III 17"
Oddi membuka kap mesin salah satunya.
"Diesel Ben?" tanya Oddi heran.
"Iya, mesinnya 300 D, gearboxnya automatic. Pokoknya nyaman."
"Test Drive dulu!" usul Ario.
Oddi masuk ke tempat supir lalu menjalankan Mercedes Limo itu.
Benny duduk didepan, sementara Ario mencoba interiornya.
"Powernya bagus." kata Oddi.
"Asyik Ben, ada Privacy Glass, terus Sunroof lagi dibelakang." kata
Ario dari belakang.
"Gimana, nggak nyesel khan dateng kemari...." kata Benny. "Gua ngajakin
elo, karena elu ahlinya Tiger. Terus ntar mo di pake buat jemput Om Hassan.
Jadi gua pengen elu ngecheck semuanya dulu."
"Oooo. Terus New Eyes gua?"
tanya Oddi lagi.
"Ntar Sore dateng dari Bottrop. Udah gua re-confirm, jadi elu tenang
aja."
Tiba-tiba saja Nyonya Baroness sudah ada dibawah. Mereka lalu menghentikan
test drivenya.
"Ben, Om Hassan udah berangkat. Siap-siap aja dech." kata Nyonya Baroness.
Mereka semua cuma bisa bengong.
Hari itu Om Hassan dateng dengan pesawat pribadinya, bukan dengan Royal
Brunei, karena ini adalah kunjungan pribadi, bukan kunjungan kenegaraan,
jadi nggak ada sambutan kenegaraan. Nyonya Baroness udah standby dari tadi.
Dalam hati dia juga ngedumel, karena gara-gara Benny nggak mau ngelepasin
Vitaranya, dia jadi repot. Udah gitu Nyonya Baroness pake ngancem pula
kalo ntar Vitaranya dia ganti (Om Hassan masih ngutang dua jalan tol sama
NB). Tapi itu juga yang bikin Om Hassan penasaran, kenapa Vitara berisik
aja mahal amat, udah gitu nggak di jual.
Benny nggak mau bilang. Dia cuma bilang, kalo elo mau tahu, dateng
ketempat gua. that's it. Om Hassan di tantangin gitu marah, terus dia bilang
gua dateng! And now... dia udah turun dari pesawat.
"Apakabar Nyonya? lama tak jumpa" kata Om Hassan.
"Kabar baik, bagaimana dengan anda?" jawab Nyonya Baroness.
Lalu keduanya berjalan menuju ruang tunggu VIP. Benny ada disana dan
selalu, ditemani yayangnya yang cantik.
"Apakabar Nak?" tanya Om Hassan.
"Baek!" jawab Benny.
Lalu mereka berbasa-basi sebentar.
"Kendaraan anda sudah siap, silahkan." kata Nyonya Baroness.
Mereka lalu berjalan ke salah satu Tiger Limo yang sudah disiapkan.
"Wah apa pula ini? awak belom punya!" kata Om Hassan.
"Tanyakan saje pada Benny" jawab Nyonya Baroness. Om Hassan nggak bisa
ngomong, soalnya kalo Nyonya Baroness udah ngomong gitu dia sama sekali
nggak bisa nego harga. Apa kata Benny harus diikuti, kalo masih mau barangnya.
"Mercedes W123 Limo" jawab Benny.
Om Hassan lalu masuk kedalamnya diikuti pengawalnya. Nyonya Baroness
menyusul dengan Brabus Limonya. Benny dan Young naek S-class
Coupenya kemudian iring-iringan itu menuju Hilton Hotel tempat Om Hassan
menginap. Acara pertama malam ini adalah makan malam, sambil nego....
"Pat! buruan!" kata Young. "Ntar nggak kebagian!"
"Tenang aja...." kata Patsy sambil menghisap rokoknya.
Patsy kalau lagi melakukan hajat besarnya memang paling lama. Patsy
lalu melirik Tag Heuer di pergelangan tangan kanannya. "Masih lama, gua
pasti kebagian!"
"Ya udah, gua duluan, Benny udah nungguin. Kasihan yayang gua!" kata
Young kepada Patsy yang masih bertahta diatas toilet.
"Doo, segitunya, belon puas nih gua, ntar nggak bisa makan banyak!"
Young meninggalkan Patsy sendirian di kamar mandi, mencari yayangnya.
Patsy mematikan rokoknya, lalu mengambil gulungan toilet paper untuk
membersihkan sisa-sisa "pembuangan"-nya. Terdengar suara toilet di flush
dan Patsy merapikan celananya kembali. Setelah mencuci tangan ia segera
bergabung dengan yang lain.
Om Hassan masih aja kenceng maunya untuk beli Vitaranya Benny. Dia nggak
ngerti kenapa Vitaranya Benny begitu istimewanya, sampe-sampenya dituker
ladang minyak di Brunei aja nggak mau.
"Ben, please, jual donk ke Om, buat nambahin koleksi Om nich...." kata
Om Hassan
"No Way." jawab Benny.
"Kenapa?"
"There's something money can't buy Om."
"I know, tapi kenapa?"
"Kenapa nggak bikin aja sendiri? Vitara di Brunei khan banyak..."
"Nggak bakalan sama, Om naksir berat sama punya kamu."
"Nggak, Vitara EPI itu terlalu banyak kenangannya. And I kept well
all my memories.
Om Hassan akhirnya ngaku terus terang, bahwa sekalinya waktu itu dibawa
naek Vitaranya Benny, dia naksir berat, soalnya nggak banyak orang ngebangun
Vitara kayak punya Benny. Terus dia tambah penasaran kenapa Vitara kayak
gitu aja nggak rela dituker apapun. Om Hassan masih aja ngebujuk Benny.
Akhirnya Benny kasihan juga, soalnya ini orang udah bela-belain mo dateng
sendiri in person cuma buat nego soal beginian. (Tamapangnya juga amat
sangat memelas)
"OK. Begini. B1508MD tidak akan berpindah tangan, tidak akan dijual,
tapi saya mau buatin satu."
Benny melihat ke yayangnya.
"Buatin nggak Say?" tanya Benny kepada Young yang baru bergabung. "Kalo
sama Young nggak boleh nggak akan saya buatin."
Om Hassan tahu kalo Young lebih gampang di "setanin" daripada Benny.
"Young, please...." kata Om Hassan.
"Remember, our memories are never meant to sell and never be sold."
kata Young.
"I understand."
Young lalu membisikan sesuatu kepada Benny. Benny lalu senyum sambil
ngeliat Om Hassan.
"OK, sekarang B1508MD udah 270000 kilometer." kata Benny.
Om Hassan mendengarkan dengan sangat antusias.
"Saya akan buatin, dengan harga pasar, tapi satu syaratnya."
"Silahkan, syarat apapun akan saya terima" kata Om Hassan.
"Yakin?"
"Demi Allah saya yakin" kata Om Hassan mantap.
"OK. Selama 270000 kilometer pertama, tidak ada orang laen, I mean
manusia lain selain Sultan Hassanal Bolkiah sendiri yang nyetir mobil itu,
ngebersihin mobil itu, ngerawat mobil itu,juga ngebenerin mobil itu kalo
rusak Dan tidak boleh kotor sama sekali, terutama kolongnya. target 270000
itu sudah harus tercapai selambat-lambatnya 10 tahun. Kalo nggak, Brunei
menjadi milik negara saya beserta segala isinya. And jangan coba-coba di
overclock, karena Odonya saya segel, dan cuma saya di dunia ini yang punya
segelnya. Tidak Young, juga tidak Nyonya Baroness. dan saya tahu benar
seperti apa kondisi Vitara setelah 270000 kilometer. Jelas?" kata Benny.
"Jen, ketik dan bikin perjanjiannya diatas meterai." kata Benny kepada
Jenny, sekretarisnya NB, yang dari tadi udah standby pake laptop.
"Beres Ben" kata Jenny sambil menyerahkan selembar kertas bermeterai.
"Silahkan tanda tangan." kata Benny kepada Om Hassan.
Om Hassan nggak bisa komentar lagi. Dia harus mau menerima semua syaratnya.
Malu karena udah sumpah di depan orang banyak. Dia kemudian menandatangani
perjanjian itu, juga semua saksi yang hadir, termasuk pelayan Hilton yang
nggak tahu apa-apa cuma karena pas ngomong gitu dia lagi ngisi gelasnya
Om Hassan.
"Setelah 270000 kilometer anda akan tahu apa yang saya maksud." kata
Benny.
--------
Benny lagi nggak karuan juntrungannya. Hari ini kok kayaknya BeTe banget.
Nggak tahu kenapa pokoknya pikirannya lagi mumet. Akhirnya Benny keluar
dari kantornya. Hari ini kebetulan lagi pake S600 Coupe, soalnya Vitaranya
lagi istirahat. Mungkin karena seharian kemaren Vitaranya digeber kali....
Benny baru saja merebahakan dirinya di Jok S-class yang empuk itu.
Tiba-tiba saja Ericsson SH888-nya berbunyi.
"Yang, kamu jemput Young yach." kata Young.
Benny semakin pening kepalanya. Tapi karena dia cinta banget sama pacarnya
itu, Dia bela-belain jemput.
"Ditempat biasa khan?" tanya Benny.
"Yach. Udah dulu ya Say. Udah giliran Young sekarang."
Young lalu menutup telepon.
--------
Benny udah cukup lama nungguin dibelakang panggung. Dia nggak boleh
masuk ke ruang ganti soalnya isinya cewek semua (plus they're all models...).
Young belon keluar juga. Mbak Cindy yang dari tadi nemenin juga bingung.
"Ntar ya Ben, Cindy cariin." kata Mbak Cindy.
"Tolong dech Mbak."
Cindy Crawford merasa sangat berhutang budi sama Benny. Waktu itu dia
baru buka modelling agency, tapi dia kekurangan dana. Young yang waktu
itu udah ditolongin sama Cindy merasa hutang budi. Young bilang why don't
you speak to Benny. Cindy tadinya malu, tapi terus karena Benny rada risi
karena wanita cantik itu plangang plongong didepannya, Benny sok pede aja
nanyain.
"Ada apa Mbak?" tanya Benny.
"Begini, kata Young kamu bisa nolongin saya..."
Cindy lalu cerita apa adanya. Benny lalu telepon Nyonya Baroness.
"Mbak, bisa saya bantu." kata Benny.
Cindy sangat senang. Lalu ia meminta Benny jadi konsultannya. Sebulan
kemudian Cindy Model House berdiri. Setahun kemudian namanya udah setara
sama Ford atau Elite.
----------
"Sorry lama!" kata Young sambil mencium Benny. Benny diam saja sambil
senyum."Soalnya tadi ada yang sakit perut, jadi nunggu WC-nya lamaaa sekaleee!"
"Mbak, Benny permisi dulu yach!" kata Benny sambil melabaikan tangan
kepada Cindy.
"DaaaG!" kata Cindy.
"Daaagg Mbaaak!!!" kata Young.
Lalu S600 Coupe itu berlalu dengan segera.
--------
Nokia 9110 Benny berbunyi.
"Ben, dari Nyonya Baroness, terima nggak? missed callsnya udah ada
sebelas..." kata Young.
"Iya dech." jawab Benny yang masih tetap mengemudi.
"Saya sendiri, Nyonya" kata Benny.
"Ben, hari ini Hubert Neis mau dateng. Kalo bisa kamu tolongin Nyonya
dong, soalnya dia kalo speak-speak suka nyebelin." kata Nyonya Baroness"
"Kenapa nggak telepon Ario aja Nyonya?" tanya Benny.
Nyonya Baroness lalu mengiyakan. Tapi dari nadanya Nyonya baroness
masih menyimpan harapan bahwa Benny akan datang.
"Kenapa Benny nggak mau dateng?" tanya Young.
"Young tahu nggak kalo orang-orang IMF itu nyebelin" kata Benny.
"Iya, terus..."
"Hubert Neis itu puncaknya. For me he's just a beggar"
Young lalu senyum...
Benny lalu memacu laju S600 coupenya, yang sebenernya dari tadi udah
kenceng.
-------
"Katanya nggak mau ke kantor." cela Young.
"Yach sekalian mumpung udah pake sepatu." kata Benny santai...
"Yang, kita udah lama ngedance..." kata Young. Kemudian tangan Young
dengan jailnya memainkan CD Changer Control Pioneer.
"Cari lagu apa sih Say?" tanya Benny. Matanya tetap konsentrasi ke
jalan
"Nah ini dia!" kata Young.
Lalu lagu "Bailamos" dari Enrique Iglesias memenuhi ruangan S600 itu.
Young kemudian membesarkan volumenya.
"Inget khan?" tanya Young.
"Pasti!" jawab Benny. Lalu ingatan mereka berdua kembali kepada malam
itu.
Malam itu Salsa Club ramai seperti biasanya. Tapi kali ini tempat itu
penuh karena di book oleh orang-orang dari NB Corp. Nyonya Baroness sendiri
hadir disana. Dia sepertinya juga sanagt menikmati suasana.
Young datang dengan rok mini hitam dan ketat. Lekuk tubuhnya sangat
sempurna. Lain dari biasanya, Benny juga tampil rapih, tidak kalah dari
yayangnya. Patsy datang dengan entah pria manalagi, yang pasti ujung-ujungnya
diajak bermain cinta hingga pria itu menyerah dan kapok tidak pernah menemuinya
lagi. Alexandara juga datang dengan penampilan yang seksi, juga Jenny,
sekretaris Nyonya Baroness. Semua orang sepertinya menikmati malam itu.
Tiba giliran bintang tamu, Enrique Iglesias. Ia kemudian membawakan
lagu hitnya "Bailamos". Seperti disihir,Young langsung turun ke lantai
dansa dan berdansa Salsa dengan amat seksinya. Sepertinya semua orang belum
pernah melihat Young begitu "liarnya" Benny tidak mau ketinggalan. Malam
itu mereka menjadi bintang pesta.
"Young jadi pengen lagi" kata Young.
Benny lalu mencium bibir yayangnya. "Ofcourse honey..."