Perawan...

Perawan ....
aku tidak menyimpan niat
melukaimu apalagi mendendamimu
terima kasih perawan
lantaran melukai hati seorang perwira
dengan sebuah "kidung cintamu'
menguburkan sumpah dan janji
meranapkan istana impian

Perawan ...
hati manakah yang tidak berkecai
tika bahtera hampir ke muara
tika hatiku kusatukan di hatimu
bersama janji yang diikat
berpatrikan tugu kasih yang kauberi
tiba-tiba kauleraikan ikatan itu
yang tersimpul begitu erat dan kejap
menghumban aku ke laut derita
bersama ombak resah meruntum jiwa
membiarkan kusendirian terkapai-kapai
mencari jawapan yang pasti
namun tiada jua ketemui.
semudah itukah perawan?
menabur janji kemudian berlalu pergi

Perawan ...
Hati seorang perwira yang kaukenali
kini pedih,resah,derita dan kecewa,
Lama menyiram setia di perkebunan cinta
memagari kejujuran di laman kasih
kerana kusangka engkau jua sepertiku
"jauh di mata dekat di hati"

Perawan ...
air mata ini mengalir pilu
seperti hari-hari kelmarin
di tasik sepi ini
resahnya hati, hibanya nurani
kerana keikhlasan,kejujuran dan kesetiaan
dirobek keegoaanmu.
air mata ini mengalir lagi
menangisi tragedi ini
menemani sepi hati seorang perempuan
terlau parah luka itu
di manakah akan kutemui penawarnya?
jika bukan engkau
yang merawati deritanya resah

Hulurkan simpatimu perawan
lembutkan hati dan bicaramu
untuk seorang perwira
yang pernah bertandang di kamar hatimu
yang pernah kau lirikkan senyuman buatnya
yang pernah kautagih kasihnya
yang pernah engkau sandarkannya harapan

Perawan ...
kembalikan pudar warna warna percintaan ini
dengan semarak janji yang termantri
bersulamkan sumpah dan ikrar
berendakan kasih dan sayang
bahawa "AKU" perawan yang bertanggungjawab
penegak hukum amanah Illahi
Berbungakah padi jika lalang dibajai
mengapakah mesti melemparkan warna kehitaman
melewati kanvas kehidupan seorang perwira
yang begitu jujur cintanya
yang begitu setia menanti janjimu, perawan

Mengapa mesti berpendirian lalang
mengikut arah tiupan angin...
kenapa tidak seperti karang di lautan
ganasnya ombak, kuatnya badai
masih teguh berdiri megah
kenapa mesti seperti kiambang di tasik
cantik dipandang mekar berseri
namun, akar tidak berpijak di bumi nyata
begitukah engkau perawan?

Bagaimanakah akan kuucapkan
hati seorang perwira adalah belantara cinta
merimbun dedaun harapan
kesetiaan yang mengalir
bagaikan kuntum yan gmengembang
bagaikan awan yang memutih
bagaikan bintang yang mengerdip
ingatan yang memanjang

Perawan,
Bagaimanakah akan kulupakan
lewat pertemuan dulu
kenangan tawa mesra
sedang yang terundang adalah pedih
sembilu bertamu di laman hati
dan rindu pun kian sarat memberat
menumpahkan mutiara di kolam mata
betapa bahagianya
andai segalanya bisa berulang.
Bagaimanakah untuk kunyatakan
lukanya hati seorang perwira
tak mungkin terbasuh
hatinya luka terhiris
lantaran keputusan yang kaupilih
kudup kasihku luruh
di pertengahan perjalanan ini
bila suci pengorbananku
langsung tidak dihargai
lantaran seorang perawan
mempunyai egonya sendiri.

Perawan...
Masihkan terbuka jendela hatimu
untuk kembali menyimpul cinta ini
seperti di permulaan
huluran wangi salammu
mengharapkan berseminya kasih
menjadi pepohon rendang
bakal dipenuhi warna-warna kebahagiaan.
Detik ini kurasakan
alam kian kelam warnanya
kepiluan yang menyayat hati ini
sekadar mampu mengundang air mata
tanpa berdaya melakukan apa-apa
dan setiap pertanyaan
menantikan jawapan daripadamu perwan
kenapa dalam diam
teganya kauhulurkan racun untukku?

Bahagiakah engkau saat ini
tenangkan dirimu di sana
menatapi puisi lagu hati
bicara duka lara seorang perwira
yang pernah hadir dalam kamus hidupmu
tiba-tiba kaubunuh perasaannya
tanpa pertimbangan.

Adilkah engkau perawan?
untuk seribu tahun lagi
hari-hari pilu yang dilalui
menjejak hidup maha panjang
kuucapkan kata-kata keramat ini
"bahawa aku tetap mencintaimu"
Semoga Allah
Tuhan yang memegang hati-hati manusia
mengembalikan cinta yang pergi
semoga engkau perawan
akan menjadi perawan terbaik
untuk seorang "perwira"

-=SamuDra=-


Back to Poem Main Page