`Evolusi’ menjadi Purna Modern
 

 

 

 

 

0
 

 

 


Di antara demikian banyak pemahaman tentang arsitektur, arsitektur dikenal juga sebagai suatu tradisi yang berkembang. Dari waktu ke waktu wajah arsitektur selalu mengalami perubahan. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan dan pengembangan arsitektur tidak hanya berupa keadaan eksternal, tetapi juga keadaan internal. Dimaksud dengan keadaan eksternal adalah keadaan yang melingkungi atau mengitari kehadiran arsitektur, seperti keadaan geografik, geologik, iklim, bahan bangunan, budaya dan pranata masyarakat, sejarah ataupun agama. Sementara itu, dimaksud dengan keadaan internal adalah segenap keadaan yang berada di dalam diri perancang dan pembangun seperti paham atau pola pikir serta pola penalaran, kemampuan teknologi dan berteknologi, daya imajinasi dan daya kreasi, dan semacamnya. Dengan melakukan penelusuran terhadap perjalanan arsitektur dalam menapaki sejarah dirinya, maka baik langsung maupun tak-langsung akan dapat dibuat gambaran yang mampu menunjukkan bahwa misalnya saja, arsitektur purna modern itu adalah sebuah wajah arsitektur yang muncul sebagai konsekuensi logis dari keadaan internal dan eksternal yang bekerja di dalam dan di sekitar arsitektur. Sepanjang sejarah manusia, arsitektur hanya mengalami satu kali perubahan yang mendasar, yaitu di saat hadirnya arsitektur modern. Sampai dengan masa Neo-klasik abad ke-19, arsitektur dianggap sebagai pengetahuan kesenian, yaitu seni bangunan. Artinya arsitektur dianggap sebagai suatu 'olah rasa' yang dibuat berdasarkan perasaan sebagai sumber idenya dan tidak ada rumusnya. Berikut ini dicoba untuk disampaikan telusuran perjalanan arsitektur semenjak masa Renaisans hingga hadirnya arsitektur purna modern. Akan dapat tersirat bahwa telusuran ini sekaligus menandai pula adanya kenyataan berikut ini. Satu dan lain hal, telusuran ini dilakukan dengan meminjam pola telusuran yang telah dilakukan oleh Robert AM Stern (1984), dan ditulis dalam bukunya yang berjudul Modern Classicism.

1
 

 

 


Masa Renaissance sering disebut juga masa pencerahan, karena menghidupkan kembali budaya-budaya klasik, hal ini disebabkan banyaknya pengaruh filsuf-filsuf dari Yunani dan Romawi. Selain itu ilmu pengetahuan, ketatanegaraan, kesenian, dan keagamaan berkembang dengan baik. Di masa ini arsitekturnya ikut berusaha menghi-dupkan kembali kebudayaan klasik jaman Yunani dan Romawi dengan jalur garap dan jalur pikir yang tersendiri, tidak menggunakan jalur garap dan pikir Yunani-Romawi. Dengan demikian, meskipun dalam wajah dan tatanan arsitektur dapat disaksikan keserupaan, keserupaan ini adalah hasil dari penafsiran dan penalaran, bukan semata-mata pencontohan dan bukan pula `penghadir-an kembali demi nostalgia’.

Pada masa ini, dunia keagamaan berkembang dengan pesat, terutama agama Kristen, sehingga pengaruh otorita seorang pemimpin gereja sangat kuat. Bersamaan dengan itu adalah tumbuhnya dan berseminya benih-benih ambisius dari ilmu untuk men-jajarkan diri dengan agama, yang pada saatnya nanti, akan menggantikan agama dalam perannya sebagai “penguasa semesta dan penguasa manusia”.

Pemerintahan dengan sistem kerajaan mulai digunakan, sehingga tercermin dalam bangunan-ba-ngunan istana dan benteng dengan bentuk klasik. Perhatikan, di sini kerajaan dipimpin oleh dua kekua-saan yakni pertama adalah kekuasaan raja dan yang kedua adalah kekuasaan pemimin agama. Konflik dan perebutan kekuasaan antara raja dan agama yang mewarnai berjalannya jaman ini, kemudian diperramai lagi dengan munculnya kekuasaan baru yakni ilmu dan pengetahaun. Dengan demikian, di jaman ini da-pat kita saksikan sosok perorangan yang ilmuwan, seniman dan sekaligus orang yang religius seperti Leonardo da Vinci; namun di sisi lain dapat pula disaksikan martir dalam keyakinan terhadap ilmu dan pengetahuannya, seperti Galileo Galilei.

Arsitektur Renaisans (yang berjaya dalam abad 15–17 M) memperlihatkan sejumlah ciri khas arsitektur. Munculnya kembali langgam-langgam Yunani dan Romawi seperti bentuk tiang langgam Dorik, Ionik, Korintia dan sebagai-nya; (meskipun pada perkembangan selanjutnya peng-gunaan langgam tersebut mulai berkurang) dapat disam-paikan sebagai ciri yang pertama. Bentuk-bentuk denahnya sangat terikat oleh dalil-dalil yang sistematik, yaitu bentuk simetris, jelas dan teratur dengan teknik konstruksi yang bersahaja (kalau dibandingkan dengan masa sekarang, masa abad 20 khususnya). Di satu pihak, ketaatan pada dalil-dalil ini mencerminkan perlakuan yang diberlakukan pada arsitektur yakni, arsitektur ditangani dengan menggunakan daya nalar atau pikiran yang rasional. Perlakuan yang menggunakan daya nalar ini sekaligus menjadi titik pen-ting perjalanan arsitektur Barat mengingat sebelumnya arsitektur sepenuhnya diperlaku-kan hanya dengan mengguna-kan daya rasa seni bangunan. Dengan kesetiaan pada dalil itu pula sebaiknya kehadiran detil dan perampungan yang ornamental maupun dekoratif diposisikan. Maksudnya, unsur-unsur yang ornamental dan dekoratif dari ba-ngunan dihadirkan sebagai penanda dan penunjuk bagi dalil-dalil yang digunakan. Sebuah ilustrasi sederhana dapat disampaikan di sini untuk memberikan penjelasan tentang hal itu. Dengan perhitungan dan pertimbangan struktur/konstruksi bangunan, maka jarak antar kolom dapat dibuat sebesar a meter. Akan tetapi, karena jarak a meter dengan tinggi kolom yang b meter tidak menghasilkan kesesuaian dengan dalil yang menunjuk pada perbandingan 2b=3a, maka di antara kedua kolom itu dimunculkanlah rupa yang tak jauh berbeda dari rupa kolom (dinamakan pilaster) sehingga nisbah (ratio) 2b:3a dapat dipenuhi. Ringkas kata, dalam masa Renaisans ini terjalinlah kesatuan gerak dalam berarsitektur, yakni kesa-tuan gerak nalar dan gerak rasa. Di masa ini pula arsitektur Yunani dan Romawi ditafsir kembali (reinterpretation) dengan menggunakan nalar (di-matematik-kan) dengan tetap mempertahankan rupa-pokok Yunani (pedimen dan pilar/kolom yang menandai konstruksi balok dipikul tiang)) serta Romawi (bangun dan konstruksi busur, yakni konstruksi bagi hadirnya lubangan pada konstruksi dinding pemikul)

 

2

 


Setelah tahun 1600-an, arsitektur Renaisans mulai meninggalkan gaya-gaya klasik, kemu-dian disambung dengan kebudayaan Barok (Baroque) dan Rococo. Barok dan Rococo dianggap merupakan bentuk dari kebudayaan Renaisans juga. Contoh dari aliran Barok ada-lah gereja St. Peter di Roma.

Jendela pada bangunan jaman Barok sudah mulai mengalami perkembangan lebih berva-riasi. Jendela dengan ukuran dan dimensi yang cukup besar namun proporsi terhadap ukuran bangunan. Jendela kaca dengan di-mensi tinggi memanjang, dibagi menjadi 2-3 subbagian. Cahaya matahari yang masuk maksimal akan sangat efektif pada musim panas.

Kini, bangunan lebih banyak lagi mengguna-kan ornamen patung. Karakter barok-romawi lebih terrealisasikan pada façade bangunan ini, yang berfungsi sebagai gereja.  Pada por-tal pintu masuk, di isi secara lengkap, di mana setiap kolom mempunyai jarak atau proporsi yang cukup baik.  Pada kolom atas, terlihat su-dah berubah bentuk, bagian atas lebih pipih dan sudah tidak bulat lagi seperti pada obyek. Pedimen atas bertambah ornamen kepala pa-tungnya, namun masih tetap hadir sebagai pedimen yang sempurna. Bentukan pedimen-nya dimodifikasi lebih lanjut dan pada bagian bawahnya di buat datar biasa dengan penuh ornamen. Gaya romawi ini banyak sekali mempengaruhi bangunan ini, inilah sebenarnya kekuatan dari Barok, yakni berusaha mengangkat kembali langgam arsitektur Romawi. Kolom-kolom dirancang dengan sepa-sang-sepasang.  Segitiga sebagai mahkota dari façade ini di buat lebih variatif dengan memotong beberapa bagian dan diberi relief patung yang cukup megah yang dibuat dari pedimen.

 

Arsitektur Rococo merupakan perkembangan lanjut dari arsitektur Barok, di mana bentuk-bentuk yang digunakan masih belum berubah. Contohnya adalah pada kolom-kolom interior Le Camus, Colisee, Champs-Elysees di Paris. Contoh lain adalah gereja Karlskirche (arsitek: Johann Fischer von Erlach; ta-hun penggarapan 1715 to 1737). Disini, bangunan ditonjolkan dengan adanya dua menara kembar di sebelah kanan-kiri portico berkolom gaya hexa-style Korintian. Sehingga kita dapati suatu bentukan entrance yang benar-benar mencolok mata di sini. Bentukan yang terjadi masih dapat dikategorikan sederhana, sedangkan bentukan-bentukan lengkung yang terjadi hanyalah sebagai identitas gaya ber-cirikan Barok-Rococo yang dipakainya. Bangunan Christ Church (arsitek Nicholas Hawksmoor; tahun pengerjaan 1715-1729) berbentuk pukal (massa) geometrik dan balok yang bersahaja, dengan portico beratap lengkung yang bercirikan Georgian yang tercampur dengan gaya khas Barok.

 

3
 

 

 


Hingga abad 18, sebenarnya tidak sedikit pengaruh-pengaruh dari Romawi yang banyak diikuti, padahal melalui Vitruvius beberapa pengetahuan baru dari Yunani telah dikenalkan pada arsitek pada masa itu. Di satu hal Roma menjadi tempat yang biasa untuk dikunjungi oleh arsitek-arsitek dari Inggris dan Perancis, bahkan beberapa juga pergi ke tempat Italia Selatan yang mana di sana juga mengingatkan pada bentuk ba-ngunan Yunaninya sendiri. Tidaklah mengherankan bila akhirnya muncullah kecende-rungan-kecenderungan baru sebagai buah dari intepretasi atas pengertian Klasikisme-modern di masa itu. Sebagai hasilnya Eropa modern mulai melihat pada bentuk klasik dengan menyertakan fenomena dari bentuk-bentuk bangunan di Italia atau bahkan di Roma tapi sebagai karakter dasar dari kebudayaan mediterania. Pengetahuan atas bentuk-bentuk klasik kini dihubungkan dan didayagunakan untuk menangani kecende-rungan yang kuat tentang bertambah banyaknya jenis-jenis baru bangunan seperti kanal-kanal, jembatan, dan yang lain, termasuk nantinya adalah bangunan-bangunan industri.

Gerakan pada akhir abad 18 dikenal dengan Neo klasik. Bentuk arsitektur yang dianggap ideal kemudian diwujudkan ke da-lam bentukan berkonstruksi kolom dan ba-lok dan tidak hanya bentukan dari konstruk-si dinding pemikul. Wujud arsitekturnya ju-ga dapat ditandai dengan munculnya un-sur-unsur dekoratif seperti pedimen, pedes-tal, entablature-terpotong dan sebagainya. Dalam sejumlah proyek dapat disaksikan bahwa bentukan yang kanonik masih dipa-kai untuk diletakkan pada posisi olahan komposisional.

            Sementara itu, di pertengahan abad ke-18, tahun 1750-an di Perancis, muncul orang-orang yang berambisi untuk menghasilkan arsitektur dengan menggunakan akal dan idenya sebagai sumber idenya, bukan seni dengan perasaan. Beberapa nama ter-sebut adalah: Etienne Louis Boulle, Jean Frances Blondel dan Quatremere de Quincy (Tipologi misalnya, dimunculkan pertama kali pada abad ke-18 oleh Quatremere de Quincy.) Bagi mereka ini, arsitektur adalah olah pikir, bukan olah seni. Bagi dunia arsi-tektur, apa yang dilakukan oleh orang-orang Perancis ini adalah sebuah reformasi, per-ubahan. tak ayal lagi, sejarah menobatkan orang-orang ini sebagai the first modern. De-ngan demikian, dapat saja dikatakan bahwa arsitektur modern ini sudah hadir pada abad ke-18 bukan abad ke-20. Tetapi, yang dimaksud arsitektur modern bukan karya arsitektur, bukan bangunan atau gedung tapi adalah ide, gagasan, pikiran atau pengeta-huan dasar tentang arsitektur. Oleh sebab itu seringkali dikatakan bahwa pikiran-pikiran dasar/pokok mengenai arsitektur modern telah dimunculkan di abad 18.

Pikiran-pikiran dasar yang baru tadi, baru mendapat kesempatan untuk direalisa-sikan pada pertengahan abad 19, karena beberapa hal:

1.                  Di pertengahan abad 19 itu secara resmi pendidikan Arsitektur telah terbagi menjadi dua yaitu: pertama, Ecole des Beaux Arts - yang mengajarkan arsitektur seba-gai kesenian; dan kedua Ecole Polytechnique  - yang mengajarkan arsitektur sebagai ilmu teknik sipil

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.         Munculnya industri bahan bangunan, yang mampu menghasilkan keseragaman ukuran dan kecepatan membangun. Tahun 1851 di Inggris, diselenggarakan sebuah Expo (pameran internasional), di mana gedung utamanya adalah rancangan dari seorang ahli botani. Gedung tersebut dikenal sebagai "Crystal Palace" karya Joseph Paxton yang oleh sejarah Arsitektur dinyatakan sebagai karya arsitektur modern yang pertama, karena dalam perwujudannya mampui memperlihatkan keberadan dari arsi-tektur yang mendominasikan unsur space sebagai. Sebelumnya, form merupakan unsur utama perancangan arsitektur. Crystal Palace menjadi salah satu acuan arsitektur modern dikarenakan façade eksteriornya yang serba kaca. Pada masa itu, Crystal Palace menjadi salah satu “pioneer” bagi penggunaan kaca dalam bangunan. Kaca digunakan atas pertimbangan beratnya yang relatif ringan dibandingkan bahan-bahan lain (misalnya beton atau bata) dan ini dianggap sebagai suatu terobosan baru yang spektakuler, inovatif, dan punya resiko yang cukup tinggi karena kaca belum banyak dikenal dalam penggunaannya pada bangunan. Disini juga mulai diperkenalkan peng-gunaan baja sebagai bahan utama struktur bangunan. Diproduksinya kaca secara massal untuk bangunan ini juga dianggap sesuatu terobosan baru bagi dunia industri pada masa itu. Façade kaca telah membawa suatu angin segar bagi dunia arsitektur pada masa itu dan masa-masa mendatang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4
 

 

 


Arsitektur modern lahir sebagai akibat adanya perubahan dalam teknologi, social dan kebudayaan yang dihubungkan dengan Revolusi Industri (1760-1863). Revolusi industri mengakibatkan perubahan dalam masyarakat. Kenneth Frampton menengarai adanya  tiga perubahan penting yang mempengaruhi timbulnya arsitektur modern :

a.                  Perubahan dalam bidang teknologi bangunan.

Penggunaan material baja/besi, beton dan kaca yang makin marak membawa perubah-an dalam desain arsitektur.

b.                  Perubahan pada perkotaan atau perkembangan kota-kota.

Urbanisasi akibat perkembangan kota yang cepat menyebabkan perlunya fasilitas-fasilitas umum dan tempat tinggal yang dekat dengan fasilitas-fasilitas umum tersebut. Sehingga muncullah masalah keterbatasan tempat, untuk mengatasinya dibuat bangun-an bertingkat.

c.                  Perubahan dalam kebudayaan, yang menyangkut gaya neo klasik.

Gaya neo klasik mengalami tantangan berat sejalan dengan pesatnya kemajuan tekno-logi. Keyakinan bahwa arsitektur adalah ‘seni bangunan’ yang berbeda dengan kegiatan ‘engineering’ mulai mengalami pergeseran, setelah muncul suatu jarak antara arsitektur dan kemajuan konstruksi bangunan.

Perubahan-perubahan inilah yang kemudian mengarah pada munculnya arsitektur mo-dern. Arsitektur modern sendiri berprinsip pada tradisi fungsional, lebih cenderung pada pemikiran struktur daripada unsur-unsur lainnya.

Mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi sejumlah pertentangan dalam dunia arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai eksperimen yang dilaku-kan oleh perorangan maupun oleh kelompok, Eksperimen tersebut, kalau diungkapkan sebagai sebuah pertentangan akan dapat dikatakan sebagai berikut ini.

- arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science

- arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space

- arsitektur sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly

- arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya machinal

Ya, Dibutuhkan 40 tahun untuk mengubah arsitektur menjadi sekarang apa yang dikenal sebagai arsitektur modern. Antara 1890-1930 muncul berbagai macam pergerakan: art and craft, art nouveau, ekspresionisme, Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam School, dan yang lainnya.

Periode 40 tahun itu merupakan puncak sekaligus titik awal dari arsitektur modern. Semaraknya masa yang singkat ini dapat disaksikan dari peggambaran ringkas berikut ini.

 

Art & Craft

Arsitek

Charles Rennie Mackintosh

Lokasi

Glasgow, Scotland

Waktu

1897 to 1909

 

Dengan adanya revolusi industri, bidang industri semakin berkembang. Berbagai jenis barang kebutuhan diproduksi dalam pabrik. Namun kualitasnya makin menurun dari hari ke hari. Sebagai reaksi dari keadaan tersebut, timbul suatu gerakan yang dinamakan ‘Art & Craft Movement’. Pelopornya adalah John Ruskin (1819-1900) dan William Morris (1834-1896). Ruskin melihat adanya ‘suatu yang hilang’, para seniman tidak lagi menikmati ‘proses produksi’, akibat pelaksanaannya yang terstandarisasi, sehingga dapat menghambat kreativitas para seniman. Penggunaan mesin dalam setiap proses produksi menghasilkan produk yang terstandarisasi. Gerakan Art & Craft ini memusuhi mesin, sehingga tiap produk yang dihasilkan merupakan buatan tangan hasil kreativitas para seniman.

Contohnya : Red House (1859)

Pembangunan Red House seluruhnya merupakan hasil kreativitas manusia, tanpa menggunakan mesin, pengerjaannya seluruhnya merupakan buatan tangan mulai dari sistem struktur sampai pada ornamen-ornamennya. Bangunannya masih tetap terdiri dari bentuk geometris sederhana, bangunan mulai metampakkan kesan “ringan”-nya degan adanya jendela lebar pada façade, yang dimungkinkan karena pergantian sistem struktur dari sistem dinding-pemikul ke sistem rangka. Tampilan ukiran mulai ditinggalkan, digantikan dengan bahan yang prafabrikasi. Portico kembali menyusut secara fungsional, dimana bentukan lengkung mash tetap dipakai, tetapi bukan sebagai bentkan yang dominan.

 

Art Nouveau

Gerakan Art Nouveau muncul pada awal abad 20 di negara-negara Eropa seperti Belanda, Belgia dan Jerman. Gerakan Art Nouveau tidak seperti Art & Craft yang memusuhi mesin, gerakan ini lebih merupakan seni terapan pada awalnya. Wujud desainnya seperti sejenis flora aneh atau organisme yang hidup. Berupa bentuk-bentuk yang mengalun, meliuk, berdenyut, menggeliat dan sebagainya, yang kadang tidak menggambarkan apapun. Bentuk bangunannya memperlihatkan keterpaduan antara hiasan dan struktur, strukturnya sendiri terkesan dekoratif. Tokohnya antara lain: Victor Horta (1861-1947), Henry van de Velde (1863-1957), Charles Rennie Mackintosh, Otto Wagner (1841-1918), Joseph Hoffmann (1870-1933), Joseph Maria Olbrich (1869-1908)

Contohnya adalah Metro entrance Pavillion, Paris oleh Hector Guimard. Bangunan tersebut penuh dengan detail-detail seperti flora aneh, namun tidak menggambarkan apapun.

 

Casa Milo or Casa Mila (1905-1910)

Arsitek: Antonio Gaudi

Lokasi : Barcelona, Spanyol

 

Chicago School

Arsitektur Chicago School inilah yang dianggap sebagai awal mula munculnya arsitektur modern yang sebenarnya di Amerika Serikat. Arsitektur Chicago School muncul pada tahun 1880-1900. Pada tahun 1871 terjadi kebakaran besar yang menghanguskan sebagian besar bangunan di kota Chicago. Untuk membangun kembali kota Chicago diperlukan suatu teknik membangun yang efisien, cepat dan ekonomis. Untuk menangani masalah tersebut, kota Chicago dibangun kembali dengan menggunakan sistem grid. Para arsitek yang mempelopori pembangunan kembali kota Chicago inilah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


yang dinamakan kelompok the Chicago School. Bangunan yang ada pada saat itu seolah-olah memiliki gaya dan bentuk yang seragam, dengan cirri seperti bangunan bertingkat banyak dengan sistem struktur baja (kolom dan balok), tanpa adanya sentuhan pribadi dari arsiteknya. Pelopor aliran Early Modern di Amerika Serikat: William le Baron Jenney (1832-1907), William Holabird (1854-1923), Louis Sullivan (1856-1924), Dankmar Adler (1844-1900)

Contohnya : The Reliance Building, Chicago oleh D. H. Burnham & Co.

Ciri khas arsitektur modern The Chicago School tampak sangat jelas dari bentuknya yang sederhana, fungsional dan tanpa ornamen sedikit pun.

 

Modern mula (Early Modern)

Aliran Modern mula merupakan suatu aliran yang menggabung-kan unsur modern dan klasik. Ga-ya modern yang dianggap mono-ton, seragam tanpa variasi me-nimbulkan kejenuhan, sehingga sekali lagi, arsitektur merasa perlu untuk menengok kembali pada ar-sitektur masa lalu. Bentuk geome-tris yang sederhana menjadi ciri modern dari bangunan ini, se-dangkan ciri klasiknya ditunjukkan melalui ornamen exterior. Pelopor aliran ini antara lain: Louis Sullivan, Otto Wagner, Peter Behrens, Adolf Loos, Charles Holden, Edwin Lutyens, Joze Plecnick.

Bangunan Post Office Saving Bank karya Otto Wagner (lihat gambar) bernuansa masa “Modern-mula” (Early Modern). Façade-nya menggunakan dinding bata berwarna abu-abu yang mengesankan suasana megah, aman, dan kuat sesuai dengan citranya sebagai sebuah bank yang mencitrakan keamanan dan kepribadian yang mantap bagi nasabah yang menyimpan dan mempercayakan uangnya di bank tersebut. Kombinasi kaca sebagai pembukaan men-citrakan fleksibilitas bank dalam melayani nasabahnya. Paduan antara kaca dan dinding bata tetap mendominasi jaman awal modern ini seperti pada jaman neo-klasik.

 

Ekspresionis (Expressionist)

Aliran ini merupakan salah satu aliran modern yang telah mengalami perkembangan, bukan saja dengan menambahkan elemen-elemen dari arsitektur aliran lain. Pada aliran

 

modern ekspresionis ini para arsiteknya lebih bebas berekspresi, dengan menciptakan suatu bangunan berdasarkan hasil pemikiran pribadi arsiteknya, namun masih tetap ber-pegang pada prinsip modern, sehingga meskipun bangunan tersebut memiliki identitas pribadi dari arsiteknya, bangunan tersebut masih tetap terlihat sederhana.

Bentuk geometri yang sederhana menjadi ciri khas arsitektur modern, sedangkan orna-men-ornamennya merupakan sentuhan pribadi arsiteknya.

 

 


Belanda (Amsterdam School)

Menghasilkan bangunan berdasarkan pengolahan massa yang kompak dan plastis, bahan dasarnya diambil dari alam. Ornamentasi bahan dan pengolahan berdasarkan pada garis-garis lengkung. Bangunan dianggap sebagai karya seni, dan interior daing-gap bagian tak terpisah dari bangunan. Karyanya sering disebut sebagai individual art

I. G. Farben Building (sekarang “Poelzig-Bau” dari Frankfurt University) (1920-1925)

Architect                               : Peter Behrens

Lokasi                                    : Frankfurt, Germany

 

De Stijl

Bertolak belakang dengan Amsterdam School. Banyak menggunakan bahan hasil in-dustri yang sudah terstandardisasi. De Stijl menyukai bentuk-bentuk komposisi geometri seperti kubus dan segi-empat. Sering memakai teknik komposisi elementer yakni, garis, bidang, dan warna. Berusaha membuat bangunan bebas dari langgam karena dipandang akan menghambat efisiensi fungsi bangunan.

 


Art Deco

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebuah aliran yang banyak mengggunakan seni dekorasi dalam intensitas yang tinggi. Ciri-ciri yang tampak ada-lah: tampilan bentuk didominasi bentuk masif; mulai menggunakan atap datar; banyak dijumpai perletakan-perletakan yang asimetris dari bentukan-bentukan geo-metris yang berirama; motif-motif zigzag gaya pre-columbian (khusus bagi yang Amerika Serikat); berani menggunakan warna yang beraneka; juga menggunakan bahan bangunan yang beraneka (plastik, aluminium, stainless stell, kadang-kadang kayu dan batu). Bangunan Chrysler Building misalnya, kembali menggunakan kaca sebagai façade-nya. Art-Deco ini merupakan titik awal kembalinya penggunaan kaca secara optimal sebagai façade bangunan.

 

International Style

Aliran international style merupakan suatu aliran dimana arsitektur modern menerima bentuk-bentuk dinamis yang dapat mengatasi keterikatan pada jaman neo klasik maupun perkembangan jaman berikutnya. Bangunan yang dibuat beraliran international style tidak memiliki suatu ciri khas tertentu penanda jaman, sehingga bangunannya dapat dikatakan sebagai bangunan dengan gaya sepanjang masa. Bangunannya sendiri terkesan sangat sederhana atau bersahaja. Lever House, New York oleh Skidmore, Owings & Merrill misalnya, adalah bangunan yang sangat sederhana dan bersahaja karena tanpa hiasan apapun juga, sehingga tidak mencirikan suatu aliran arsitektur tertentu.

 

 


Glass House (1949)                                                                            Falling Water (1949)

Arsitek   : Philip Johnson                                                                    Arsitek: Frank Lloyd Wright

Lokasi    : New Canaan                                                                        Lokasi: Bear Run, Pensylvania         

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Brutalisme

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1950-1960an

Dalam sejarah arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa perjalanan arsitektur dapat dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan yakni:

a. Bagi mereka yang berpihak pada Teknologi dan Industrialisasi, tahun 1950-an dikatakan sebagai titik puncak kejayaan arsitektur modern.

b. Bagi mereka yang menempatkan arsitektur sebagai karya yang estetik dan artistik, tahun 1950-an dilihat sebagai titik awal kemerosotan arsitektur modern.

Mengapa tahun 50-an dikatakan sebagai puncak arsitektur modern (banyak dianut oleh pengikut arsitektur merupakan kerja ilmu dan teknologi)?

a.         Karena tahun 50-an, segenap filosofi dan prinsip arsitektur sebagai ilmu telah dapat diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai dengan realisasinya: bangunan kotak dan geometris murni, Platonic solid, menjadi ekspresi yang pas bagi arsitektur sebagai ilmu, karena dalam ilmu, yang disebut bentuk jikalau memenuhi aturan-aturan geometri, mis: lingkaran, bujursangkar, segitiga (2 matra/Dimensi) dan bola, piramid, kubus (3 matra/Dimensi).

b. Karya-karya arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk mengekspresikan space/ruang

(ciri utama ruang adalah: ada tapi tidak dapat dilihat) yang diwakili oleh kaca lebar dan bidang-bidang polos (Kaca adalah elemen ruang yang sangat tepat untuk mewakili ruang, karena kaca juga memiliki ciri `ada tapi tak terlihat'. Bidang polos pun dianggap sebagai pengekspresi ruang).

c.         Faktor lain yang mendukung Arsitektur Modern pada tahun 50-an: Mass Production. Dengan produksi massal bahan bangunan oleh pabrik, terjadi dua akibat:

§          Kecepatan membangun, dlm waktu singkat dapat menghasilkan bangunan.

Hal ini penting karena pada tahun 1945, Eropa sudah hancur akibat Perang Dunia.

§          Bahan bangunan dapat menembus batas budaya dan geografis, sehingga arsitektur menjadi Internasional dan bangunan-bangunan di dunia menjadi seragam.

            Dengan kata lain, arsitektur menjadi sangat demokratis.

 

Mengapa tahun 50-an dikatakan sebagai kegagalan/ kemerosotan arsitektur modern (banyak dianut oleh pengikut arsitektur merupakan kerja seni dan estetika)?

§          Karena arsitektur telah kehilangan identitas/ ciri individual perancangnya. Tahun-tahun itu, nama yang dikenal orang adalah nama biro-biro arsitektur, bukan arsiteknya.

§          Walaupun arsitektur menjadi sangat demokratis, dalam masyarakat tidak bisa dihilangkan adanya hirarki atau kelas-kelas. Maka kata-kata demokratis itu sama saja bohong/ omong kosong.

§          Dengan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat menghasilkan bahan-bahan bangunan yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas berbeda.

§          Dengan hilangnya batas dunia, mengakibatkan hilangnya privacy.

Contoh: diterapkannya open plan, yang berarti anti privacy.

§         Karena penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos, sederhana, bidang-bidang kaca lebar. Ciri ini juga disebut nihilism yang berarti tidak ada apa-apanya kecuali geometri dan bahan. (Dengan demikian, siapa pun bisa menjadi arsitek. Tidak ada bedanya arsitek atau bukan. Kalau sudah begini, apa gunanya sekolah arsitek?)

§         Keseragaman bentuk yang geometris menyebabkan pemandangan yang disharmoni, tidak menyatu dengan lingkungan. Terutama di Eropa, di mana bentukan yang geometrik dianggap merusak dan memperburuk wajah lingkungan yang masih kental dengan wajah-wajah neoklasik/pramodern.

 

Sekitar tahun 1960, pertentangan antara kedua aliran itu (pro dan kontra 1950) terjadi lagi. Inti masalahnya adalah: Untuk siapa sebenarnya arsitektur itu diciptakan?

Maka tahun ini menjadi titik awal lahirnya Post-Modernisme yang melawan Modernisme dengan pernyataannya: Less is a Bore.

Contoh:  Brutalisme, aliran yang dianut oleh Paul Rudolph (salah satu proyeknya di Surabaya adalah Gedung Dharmala, tapi gedung ini tak boleh dikatakan sebagai bangunan yang brutalistik).

Ada satu unsur lain di tahun 60-an yang cukup berpengaruh dalam dunia arsitektur namun baru diakui peranannya pada tahun 1990-an, yaitu: Mass Media. (media cetak, TV, film). Media massa menjadi bagian dari arsitektur karena Media menjadi wadah bagi kebebasan individual, alat diskusi/pertukaran dan penyebar-luasan ide. Media massa menjadi pemicu timbulnya Pluralisme atau Kemajemukan yang menjadi bahan dasar Post-Modernisme.

Perbedaan karakter Modernisme dan Post-Modernisme:

Modernisme                : singular, seragam, tunggal

Post-Modernisme       : plural, beraneka-ragam, bhinneka

 

Datanglah Postmodern
 

 


5
 

 

 


APA dan SIAPAKAH ARSITEKTUR POST-MODERN ITU ?

Tidak ada satu jawaban pasti untuk pertanyaan itu. Beberapa definisi Post-Modernisme adalah sbb:

- Arsitektur yang sudah melepaskan diri dari aturan-aturan modernisme. Tapi kedua-duanya masih eksis.

- Anak dari Arsitektur Modern. Keduanya masih memiliki sifat/ karakter yang sama.

- Koreksi terhadap kesalahan Arsitektur Modern. Jadi hal-hal yang benar dari Arsitektur Modern tetap dipakai.

- Merupakan pengulangan periode 1890-1930.

- Arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, Craft dan Technology, Internasional dan Lokal. Mengakomodasikan kondisi-kondisi paradoksal dalam arsitektur.

- Tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Arsitektur Modern (bagaikan Islam dan Kristen).

 

Dengan demikian, dosen – dosen, asisten maupun mahasiswa arsitektur yang mau berarsitektur postmodern harus mengubah sikap bukan mahasiswa yang disuruh dosen/ asisten, tapi mahasiswa yang menyuruh dirinya sendiri.

 

Gambaran Ringkas tentang POST MODERN

Postmodern bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir, dasar berpikir, ide, gagasan, teori. Masing-masing menggelarkan pengertian tersendiri tantang dan mengenai Postmodern, dan karena itu tidaklah mengherankan bila ada yang mengatakan bahwa postmodern itu berarti `sehabis modern' (modern sudah usai); `setelah modern' (modern masih berlanjut tapi tidak lagi populer dan dominan); atau yang mengartikan sebagai `kelanjutan modern' (modern masih berlangsung terus, tetapi dengan melakukan penyesuaian/adaptasi dengan perkembangan dan pembaruan yang terjadi di masa kini).

 

Di dalam dunia arsitektur, Post Modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan dan dapat dianggap sebagai sebuah langgam, yakni langgam Postmodern. Dalam kenyataan hasil karya arsitekturnya, langgam ini muncul dalam tiga versi/sub-langgam yakni Purna Modern, Neo Modern, dan Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing-masing pemakai dan pengikut dari sub-langgam/versi tersebut cenderung tidak peduli pada sub-langgam/versi yang lain, maka masing-masing menamakannya langgam purna-modern, langgam neo-modern dan langgam dekonstruksi.

 

Catatan: banyaknya pengertian maupun versi tentang postmodern ini memang telah membuat sejumlah pihak mengalami kebingungan, khususnya untuk menentukan siapa dan manakah yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan sebagai yang benar..

 

Arsitektur PostModern

Arsitektur Post Modern tidak dapat dipisahkan dengan Arsitektur Modern karena Arsitektur Post Modern merupakan:

1.   Kelanjutan Arsitektur Modern

2.   Reaksi terhadap Arsitektur Modern

3.   Koreksi terhadap Arsitektur Modern

4.   Gerakan melengkapi dari apa yang masih belum terpenuhi dalam arsitektur Modern

5.   Menyodorkan alternatif sehingga arsitektur tidak hanya satu jalur saja

6.   Memberi kesempatan untuk menangani arsitektur dari kemungkinan-kemungkinan, pendekatan-pendekatan dan alternatif-alternatif yang lebih luas dan bebas

 

Dengan demikian mempelajari arsitektur Post Modern tidak bisa tanpa melalui Arsitektur Modern karena Arsitektur Post Modern merupakan langkah atau tindak lanjut terhadap evaluasi yang dilakukan mengenai arsitektur Modern. Arsitektur Post Modern merupakan arsitektur yang telah melakukan feed back / umpan balik terhadap Arsitertur Modern. Pemunculan Arsitektur Modern tidak seragam dan secara garis besar dapat dikelompokan dalam tiga ciri penampilan:

 

1.   PURNA MODERN


- Purna Modern merupakan pengindonesiaan dari post-modern versi Charles Jencks (ingat, pengertian veris Jencks itu berbeda dari pengertian umum dari `Post Modern' yang digunakan dalam judul catatan kuliah ini)

- Ditandai dengan munculnya ornamen, dekorasi dan elemen-elemen kuno (dari Pra Modern) tetapi dengan melakukan transformasi atas yang kuno tadi.

- Menyertakan warna dan tekstur menjadi elemen arsitektur yang penting yang ikut diproses dengan bentuk dan ruang.

- Tokohnya antara lain : Robert Venturi, Michael Graves, Terry Farrell

 

1.   NEO MODERN

- Dahulu diberi nama Late Modern oleh Charles Jencks, sehingga pengertiannya tetap tidak berubah

- Tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi menojolkan Tektonika (The Art of Construction).  Arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan kecanggihan yang mutakhir terutama teknologi.

- Sepintas tidak terlihat jauh berbeda dengan Arsitektur Modern yakni menonjolkan tampilan geometri.

- Menampilkan bentuk-bentuk tri-matra sebagai hasil dari teknik proyeksi dwi matra (misal, tampak sebagai proyeksi dari denah). Tetapi, juga menghadirkan bentukan yang trimatra yang murni (bukan sebagai proyeksi dari bentukan yang dwimatra)

- Tokohnya antara lain:  Richard Meier, Richard Rogers, Renzo Piano, Norman Foster.

- Tampilan dominan bentuk geometri.

- Tidak menonjolkan warna dan tekstur, mereka ini hanya ditampilkan sebagai aksen. Walaupun demikian, punya warna favorit yakni warna perak.

 

2.   DEKONSTRUKSI

- Geometri juga dominan dalam tampilan tapi yang digunakan adalah geometri 3-D bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut.

- Tokohnya antara lain: Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank O'Gehry.

- Menggunakan warna sebagai aksen dalam komposisi sedangkan tekstur kurang berperan.

 

Pokok-pokok pikiran yang dipakai arsitek Post Modern yang tampak dari ciri-ciri di atas berbeda dengan Modern. Di sini akan disebutkan tiga perbedaan penting dengan yang modern itu.

1.   Tidak memakai semboyan Form Follows Function

Arsitektur posmo mendefinisikan arsitektur sebagai sebuah bahasa dan oleh karena itu arsitektur tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan.

Apa yang dikomunikasikan?

Yang dikomunikasikan oleh ketiganya itu berbeda-beda, yaitu :

PURNA MODERN: yang dikomunikasikan adalah identitas regional, identitas kultural, atau identitas historikal. Hal-hal yang ada di masa silam itu dikomunikasikan, sehingga orang bisa mengetahui bahwa arsitektur itu hadir sebagai bagian dari perjalanan sejarah kemanusian.                                                

NEO MODERN      : mengkomunikasikan kemampuan teknologi dan bahan untuk berperan sebagai elemen artistik dan estetik yang dominan.

DEKONSTRUKSI  : yang dikomunikasikan adalah

        a. unsur-unsur yang paling mendasar, essensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur. 

         b. Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun substansial.

 

      Karena pokok-pokok pikiran itu dapat pula dikatakan bahwa:

      Arsitektur PURNA MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa silam (The Past),

      Arsitektur NEO MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa ini (The Present), sedangkan

      Arsitektur DEKONSTRUKSI tidak mengikatkan diri kedalam salah satu dimensi Waktu (Timelessness). Pandangan seperti ini mengakibatkan timbulnya pandangan terhadap Dekonstruksi yang berbunyi "Ini merupakan kesombongan dekonstruksi."

 

2.         Fungsi ( bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap arsitektur)

Yang dimaksud dengan `fungsi' di sini bukanlah `aktivitas', bukan pula `apa yang dikerjakan/dilakukan oleh manusia tehadap arsitektur' (keduanya diangkat sebagai pengertian tentang `fungsi' yang lazim digunakan dalam arsitektur modern). Dalam arsitektur posmo yang dimaksud fungsi adalah peran adan kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi dan melayani manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian manusia sebagai mahluk yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori. Manusia bukan manusia sebagai makhluk biologis tetapi manusia sebagai pribadi.

Fungsi = apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia; dan dengan demikian, 'FUNGSI bukan AKTIVITAS'

Dalam posmo, perancangan dimulai dengan melakukan analisa fungsi arsitektur, yaitu :

Arsitektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada manusia (baik melindungi nyawa maupun harta, mulai nyamuk sampai bom),

Arsitektur memberikan perasaan aman, nyaman, nikmat,

Arsitektur mempunyai fungsi untuk menyediakan dirinya dipakai manusia untuk berbagai keperluan,

Arsitektur berfungsi untuk menyadarkan manusia akan budayanya akan masa silamnya,

Arsitektur memberi kesempatan pada manusia untuk bermimpi dan berkhayal,

Arsitektur memberi gambaran dan kenyataan yang sejujur-jujurnya.

     

Berdasarkan pokok pikiran ini, maka :

        Dalam PURNA MODERN yang ditonjolkan didalam fungsinya itu, adalah  fungsi-fungsi metaforik (=simbolik) dan historikal.

        NEO MODERN menunjuk pada fungsi-fungsi mimpi, yang utopi (masa depan yang sedemikian indahnya sehingga tidak bisa terbayangkan).

        DEKONSTRUKSI menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya.

 

 

3.   Bentuk dan Ruang

Didalam posmo, bentuk dan ruang adalah komponen dasar yang tidak harus berhubungan satu menyebabkan yang lain (sebab akibat), keduanya menjadi 2 komponen yang mandiri, sendiri-2, merdeka, sehingga bisa dihubungkan atau tidak.

      Yang jelas bentuk memang berbeda secara substansial, mendasar dari ruang.

Ciri pokok dari bentuk adalah 'ada dan nyata/terlihat/teraba', sedangkan ruang mempunyai ciri khas 'ada dan tak-terlihat/tak-nyata'. Kedua ciri ini kemudian menjadi tugas arsitek untuk mewujudkannya.

      Berdasarkan pokok pikiran ini, maka dalam arsitektur :

Purna Modern bentuk menempati posisi yang lebih dominan daripada ruang,

Neo Modern sebaliknya bertolak belakang , menempatkan ruang sebagai unsur yang dominan, sedangkan dalam

Dekonstruksi tidak ada yang dominan, tidak ada yang tidak dominan, bentuk dan ruang memiliki kekuatan yang sama.                

 

Keberadaan Post Modern di Indonesia

Kalau mengambil pokok-pokok pikiran Post Modern untuk meninjau keadaan dan perkembangan arsitektur di Indonesia, maka arsitektur Post Modern sudah ada di Indonesia sejak tahun 1970-an melalui pandangan dan karya dari Y.B Mangunwijaya. Di sini YB Mangunwijaya menghadirkan karya arsitektur yang tergolong ke dalam sub-langgam PurnaModern.

Akan tetapi bila dilihat dari ciri visual Post Modern maka Post Modern belum cukup populer, alias hanya beberapa buah saja yang berusaha menghadikannya misalnya AMI (Arsitek Muda Indonesia) dengan anggotanya Sonny Sutanto (karyanya di Surabaya adalah hotel Novotel; menunjukkan sub-langgam PurnaModern), Yori Antar (nama asli adalah Gregorius Antar), Sardjono Sani (menampakkan sub-langgam Neomodern), dan lainnya yang keseluruhannya berjumlah kurang lebih 20 orang. Pada 5 Oktober 2000, kelompok ini menerbitkan buku kedua (tentang rekaman perjalanan kami selama berpameran di Belanda hampir dua tahun yang lalu).

 

 

6
 

 

 


Ragam-ragam dalam Arsitektur Purna Modern (menurut R.A.M.Stern)

 

            Purna modern adalah bentuk arsitektur yang ingin kembali memunculkan elemen-elemen estetika namun paham-paham arsitektur modern masih dianut meskipun tidak sepenuhnya. Dalam memunculkan segi estetika kembali ini aliran purna modern mencoba mengambil bentuk-bentuk dari arsitektur terdahulu, yaitu arsitektur klasik.

            Dapat disimpulkan bahwa aliran purna modern adalah usaha untuk menggabungkan arsitektur klasik dan arsitektur modern.

            Dalam perjalanannya aliran arsitektur purna modern ini secara garis besar dapat dibagi dalam lima ragam, yaitu:

 

1.      KLASIKISME IRONIK (Ironic Classicism)

Klasikisme Ironik dapat disebut juga sebagai ragam yang ber-semiotik. Diperkenalkan kepada arsitektur dimana unsur klasik atau unsur tradisional lainnya atau rencana penggunaannya menjadi unsur utama rancangan, namun dalam komposisi bangunan cenderung bersahaja tanpa ornamen. Mereka selalu menerapkan ini dengan melawan bakuan teknis (technical standart) dari bangunan kontemporer dan menghilangkan dominasi dari tampilan pukal (massa). Ada hubungan dengan sistem-sistem tradisional tetapi juga ada perbedaan. Mereka menerima teknologi sebagai segi ekonomi dari kegiatan merancang. Unsur dari klasikisme yaitu kolom dan pedimen, digunakan sebagai tindih-lapis semiotikal (semiotic overlay); sedangkan ke-ironik-annya terdapat pada kontradiksi antara yang modernistik dengan yang klasik, mengingat bangunan modernistik  merupakan buah pikir estetika-rasional; sedang nilai simboliknya, yang dirujukkan ke Klasikisme, dicapai lewat ekspresi struktur, sehingga ke-klasik-annya dapat dibuat setipis kaca. Modernisme menghasilkan sintaktik semiotikal. Unsur dari arsitektur klasik adalah salah satu cara untuk memberi makna pada arsitektur, menjadi unsur dari budaya-populer.

 

2.      KLASIKISME KANONIK (Canonic Classicism)

·                     Unsur seni pada jiwa manusia dapat direalisasikan melalui wujud estetik bangunan yang simbolistik.

·                     Ingin memadukan komunikasi yang baik antara manusia dan bangunan.

·                     Bangunan diperuntukkan bagi manusia, bukan manusia untuk bangunan.

·                     Menentang ciri utama arsitektur modern yang mementingkan fungsionalisme, monotonisme, efisiensi. Dengan cara memunculkan aliran klasik dengan memperhatikan proporsi yang baik, detail dekorasi, prinsip estetika, dengan wujud empati.

·                     Fungsi kekokohan dan keindahan adalah faktor yang penting.

Klasikisme Kanonik adalah Aliran atau gaya Klasik baru, yang merupakan hasil dari pengumpulan prinsip-prinsip aliran klasik lama dan kemudian dijadikan patokan atau standar utama dari aliran yang baru. Jadi pada intinya penganut ragam Klasikisme Kanonik berpatokan pada dan berusaha mengembalikan prinsip-prinsip estetika gaya klasik sebagai ganti gaya modern yang dianggap miskin secara estetik dan simbolik.

Penganut paham Klasikisme Kanonik meyakini bahwa Gaya Klasik adalah bahasa utama dari arsitektur Barat, dan mereka memutuskan untuk tidak menghiraukan yang lainnya, terutama gaya modern. Beberapa tokoh perintis Klasikisme Kanonik (bukan dari masa purna modern, tapi justru dari masa modern-mula), antara lain Geoffrey Scott, Henry Hope Reed, John Barrington Bayley, dan Raymond Erith. Geoffrey Scott menerbitkan bukunya yang berjudul  The Architecture of Humanism’. Buku ini adalah buku yang menjadi teks utama pendekatan terhadap gaya Klasik, yang mengungkapkan kembali tiga prinsip Vitruvius yakni fungsi, kekokohan, dan keindahan dan menekankan pada keindahan yang menurutnya adalah faktor yang terpenting. Menurutnya arsitektur modern telah mengabaikan hal tersebut, dan patut dianggap gagal. Henry Hope Reed menunjukkan kecenderungannya memilih gaya Klasik daripada modern pada bab pertama buku yang ditulisnya dengan judul “The City of Contrast”, yang mengungkapkan perbedaan kontras antara tradisi Klasik yang kaya dan artistik pada akhir abad 19 dan awal abad 20 dengan gaya arsitektur modern bangunan-bangunan kota. New York pada tahun 1950-an. Masih ada lagi beberapa arsitek lain yang menganut gaya ini antara lain: Quinlan Terry, Blatteau, Henry Cobb, Tony Atkin, Christian Langlois, Manuel Manzano-Monis. Pada intinya, bangunan yang mereka hasilkan berpatokan pada standar-standar atau aturan klasik, terutama pada segi estetika yang mulai terabaikan pada gaya arsitektur modern.

 

3.      KLASIKISME LATENT (Latent Classicism)

·                     lebih cenderung ke arsitektur modern

·                     material bangunan Klasikisme Laten juga menggunakan bahan-bahan yang modern, salah satunya yaitu kaca bentang lebar sebagai tampilan fasade yang diekspose

·                     faktor ekonomis dan fungsional jauh lebih menonjol

·                     gaya klasiknya diterapkan secara implisit, yaitu berupa prinsip prinsip dasar komposisi dan proporsi bangunan.

Klasikisme Laten merupakan salah satu jenis dari aliran klasik yang terlupakan. Dia timbul karena adanya campuran antara arsitektur tradisional dengan modern. Tapi walaupun demikian, campuran tersebut menghasilkan karya arsitektur yang harmonis, tanpa menghiraukan semiotik arsitektural.

            

Ciri-ciri:

- Tidak menyukai bentukan karya-karya Le Corbusier tetapi lebih condong ke “Banal”.

- Secara struktur lebih cenderung ke Auguste Perret (yang bangunannya secara hati-hati disesuaikan dengan pemandangan Paris).

- Merealisasikan Klasikisme Modern dengan teknik bangunan kontemporer.

- Konstruksi dari Klasikisme Laten merupakan ekspresi dari bentuk-bentuk terdahulu.

- Detail-detail ornamental dihilangkan

 

Perbedaan antara Klasikisme Laten dengan fundamental Klasikisme Fundamental

Penganut Klasikisme Laten menggunakan semaksimal mungkin bentuk-bentuk dari aliran klasik dan telah dimunculkan kembali pada masa revolusi industri. Sebaliknya, Penganut aliran Klasikisme Fundamental menjauhkan diri dari kemajuan teknologi, mencoba untuk mengurangi arsitektur menjadi bentuk-bentuk yang penting dan membangun arsitektur dari bentuk-bentuk tersebut.

 

 

4.      KLASIKISME FUNDAMENTAL (Fundamental Classicism)

Klasikisme Fundamental adalah ragam yang mengikuti tradisi, perubahan kembali dalam arsitektur pada suatu waktu yang berurutan, berkaitan dengan permintaan untuk kembali ke asal, dimana ekspresi yang dipakai tidak lekang oleh waktu.

- Para Fundamentalis berusaha untuk mengembalikan hal tersebut dengan kembali ke bentuk-bentuk asal yang murni yaitu berupa geometrik

- Mengambil nilai-nilai Rasional dari aliran klasik seperti arah tujuan yang terpaku pada suatu bentukan-bentukan geometris yang murni dan cenderung minimalis

- Mengikuti tradisi untuk membentuk kembali arsitektur, pada suatu waktu yang berurutan, berkaitan dengan keinginan untuk kembali pada gaya arsitektur yang tidak lekang oleh waktu

- Lebih mementingkan bentuk geometrik itu sendiri dan kemudian menambahkan sentuhan-sentuhan ke-kiwari-an

- Mencoba menghilangkan kekacauan akibat komersialisme dan mencari pengulangan gaya arsitektural yang tidak lekang oleh waktu, untuk dikomunikasikan dalam sebuah dasar dan tingkat yang belum dibangun, yang menurut mereka masih memungkinkan.

- Untuk mempelajari ragam Klasikisme Fundamental harus memperhatikan beberapa faktor berikut: tradisi, perkembangan kota sebelum masa-masa industri; dan inti dari arsitektur kiwari (kontemporer) adalah terjalinnya penggabungan kritis dari arsitektur dengan tradisi kota.

 

 

 

5.      TRADISIONALISME MODERN (Modern Traditionalism)

            Traditionalisme Modern adalah aliran yang dimana bangunan tradisional dapat terlihat tetap seperti bangunan tradisional, padahal sebenarnya bangunan itu merupa-kan bagian dari suatu rancangan, teknologi, memiliki identitas yang estetik dan momen sejarah. Moralitas arsitektur ditinggalkan, berganti pada sesuatu yang lebih bersifat politis dan ideologis daripada bersifat struktural dan riil. Mengubah seni yang individual/ ideal atau menyesuaikan dengan teknik bangunan yang baru.

- Lebih menekankan pada aspek estetik, history, desain dan teknologi yang sederhana

- Berusaha mempertahankan nilai-nilai ideologis daripada pemikiran mengenai struktur dan rasionalism

- Penggunaan bahan disesuaikan dengan bentuk bangunan (bahan mengikuti bentuk)

- Mempertahankan bentuk tradisional, nilai estetik dan historis, bersifat ideologis dan politis

- Bangunannya dapat terlihat sebagai bangunan tradisional padahal sebenarnya bangunan itu merupakan bagian dari rancang dan teknologi kini (curtain wall, beton precast).