Tema

Tema I : Sejarah dan Historikism

            Tema sejarah muncul akibat arsitektur modern tenggelam karena para arsitek menonjolkan seni dari masa lalu yang tidak disukai pada masa arsitektur modern. Para sejarahwan membaginya secara periodik antara gaya satu dengan gaya lainnya dalam periode yang sama. Salah satu cara  untuk mengkaitkan arsitektur dengan masa lalu (sejarah)  adalah apropriasi  dan … Pada abad 19-an  teori sejarah berfokus pada kemajuan dari budaya, dan ide dari Affan Garde mengenai budaya masa lalu yang radikal dengan perkembangan teknologi.colquhoun menemukan 2 aspek paradoks dari sejarah, yang pertama, ide-ide tetap dan peraturan yang berlangsung. Kedua, arsitektur modern mengganti sarana ke masa depan. Paradoks ini tidak bisa dihindari oleh para arsitektur.

Bagaimana seseorang dapat menentukan bagian dari sejarah? Einsenman menyarankan kita perlu menemukan tujuan baru untui arsitektur. Colquhoun menyarankan supaya kita melakukan hal berikut ini, yaitu suatu sikap yang memperhatikan tradisi/ budaya masalalu. Kedua, yaitu usaha untuk mendesain dengan menggunakan bentuk-bentuk seni dari masa lalu. Mungkin dengan cara memakai bagian-bagian kecil dari bangunan masa lalu ( ukiran-ukiran pada bangunan ) atau mengambil gaya dari arsitek masa lalu. Bangunan-bangunan modern oleh para sejarahwan diperkenalkan sebagai hasil dari penggabungan bangunan-bangunan sejarah. Karena bangunan-bangunan modern mengambil bagian-bagian kecil dari berbagai macam bangunan sejarah tanpa mengerti asal-usulnya.

 

SIKAP POSTMODERN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMBAHARUAN

Banyaknya istilah-istilah dalam teori postmodern membuat kita bingung dengan aliran ini. Kami mencoba untuk menjelaskan 2 sikap postmodern yang utama :

-         Teori anti modern

Teori ini memberikan pembaharuan dalam arsitektur yang berorientasi kemasa depan atau melihat kembali ke masa-masa sebelumnya. Para arsitek yang lama bisa dianggap sebagai neo avant garde dalam menggambarkan postmodern.

Karena posisi postmodern seolah-olah ada dibelakang dari aliran modern, para seniman dan arsitek modern menjadi ragu akan desain yang dibuatnya.

Seorang pejuang postmodern cenderung memusatkan nilai-nilai tradisionalism yang diperjuangkan dalam penolakan aliran modern.

-         Teori pro modern

Teori ini kebalikan dari pendekatan postmodern yaitu ingin memperluas / melengkapi tradisi budaya modern. Foster mempunyai pendapat yang sama dengan Clement Greenberg bahwa modernism merupakan suatu program kritik diri, menjanjikan untuk memelihara kualitas yang tinggi dari arsitektur masa lampau pada desain saat ini. Neokonservatif tidak mengubah sikap terhadap hasil karya modern, dengan konsekuensi dia menarik diri dari status dan kompetisi prestasi.

 

Tema 2 : Arti

            Arsitektur jika kita lihat dari pengertiannya berarti lingkungan penciptaan,

BENTUK ATAU ISI : tipe, fungsi, tektonis.

            Tiga elemen yang sering dihadapi oleh para arsitektur yaitu tipe, fungsi dan tektonis. Sedangkan keterkaitannya, dalam pembahasannya fungsi dikaitkan dengan penggunanya, sedangkan tektonis dikaitkan dengan sistem strukturnya. Komunikasi arti juga merupakan bagian dari tipe, sehingga keberadaan tipe dapat menciptakan kesinambungan bangunan atau kota dengan sejarahnya dalam suatu budaya. 

Peran arsitektur adalah mentransformsikan intisari dari bagian kecil ke dalam model bangunan. Teori Giulio Carlo Argon menyarankan perlunya penggabungan dari pengembangan tipe baru dengan tektonik, sehingga tercipta point yang dipakai sebagai patokan desain.

Fungsi merupakan intisari dari arsitektur modern. Keputusan modernism tentang keterkaitan bentuk dan fungsi bahwa bentuk mengikuti fungsi. Lain halnya dengan post modernism yang lebih mengutamakan bentuk daripada fungsi. Pandangan einseman terhadap fungsi yaitu bahwa ia tidak sependapat bahwa fungsi adalah aspek yang bekelanjutan dari teori arsitektur sejak jaman Reinaisan, karena pada jaman reinasan hubungan fundamental dengan humanism, dilestarikan agar arsitektur tidak berpindah ke pandangan modernism. Modern berpendapat bahwa arsitektur tidak perlu dibatasi dalam menghadirkan sesuatu yang eksternal pada dirinya, sesuatu yang eksternal pada dirinya itu tidak lain adalah fungsi.modern juga memandang fungsi sebagai ekternal untuk arsitektur. Jadi menurut kelompok kami, fungsi merupakan bagian eksternal dari arsitektur yang tidak perlu dibatasi kehadirannya.

Untuk penjelasan tektonis, hubungan antara komponen tektonik ditunjukan oleh unit struktural. Dengan adanya unit struktural, bangunan bisa hadir dalam realita. Menurut Frampton bahwa tanpa unit struktural, bentuk arsitektural tidak dapat dijabarkan.


Tema 3 : Tempat

 MANUSIA, ARSITEKTUR, DAN ALAM

Mengenai hubungan manusia dengan alam sebagai lingkungan tempat tinggalnya, secara umum sudah kita ketahui. Secara literatur dan simbolik, arsitektur menghasilkan kekauatn alam untuk memberikan perlindungan. Arsitektur modern memegang analogi mesin,.

Tempat adalah suatu wadah untuk kinerja seni yang tidak bisa disatukan. Teori tempat timbul dari fenomena dan geografis fisik akibat dari pengalaman yang timbul dari beberapa masalah. Tempat menawarkan cara untuk mempertahankan kerelatifan dalam teori modern pada sejarah.

Heidegger mempunyai pendapat  bahwa dengan berhubungan dengan alam, manusia dapat memperkaya pengalamannya. Beberapa arsitek seperti Gregotti, Raimund Abraham, Tadco Ando, dan Norberg Schulz menampung pengalaman-pengalaman mereka sehingga dapat membagikan pengalaman mereka untuk menyelidiki genius loci. Gregotti memperhatikan arsitektur sebagai hal yang ditunjang dengan hubungan struktural pada lingkungan, sehingga orang dapat mengerti pemahaman yang dimaksudkan. Tugas seorang arsitek adalah untuk menghubungkan alam dengan keadaan daan pemakaian landscape. Keindahan yang ada pada lingkungan membuat arsitek ingin membangun sebuah tempat.

Jika kita mendesain dan bekerja secara teoritis berarti kita telah melakukan komitmen yaitu seorang arsitek harus mengelola landscape ( lingkungan) dengan segala yang ada di sana. Kita mengamati daerah, bangunan sekitar, suhu, dan udara.  

Tema 4 : Teori Urban

            Teori urban mulai muncul kembali pada tahun 1960 dimana sebelumnya para arsitek hanya terfokus pada satu obyek atau satu bangunan saja, sekarang mereka berpikir lebih menyeluruh yaitu untuk perancangan tata kota.

Dalam merencanakan tata kota tersebut, diperlukan adanya pembagian zona-zona atau area-area, misalnya : area perumahan, area fasilitas umum,area perindustrian, dan lain-lain.

Tetapi sebagaimana dalam proses perancangan selalu muncul problem-problem, maka pada perencanaan tata kota ini juga muncul problem-problem, diantaranya :

1.      perluasan pasar menurut prediksi Calvino, dengan melihat semakin meningkatnya kebutuhan akan fasilitas umum yang tidak seimbang dengan luas lahan yang tidak berubah sehingga lahan tidak mencukupi untuk dipakai sebagai perluasan pasar. Jadi solusinya adalah dengan menempatkan toko-toko di tepi-tepi jalan raya. Kesimpulannya, rancangan tata kota harus fleksibel terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan.

2.      menurut analisa Koolhass mengenai terganggunya atau hilangnya kelestarian alam dikarenakan ambisi dari pihak tertentu untuk membngun sebuah kota. Sikap yang tidak bersahabat dengan akan justru merugikan manusia itu sendiri. Maka pembangunan kota sebaiknya berada jauh dan hutan sebagai bukti bahwa manusia mengusahakan pebaikan bukan pengerusakan. Pada tahun 1980, Koolhas membuktikan bahwa kota-kota yang terletak di pinggiran bisa menarik, contohnya Atlanta, Seoul dan Periphery di Perancis.

3.      masalah sampah atau limbah, baik yang berasal dari perindustrian maupun yang dihasilkan dari rumah tangga.Masalah yang kelihatan sederhana ini, bila dianggap remeh akan menjadi masalah besar. Karena masalah pembuangan ini,memerlukan distribusi yang terarah dengan jelas dan teratur. Untuk itu, para arsitek perlu dibekali pengetahuan memgenai proses pembuangan dan pengolahan limbah,sehingga mereka dapat merencanakan penempatan yang tepat untuk berlangsungnya proses tersebut.

 

KONTEKSTUALISME

Menurut pendapat Rowe, dalam berarsitektur prinsip memaksimalkan kondisi yang ada dalam arti faktor yang menguntungkan,dan faktor yang merugikan diminimalis. Selain itu, mengupayakan adanya kesesuaian antara pembangunan yang satu dengan yang lainnya. Rowe dan Kottler menyebut hubungan antara urban dan deformasi sebagai kecocokan.Maksudnya, urban disesuaikan dengan deformasi yang ada, meliputi:masyarakat, budaya, sosial dan lain-lain.

 

TEORI MEMBACA DAN MENGARTIKAN

Teori ini menjelaskan hubungan antara semiologi dan urbanisme adalah semiologi merupakan “barthes” bagi urbanisme. Hal ini muncul di dalam periode post modern tahun 1967, yang menggambarkan bagaimana proses membaca letak kota sebagai teks. Para arsitek postmodern bangunan adalah bahasa, yang digunakan sebagai sistem pengkodean.

 

IMAGE KOTA

Pemdapat Kevin Lynchmengenai image kota adalah dalam merancang urban juga perlu mempertimbangkan orientasi kota, baik orientasi ke dalam maupun orientasi keluar kota. Untuk orientasi ke dalam, dapat diperoleh degan membangun monumen-monumen bersejarah sebagai unsur budaya. Sedangkan untuk orientasi keluar,yaitu tercermin dari hubungan kota dengan lingkungan sekitar yang saling mendukung satu sama lain.

Sedangkan bila dilihat dari sudut pandang post modern dimana bangunan adalah bahasa, Lynch menambahkan bahwa kota harus memiliki kemampuan untuk dibaca atau kemampuan untuk berimage sebagai atribut penting dalam hal pengenalan kota. Hal ini secara tidak langsung menuntut perhatian lebih  dari perancang dalam merancang urban.

 

URBANISME EROPA : NEORASIONALISME DAN TIPOLOGI

Menurut Rossi orientasi dalam kota didasarkan pada pengalaman dan sejarah kota tersebut, misalnya adanya monumen-monumen untuk memperingati kejadian khusus di kota itu yang tercatat sebagai sejarah kota. Dia juga menyelidiki bahwa bentuk-bentuk bangunan di kota-kota Eropa mengandung unsur sejarah. Sehingga kota merupakan museum besar dan bangunan-bangunan di dalamnya adalah artefak (benda-benda bersejarah ) sebagai perwakilan dari nilai budaya.

Rossi juga mempergunakan tipologi sebagai alat yang digunakan untuk menganalisa dan juga digunakan sebagai dasar berpikir dalam melakukan proses desain. Sedangkan untuk merancang bentukan kota, murni berasal dari ide arsitek.

Einsenman berpendapat bahwa secara kontekstual pendapat Rossi sangat bertentangan atau bertolak belakang dengan “Formalitas kosong” yang berisi tentang sedangkan Rossi juustru memakai hubungan tersebut sebagai hal yang utama dalam konteks kota.

Proyek yang dibuat oleh Krier dianggap sebagai proyek kritis, yaitu dengan merekonstruksi negara Eropa dalam skala besar. Tindakan kritis ini memicu munculnya tindakan-tindakan kritis yang lain yang memang diperlukan dalam pengambangan desain.

 

PENGAMATAN DARI LINGUISTIK

 Pengamatan tentang  kota Las Vegas yang dilakukan oleh Venturi, Scott Brown dan Izenour dipengaruhi oleh semiotik sebagai teori komunikasi yang terutama. Mereka kemudian membahas mengenai fungsi simbolis yang tidak menyatu dengan fungsi literal sebagai bagian penting pada arsitektur.

 

KOTA PINGGIRAN

Koolhass menulis teori yang berisikan bahwa kota pinggiran terbentuk dari kurangnya sistematisme penempatan yang fungsional dan efisien dalam merancang urban. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi yang ada dalam masyarakat yang kurang mampu dan cenderung menerima apa adanya. Sehingga selamjutnya membuat Koolhass membedakan kota pinggiran dan kota kontemporer di masa lalu yang terbentuk bukan berasal dari sistem penempatan yang kurang tepat, tetapi cenderung dari kurangnya pengetahuan.

Melalui perancangan Stephen yaitu kota pinggiran Amerika yang didesain secara berbaris-baris, dan dia menyebutnya sebagai bukit barisan.

Pelaksanaan kota pinggiran ini memunculkan banyak kritik dari berbagai tingkat, yaitu ketergantungan uang pada saat perencanaan, ketergantungan otomotif dan penggunaan metode dan bahan kontruksi.

 

Tema 5 : Politik

Menurut kelompok kami kebebasan berarsitektur memiliki batasan-batasan tertentu diantaranya peraturan pemerintah, etika dan peraturan lingkungan yang ada. Meskipun adakalanya arsitektur dapat menjadi disiplin atau dengan istilah lain dapat membuat peraturran sendiri. Namun harus tetap memperhatikan etika dan hukum yang berlaku karena arsitektur bersentuhan secara langsung dengan manusia dan menjadi bagian dalam suatu  negara yang memiliki hukum.

Pernyataan Phillips Bess mengklaim hubungan intrinsik antara arsitek dengan etika, dimana keduanya terkandung perilaku manusia. Etika sebagai norma perilaku dan arsitek sebagai wadahnya.

Sedangkan Ghirardo mengeluarkan pernyataan dengan menulis “ arsitektur pada kebohongan”, yang berisi tentang penjelasan peraturan arsitek yang terutama adalah seni, atau jasa dalam hubungannya dengan politik dan sosial.

 

ETIKA LINGKUNGAN

Pada saat pergerakan pelestarian alam sedang gencar-gencarnya, muncullah peraturan mengenai perlindungan alam. Hal tersebut diikuti dengan adanya arsitektur hijau, dimana faktor lingkungan menjadi salah satu aspek dalam berarsitektur,  sehingga menghasilkan hasil karya arsitektur yang serasi dan selaras dengan lingkungan. Dan menjadi unsur yang saling mendukung satu dengan yang lain.

Hal ini juga didukung oleh William Mc Donough sebagai seorang arsitek dan ahli lingkungan yang menegaskan bahwa etika dari karya arsitek termasuk mengakui hak generasi yang akan datang terhadap lingkungan yang sehat, maka arsitektur bukan bertanggung jawab secara penuh akan kelestarian lingkungan.

Tema 6 : Badan

Badan dapat diartikan sebagai komponen fisik , sesuatu yang berlawanan dengan pikiran atau jiwa. Sedangkan dalam bidang lain subyek diartikan sebagai individu yang ditujukan untuk pengamatan Menurut kami Focoult berpendapat bahwa ada dua arti kata subyek yaitu subyek dengan kendali dan ketergantungan serta terikat dengan  identitasnya atau pengetahuan tentang diri sendiri (ego).

Badan dalam arsitektur klasik dipandang dari segi proyeksi dan anthropomorphisme, arsitektur klasik meninjau badan sebagai bagian dari model gambar dan sebanding untuk proyeksi. Sedangkan menurut kami, Vidler mewujudkan citra badan dari segi perbandingan dan skala atau mewujudkannya dengan menyalinnya kembali dalam bentuk gambar, selain itu pada  bagian muka gedung, dan bisa juga berupa detil. Sedangkan menurut arsitektur fungsionalisme, badan kebanyakan diabaikan kecuali sebagai syarat untuk berteduh (badan dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam mendesain).

Dugaan PostStrukturalis Ditinjau dari Badan  sebagai Tempat 

Menurut Postsrukturalis, ada ketekaitan hubungan antara badan dengan lingkungan fisik yaitu bahwa lingkungan fisik sebagai interioritasdari badan.  Pada intinya cita-cita kemanusiaan menciptakan urutan di dunia. Lain halnya dengan pendapat Foucoult yang sangat bertolak belakang dengan pendapat poststrukturalis. Foucoult berpendapat bahwa dunia eksternal yang menentukan manusia. Sedangkan pandangan Post Humanis tentang badan atau dunia menurut Robert Mac Anulty bahwa badan bukan sebagai gambar-proyeksi mimeticnamun sebagai tempat untuk memberikan kekuatan.

Akhir Proyeksi Budayawan

Pandangan Dunia Klasik dan Anthroposentris dan terhadap Kontruksi Subyek Manusia

Eisenman

Renovasi PostModern Badan.

Ada perbedaan reaksi akan perlakuan badan antara postmodern dan modern. Menurut Graves, Hilangnya gagasan kemanusiaan (terkandung dalam anthroposentrisme)dalam desain arsitektur modern seperti Barcelona Pavilion. Graves menyebutnya sebagai bangunan yang kekurangan elemen karena tidak ada elemen pembeda antara lantai, atap, dinding, dan jendela.  Menurut Perez-Gomes

 

 

Paradigma

Paradigma 1: Fenomenologi

Paradigma fenomenologi adalah teori arsitektur yang juga merupakan metode filosofi. Bila paradigma ini diterapkan pada bangunan secara menyeluruh, bangunan tersebut kadang kala akan terlihat berlebihan. Perkembangan dari teori ini adalah sebagai akibat dari munculnya kritik-kritik yang berhubungan dengan lingkungan.  Yang dipentingkan dari teori ini adalah hanya  estetetika dari tampak dan makna tidak secara tiga dimensi.

Menurut Heidegger dalam fenomenologi hal yang yang dipentingkan adalah estetika dan tidak bergantung pada keadaan yang seharusnya. Paradigma ini juga ada kaitannya dengan budaya. Fenomenologi mengutamakan unsur manusia dibandingkan dengan logika dari arsitektur. Heidegger mengeluarkan pendapat karena didorong oleh kekhawatirannya terhadap orang modern untuk mewujudkan hidup manusiawi.

Menurut pendapat kami mengenai pandangan Heidegger tentang bangunan, bangunan  itu bukan hanya sekedar memenuhi fungsi, tetapi juga menyampaikan ungkapan perasaan pendesainnya. Pendapat Heidegger itu didukung oleh Christian Norberg melalui pembuktiannya mengenai pandangan Heidegger tersebut.

Selanjutya menurut Norberg, arsitektur yang fenomenologi merupakan arsitektur dimana setiap ruang-ruangnya mempunyai fungsi. Dan juga lingkungan disekitar bangunan tersebut, harus tercermin dalam bangunan itu. Penerapan paradigma ini memerlukan kebebasan sampai ke detil-detilnya, murni merupakan ide dari arsiteknya. Bentuk bangunannya merupakan perwujudan dari mimpi atau keininan arsiteknya tapi secara abstrak.

Paradigma 2: Aesthetic of The Sublime

Estetik menurut paradigma filosofi merupakan hasil dari kerjaan seni. Dalam paradigma ini, bangunan tidak hanya dipandang dari segi fungsionalisnya saja tetapi juga dari segi estetiknya. Nilai yang pertama yang dipandang dari bangunan oleh paradigma iniadalah segi estetiknya. Menurut Vedler, keindahan dipandang sebagai norma atau syarat Jadi menurut kami, paradigma ini memandang bangunan itu sempurna jika bangunan itu fungsuional dan juga cantik, tidak hanya cantik tapi tidak fungsional.

Paradigma 3: Linguistic Theory

1.      Berkaitan erat dengan arti dan simbol pada dunia arsitektur.

2.      Mempelajari bagaimana arti dibawa dalam bahasa dan diaplikasikan dalam ilmu tersebut melalui linguistik analogi.

3.      Berpengaruh besar pada tahun 1960.

4.      Telah diterapkan oleh Agrset dan Gondelson dalam teori dan pelatihan mereka yang dipengaruhi oleh bahasa, mereka menemukan cara semiotic dalam membaca arsitektur sebagai sebuah lapangan produksi pengetahuan, contoh: The Urban Text oleh Gandelsonas.

5.      Keterkaitan Linguistic Teori – Strukturalism

Strukturalism merupakan metode pembelajaran yang secara umum menuntut: “benda dapat dikatakan tidak mempunyai bentuk alaminya atau tidak bersifat alamiah namun terbentuk dari jalinan hubungan antara tanda yang telah kita bangun dan kita buat.

Strukturalis mengambil bahasa sebagai sebuah model dan mencoba untuk membangun sebuah “grammar”.    

6.      Keterkaitan Linguistic Teori – Post-strukturalism

Merupakan bentuk baru dari strukturalism yang lahir sekitar 1970-an. Memandang bahasa tidak secara obyektf melainkan sebagai sebuah subyek atau individu.

Apabila pada strukturalism bahasa dijadikan sebagai model untuk kemudian diciptakan rangkaian gramarnya, hal itu justru berlawanan dengan post-strukturalisme yang tetap megunakkan bahasa sebagai dasar landasan yang dihubungkan kepada pembaca atau pendngar melalui sebuah dialog atau komunikasi bahasa. 

7.      Keterkaitan Linguistic Teori – Dekontruksi

Dekontruksi merupakan bagian dari kritik postmodern yang diharapkan untuk mengakhiri dominasi arsitektur modern. Tujuan dari Dekontruksi untuk menempatkan kategori filosofi, seperti membuat suatu bentuk menjadi bentuk lain yang bertentangan, seperti hadir / tidak hadir, ada / tiada.

Berdasarkan pernyataan Tschumi, Dekontruksi merupakan konstruksi kondisi yang menggabungkan sesuatu (unsur) yang paling tradisional dengan aspek sosial masyarakat, yang diatur ulang secara stimultan dengan cara yang paling bebas.

Ia tertarik pada pelanggaran-pelanggaran batasan disiplin, yang terdapat pada konteks arsitektural sebagai sesuatu potensial yang terbatas.

Beberapa hal yang menjadi kekhawatiran arsitek, jika tanda tidak dapat diartikan, dan jika bahasa tidak dapat dipercaya lagi, apakah dapat terjadi persetujuan antara “bahasa” arsitektur?

 

Paradigma 4: Marxism

1.    Melakukan pendekatan terhadap sejarah arsitektural dan teori meningkatkan masalah mengenai hubungan antar kelas dan arsitektur.

2.    Diterapkan dalam interdisipliner Focault, dimana mereka melakukan pendekatan terhadap filosofi, sejarah, dan psikologi dalam usaha untuk mendeskripsikan secara akurat fenomena budaya yang terdapat pada konteks sosial.

3.    Tafuri mengkritik arsitektur modern melalui pendekatan paradigma marxism. Ia menyatakan bahwa arsitektur modern tidak mengekspresikan gambaran arsitektur  sosial yang bebas tanpa revisi dari elemennya sendiri (bahasa, metode, struktur).

 

Paradigma 5: Feminism

1.      Perhatian dalam lingkup sosial yang demokratik pada tahun 1960-an diwarnai dengan jenis kelamin, ras, atau perbedaan seksual.

2.      Berkaitan dengan jenis kelamin sebagai pengontrol sosial, feinisme menggunakkan paradigma kritis termasuk pos-strukturalisme, marxisme, dan psycoanalysis untuk menganalisisnya. Dalam sejarahnya jenis kelamin telah digunakan untuk membatasi atau memberi tanda terhadap sesuatu, seperti di Yunani zaman dahulu yang membedakan  kolomnya yang bersifat maskulin atau feminim. Teori Chris Weedon menunjukkan hal ini sebagai suatu keaslian dan implikasi terhadap jenis kelamin:

Psychoanalisis menawarkan teori universal mengenai pembangunan fisik yang berjenis kalamin, pada dasar perwakilan (bagian dari biseksual anak)...hal tersebut menawarkan sebuah frame work dimana feminim dan maskulin dapat dimengerti sebagai teori kesadaran, bahasa, dan artinya.  

 

 

Modern Tradisionalism

Modern Tradisinalism adalah aliran yang dimana bangunan tradisional dapat terlihat tetap seperti bangunan tradisional, padahal sebenarnya bangunan itu merupakan bagian dari suatu desain teknologi, memiliki identitas yang estetik dan memen sejarah. Sifat moral arsitektur ditinggalkan bergantian pada sesuatu yang lebih bersifat politis dan ideologis daripada bersifat structural dan rill. Arsitek mengubah seni yang individual / idiil atau menyesuaikan dengan teknik bangunan baru.

·        Kohn Pederson Fox

William Pederson adalah seorang Arsitek New York yang mendirikan sebuah perusahaan yang bernama “Kohn Pederson Fox Associates”. Perusahaan tersebut mengalami masa kejayaan dalam desainnya mengutamakan model “classical” dimana bangunannya mempunyai ciri khas yaitu adanya serambi tinggi dan curtain wall. Walaupun tidak menyatakan persetujuan dengan dasar dari modernisme dan classisme, Pederson mendirikan bangunan 1201 Third Avenue, Seattle, dengan berdasarkan kepadatan dari seni pahat dan pengadaptasian dari gedung pencakar langit yang bersifat tradisional.

Bangunan lain yang didirikan Pederson adalah Smith Tower yang mempunyai bentuk lingkaran yang berada didalam bentuk kotak dimana diameter lingkaran lebih besar dari ukuran kotak.

Selain itu pula bangunan yang didirikan Pederson bersama dengan patnernya yaitu Arthur May sebuah Apartment yang mempunyai ciri khusus yang dimiliki oleh aliran ini yaitu mengutamakan usaha membuat pangkasan dan menampilkan type “Georgian” untuk melukiskan aliran Classicism secara lebih mendalam. Sedangkan untuk bahan bangunan yang digunakan lebih banyak menggunakan batu-batu “redbricks” dan beton “pre-cast”.

Bangunan lainnya adalah “Office Tower” yang didirikan oleh May di Boston yang menonjolkan sesuatu yang berkesan lunak dan tidak menonjolkan kesan bangunan itu sendiri. Tampak bangunannya penuh dengan detail yang terdapat pada jendela tower teratas, tetap mempertahankan nilai-nilai estetika.

 

·        Orr & Taylor

Arsitektur Amerika mengutamakan kepedulian seorang Arsitek untuk menggunakan model / type / aliran tanpa adanya suatu penyimpangan. Contohnya adalah Riverfront Plaza di Fort Lauderdale, florida, perusahaan arsitektur bernama New Haven milik Robert Orr dan Melanie Taylor, yang menggunakan model-model / type-type rumah Spayol dan Mediterania dalam bangunan-bangunan yang didirikannya seperti restorant, bar, kantor. Adapun cirri dari “style” Spayol dan Mediterania adalah menggunakan Arcade-arcade (gang-gang yang beratap) dan pergola-pergola yang mengelilingi site dan penambahan air mancur dan tumbuh-tumbuhan hijau yang memenuhi keseluruhan site.

Selain itu bangunan yang didirikan oleh Orr & Taylor adalah bangunan kampus yang didominasi oleh model Spayol yang mempunyai bentuk “Dome” yang dominan yang terletak dijalan masuk site yang merupakan sebuah symbol dari suatu bangunan baru yang dikelilingi oleh Arcade-arcade.

·        Stanley Tigerman

Tokoh ini menganut aliran tradisional yang lebih mengarah pada “Modern Classicism”. Yang mengutamakan ketepatan keseimbangan dalam hal teknik dan ilmu bahasa yang benar. Mengutamakan masalah jalan / cara bagaimana yang akan digunakan untuk mendapatkan sesuatu yang benar dan mengutamakan segala hal yang bersifat serba memperbolehkan.

Karya-karya dari Stanley Tigerman ini antara lain:

o       Hard Rock Café di Chicago

Yang mempunyai sebuah paviliun didalam tamannya yang mengadopsi dari bentuk Arsitektur taman Eropa pada jaman Klasik.

o       One Lane Pool House, Chicago

Yang mengutamakan ciri klasik yang terlihat pada masa bangunan itu sendiri.

o       Rumah di Palm Beach Florida

Yang mengadopsi bentuk-bentuk model Mediterania klasik untuk digunakan pada bentuk halaman rumah, Arcade-arcade dan plafond-plafond.

·        Michael Graves

Tokoh ini membuat bangunan-bangunannya menjadi klasik dalam hal masa dan dalam hal esensinya. Ciri pertama muncul dalam proyek yang berskala lebih kecil. Proyek ini menunjukkan dia telah terpengaruh oleh aliran Fundamentalist Classicism dalam perkembangan bahasa Arsitektural baik personal ataupun yang telah menjadi tradisi.

Hasil-hasil karyanya :

o       Environmental Education Center (1983)

Bangunan ini terdiri dari pavilion-pavilion yang dibingkai kayu. Menyajikan hubungan antara bangunan dengan site. Material yang digunakan bersifat sederhana dan tradisional prosesnya menunjukkan perubahan dari sesuatu yang rasional ke organic, dari arsitektur ke alam, melibatkan partisipasi dari manusianya yang diekspresikan dengan elemen-elemen menusia, seperti kolom berbentuk seperti tangan.

o       Domaine Clos Pagase

Bangunan ini didesain oleh Graves bersama dengan Edward Schmidt. Bangunan ini memberikan variasi program lebih banyak dari pada Environmental Education Center.

o       Humana Tower

Banguna ini merupakan bangunan perkantoran. Desainnya ditujukan untuk mengekspresikan dedikasi bangunan ini untuk kepentingan umum. Bangunan ini memiliki 25 lantai. Merupakan bangunan yang menunjukkan adanya hubungan antara teknologi dengan sesuatu yang klasik.

o       Aventine University Center La Jolla

o       Sunar Furniture Showroom, London

·        Rose

Building : Canadian Center

Ciri Modern:

o       Menggunakan Technologi Modern

o       Menggunakan Panel-panel yang polos à cirri Prolo Modernist

Ciri Tradisional:

o       Menggunakan material yang tradisional untuk Facadenya (entrence) yaitu batu (grey stone, lime stone)

Modern Tradisionalism à menggunakan material-material tradisional untuk façade bangunan namun penyelesaian detailnya mengikuti aliran Modern (tidak ada ornamen).

·        John Outram

Building : Country House

                  Harp Heating Headquarters

Ciri Modern:

o       Menggunakan rangka baja

o       System utilitas modern

o       System struktur modern

o       Menggunakan baja I

Ciri Tradisional:

o       Tampak menggunakan detail-detail tradisional

o       Menggunakan material tradisional

o       Kolom besar-besar cirri khas struktur Yunani-Romawi (didlmnya berisi pipa-pipa utilitas)

o       Material finishing tradisional (bata,kayu)

o       Adanya bentukan yang seperti jaman mesir kuno.

Modern Tradisionalism à Konstruksi bangunan menggunakan teknologi modern (rangka baja, system utilitas) namun dalam finishing dan tampak dibuat tradisional.

·        Robert A M Stern

Building :       1. Observatory Hill Dining Hall

                     2. Point West Place

                     3. Villa In New Jersey

                     4. Berkeley Street

Ciri Modern :

o       Struktur Portal

o       - Office Building

- Curtain Wall dari kaca

o       Kebutuhan ruang modern

o       Office building

Ciri Tradisional:

o       - Paviliun 9 mengikuti tradisi

- Finishing Bata

o       Entrance di Finishing batu bata

o       Tampak gaya Italian Renaissance & Anglo-African Italianate

o       Material Bata Merah, Batu

·        Robert Adam

Robert Adam sering menggolongkan Canonic Classicism sebelum ia berantusias tentang teknologi yang abadi dan kapasitas untuk bentuk yang tidak tradisional dalam suatu golongan bangunan adalah contoh dari ilmu yang abadi.

Classical Arsitektur mempengaruhi teknologi yang mengagumkan rangka besi membuat kumpulan khayalan Edwardian Baruque menjadi kenyataan. Arsitektur yang tuntutannya membersihkan tetapi berdasarkan pada symbol yang salah.

Komputer digunakan untuk mengkalkulasi entasis dalam sebuah kolom sehingga menjadi bentuk arsitektur berteknologi tinggi.

Buat Adam aliran klasik adalah bahasa asing gabungan antara mesir dan roma, proporsi, pusat kriteria Renaisance yang setiap bagiannya terus berhubungan dengan setiap bagian yang lain, tanpa meninggalkan intergritas klasiknya. Keinginannya untuk mengadopsi gaya tradisional.

Adam berpendapat tampak jendela tradisional dapat memberikan kesan skala yang berkaitan dengan proporsi gedung secara keseluruhan untuk menggantikan perannya dipakai batu bata standard Inggris.

·        Kliment & Halsband

Kerja sama arsitektur New York dari Robert Kliment (1933) dan Frances mendekati aliran klasik melalui konteks pintu belakang dari pada penjelasan dari kapasitas yang superior. Gedung pengetahuan komputer di Universitas Colombia (1981-1983) telah mengkombinasikan bata merah dan kapur dari Me Kim.

Pendekatan yang sama terbukti kurang menarik pada perusahaan yang kaku dan bersifat sementara pada Life Sciences Building di Universitas Virginia. Kliment dan Halsband membuat desain yang membentuk tempat berdirinya bagian terdepan dari gedung dan berhubungan dengan tradisi arsitektur universitas. Dengan mendisain gedung batu bata merah dari kotak bujur sangkar, berisi laboratorium dan setengah silinder untuk perpustakaan yang tertuju pada kubah dan ruang kuliah. Separuh silindernya berisi perputakaan dan detail-detailnya. Kliments dan Halsband menyediakan atap tradisional mendukung bagian depan yang di material dipotong seperti ukuran kipas angin.

Meskipun jendelanya terbentuk dengan kusen yang formal dan bentuknya kurang klasik dibandingkan dengan yang didepan memberi gedung itu bentuk tradisional antara simbolik.

 

Keterkaitan Tema dan Paradigma

 

1.      Paradigma Marxism dengan Tema Sejarah dan Historicism

Dalam paradigma Marxism telah dibahas bahwa dalam membangun suatu kota harus terkandung ciri budaya atau penanda atau atribut seagai pengenal kota itu.. Keterkaitannya dengan Tema sejarah yaitu bahwa kita mengetahui sejarah atau asal usul kota itu maka kita bisa menemukan elemen penanda atau atribut penanda dari kota itu, seperti suatu kota dimana menurut sejarahnya kota tersebut menyukai perperangan maka pastilah di kota itu terdapat banyak benteng dan jika zaman telah berubah namun budaya mereka tidak pernah berubah sejauh mereka masih menganutnya. Pastilah pada zaman maju seperti saat ini, dimana peperangan sudah ditentang dimana-mana dan walaupun kota itu juga sudah tidak pernah berperang namun secara arsitekturalnya pastilah ada bangunan-bangunan penting dari mereka yang masih mencirikan benteng dan bangunan pertahanan lainnya walaupun bangunan itu tidak difungsikan untuk pertahanan.

2.      Paradigma Feminism dengan Tema Badan

Seperti yang diuraikan pada tema badan bahwa arsitektural postmodern memandang badan sebagai model untuk muka bangunan, membuat gambaran manusia sebagai detil dan bahkan menyamakannya ke dalam gambar, maka keterkaitan tema ini dengan paradigma feinologis adalah bahwa pada saat desainer itu menampilkan detil atau gambar ke dalam bangunan itu pasti ada yang ingin menyampaikan kesan dari bangunan itu supaya terkesan feminim atau maskulin sesuai dengan yang dibahas dalam tema Feminism yaitu bahwa arsitek mendesain banguanan dengan memasukkan unsur perbedaan jenis kelamin. Contoh seperti pada zaman postmodern di Eropa, bangunan milik bangsawan yang dilengkapi dengan taman yang luas dimana dalam taman itu terdapat air mancur dengan patung Cewek pose separuh telanjang itu karena desainer ingin menampilkan sisi feminisme yang dipadukan dengan nuansa air mancur sehingga terkesan menarik sebagai view serta menimbulkan kesan keromantisan.

3.      Paradigma Phenomenologi dengan Tema Badan

Seperti yang diungkapkan dalam paradigma Phenomenologi bahwa kenyamanan terbentuk melalui perbaduan antara elemen bangunan, kosep perencanaan dan perancangan dalam rangka mewujudkan tempat yang nyaman bagi manusia untuk beraktivitas, maka keterkaitannya dengan paradigma badan yaitu bahwa kita harus memperhatikan skala dan perbandingan manusia seperti yang diungkapkan oleh Vidler sehingga tercipta space yang nyaman untuk beraktivitas. Sebagai contoh jika arsitek ingin mendesain tempat tidur maka dia harus mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan dan perabot apa saja yang diperlukan untuk menunjang aktivitasnya serta sirkulasi yang diperlukan untuk berlalu-lalang. Semuanya itu didasari oleh skala manusia shingga mampu tercipta perabot, volume ruang yang sesuai dengan skala manusia sehinga denga demikian kenyamanan seperti yang diuraikan dalam paradigma phenomenology dapat tercapai.

4.      Paradigma Phenomenologi dengan Tema Tempat

Dalam paradigma phenomenology diuraikan bahwa agar kenyamanan tercapai, diperlukan perpaduan dari berbagai elemen. Keterkaitannya dengan tema tempat yaitu bahwa kita harus mampu memaksimalkan lingkungan sekitar kita kemudian memadukannya sebagai upaya untuk mewujudkan kenyamanan penghuninya namun di satu sisi kita juga harus memperhatikan lingkungan sekitar tempat kita berada . Perhatian itu dapat berupa memaksimalkan faktor positif dari lingkungan kita dan meminimalis faktor negatif di lingkungan sekitar kita agar kenyamanan kita tidak terganggu, selain itu dalam upaya mencapai kenyamanan jangan sampai kita merusak atau mengganggu lingkungan sekitar kita. Contoh jika lingkungan sekitar kita merupakan lingkungan berbatu maka bagaimana upaya kita memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar kita secara seadanya tanpa merusak lingkungan sekitar kita dan kita harus mampu mempertahankan, memelihara, dan melestarikan lingkungan kita supaya tidak punah dan tetap seperti sedia kala.

 

5.      Paradigma Estetik dengan Paradigma Phenomenologi dan Tema Aturan

Dalam paradigma estetik, nilai estetik menempati nilai pertama dalam mendesain namun menurut kelompok kami, hal itu boleh saja asal tidak mengurangi kenyamanan manusia seperti yang diungkapkan dalam paradigma phenomenology serta sesuai dengan peraturan yang ada dan etika yang berlaku di lingkungan setempat tersebut seperti yang diungkapkan dalam tema aturan. Jadi pada intinya paradigma phenomenologi dan tema aturan membatasi paradigma estetik agar estetik tersebut jangan sampai menggangu baik penghuni maupun sekeliling.  Contoh: dalam mendesain bangunan, kita boleh saja menghias tampak kita asal dari segi tampak kita dalam hubungannya dengan basngunan sekeliling kita sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku di daerah itu, misalnya peraturan menyebutkan bahwa bangunan kita harus serasi dengan sekeliling kita. Selain itu dalam menampilkan estetik jangan sampai mengurangi efisiensi bangunan serta kenyamanan penghuni tetap terjaga.

 

6.      Paradigma Linguistik dengan Tema Badan

Badan dalam arsitektur postmodern dipakai sebagai model. Keterkaitannya dengan paradigma linguistik yaitu bahwa badan sebagai model dalam bangunan muncul sebagai perwujudan dari simbol, tanda, ungkapan perasaan dari arsitektur. Jadi pada intinya menurut kelompok kami, tema badan membantu mewujudkan paradigma lingguistik. Contoh: banguanan KB dengan patung ibu menyusui anak di pintu gerbang masuk minyimbolkan bahawa bangunan ini adalah bangunan berhubungan dengan KB.

 

7.      Paradigma Marxism dengan Tema Urban

Sesuai dengan tema urban yaitu perlunya kesesuaian antara deformasi dengan urban. Deformasi ini meliputi lingkup ekonomi, sosial, dan budaya. Sedangkan paradigma marxism membahas tentang ciri budaya yang menandai kota tersebut. Jadi pada intnya menurut kelompok kami, paradigma marxism merupakan salah satu faktor yang perlu dijadikan sebagai bahan ertimbangan dalam memikirkan tema uban.

 

8.      ParadigmaMarxism dengan Tema Arti

Berdasarkan paradigma marxism yaitu perlunya penanda sebagai ciri budaya kota tersebut maka keterkaitannya dengan tema arti yaitu tema yang mengandung unsur tipe, fungsi dan tektonis membantu kita lebih kreatif dalam menemukan ciri budaya dari kota tersebut. Dengan mengetahui tipe tesebut seperti yang dikemukakan dalam tema arti bahwa bagian dari tipe yaiu komunikasi arti mampu menciptakan kesinambungan antara bangunan dengan sejarahnya,  kita bisa mengetahui sejarah kota itu dahulunya atau dengan mengetahui budayanya membantu kita untuk menemukan ciri, atau identitas budaya dari kota itu yang nantinya akan membantu kita mengenal kota itu.

 

Contoh- contoh Bangunan

 

           

 

Monumen patung bersejarah

 

            Monumen patung bersejarah ini diletakkan di tengah kota sebagai pusat dari orientasi ke dalam. Selain itu, patung tersebut juga merupakan cerminan budaya kota yang mempunyai lain yaitu memperingati peristiwa sejarah yang pernah terjadi di kota tersebut.

 

 

Piazza, Charles Moore

bangunan ini merupakan salah satu contoh bangunan Eropa yang masih mempertahakan unsur-unsur budaya Eropa yaitu dengan pemanfaatn kolom-kolom yang berasal dari budaya Yunani dan Romawi.

Hal tersebut merupakan bukti bahwa nilai budaya yang diterapkan dalam arsitektur dengan pengolahan yang menarik dapat menjadi identitas kota.

 

Kota Peru, Spanyol

Menurut pendapat kami, penataan kota Peru ini memakai Tema Urban sebagai dasar teori dalam sistem tata kota, hal ini terlihat dari tata letak kota tersebut yang berada di kaki bukit memanfaatkan bukit tersebut sebagai pusat orientasi keluar. Sedangkan taman ditengah kota yang berbentuk lingkaran digunakan sebagai pusat orientasi ke dalam. Selain itu samar-samar terlihat bahwa pembagian zona-zona diantaranya zona pemukiman, zona perindustrian, dll dirancang dengan sistem penempatan yang tepat dan teratur, dengan sistem radial.

Dilihat dari segi hubungan antara kota dan lingkungan, terlihat bahwa kota tersebut juga memperhatikan unsur lingkungan sebagai bagian yang penting bagi kota karena kota tersebut dirancang untuk mempunyai hubungan yang timbal-balik dan saling mendukung dengan lingkungan sekitar.

Kota ini juga terkait dengan paradigma phenomenolgi, yaitu dilihat dari hubungan kota dengan gunung yang saling mendukung, dalam hal keindahan, dan keserasian. 

Jika ditinjau dari segi tema tempat, maka kondisi perkotaan Peru yang terletak di kaki gunung telah menerapkan tema ini dalam tata kotanya. Penerapan ini dapat terlihat pada perilaku tata kotanya yang memanfaatkan gunung sebagai latar belakang orientasi keluar sehingga dengan demikian gunung tetap lestari, tidak rusak, serta mendukung keberadaan perkotaan ini sebagai petunjuk orientasi pintu keluar dari perkotaan ini. Selain itu tata letak perkotaan ini yang berada di kaki gunung membuat seakan-akan perkotaan ini ingin menonjolkan gunung ini sebagai orientasi pintu keluar.

Bangunan- bangunan di kota Roma

 

Bangunan-bangunan ini merupakan salah satu contoh bangunan Eropa yang secara kolektif mempertahankan nilai budaya sebagai identitas kota Roma. Nilai budaya tersebut terlihat dari bentuk bangunan yang sebagian besar memakai aliran arsitektur Romawi. Dalam perkembangannya, kota Roma tidak terpengaruh oleh aliran dan budaya lain yang masuk ke kota Roma. Hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunan lama dan bangunan baru yang saling mendukung sehingga tercipta keserasian. Bangunan lama pada gambar yaitu bangunan beratap kubah, dan bangunan baru yang dimaksudkan adalah bangunan yang beratap dak beton.

 

Grand Inter-Continental Hotel

Nikken Sekkei

Kami berpendapat bahwa paradigma penomenologi terkait dengan bangunan ini dimana konsep dari bangunan ini mengambil bentuk dari site, yang dikelilingi oleh air. Tercermin kedalam bangunan yang berbentuk kapal layar.

Bangunan ini juga terkait dengan paradigma sublimasi dari estetika, dimana dia mengambil bentuk dari kapal layar tetapi bentuk itu terlihat secara abstrak. meskipun bentuk /silhoutte nya mengambil bentukan kapal, tetapi bangunan ini tetap menjaga estetikanya sebagai fungsi hotel, karena mengingat bangunan post modern adalah bahasa. Hal tersebut di dukung oleh paradigma linguistik.

Dari segi tema, bangunan ini bisa dimasukkan ke dalam tema tempat. Karena bangunan ini melihat lingkungan dari sekitarnya, sehingga terciptalah bentukan kapal itu.

 

Ackerberg house

richard meier

Dilihat dari tampak bangunan, bangunan ini mengutamakan estetika sehingga berkaitan dengan paradigma sublimasi dari estetika. Estetika yang dimaksud adalah penggunaan elemen bangunan yang berbentuk non- geometris sebagai aksen.

 

neugebauer

richard meier & partner

 

bangunan ini termasuk dalam paradigma linguistik dari segi simbolik. Karena bentukannya yang seperti kapak bangunan ini juga termasuk paradigma estetika, karena bentuknya yang unik yang berbeda dari rumah tinggal biasa lainnya membuat hal tersebut menjadi indah.

 

Lower east side housing/ indigent pavillion

eric owen moss

Karena bentuknya yang kokoh ( bangunan tinggi hanya dengan empat kolom yang mampu menopang bangunan , selain itu dengan sedikit pembukaan membuat bangunan terlihat masif ) membuat bangunan ini termasuk dari paradigma feminisme yang bersifat maskulin. Tema badan juga termasuk dalam bangunan ini, karena bentuknya seperti hewan ( anjing ), mempunyai kaki, badan, dan kepala.

 

Le fresnoy national studio for contemporary arts

Bernard Tschumi

Dilihat dari bentukan lengkung diatas kolom dari bangunan ini, mengandung unsur sejarah karena termasuk dalam aliran arsitektur yunani. Bangunan ini juga termasuk dalam tema urban, dan masuk ke dalam paradigma Marxism karena fungsi bangunan  itu adalah studio yang diperuntukkan bagi masyarakat terpelajar sehingga mempunyai bentukan yang berbeda dari bangunan rakyat biasa.

Meskipun dari segi bentuk mengambil unsur historikal, namun dari segi estetika bangunan ini menggunakan warna yang cukup menyala yaitu kuning, sehingga menyebabkan bangunan ini tidak terlihat kuno.