Keng “Ta Pai San Kai Fu Mu Cin” adalah yang khusus dibaca oleh aliran ini Cung dalam agama Buddha. Keng ini sangat sederharna, uapacaranyapun sederhana namun hasilnya luar biasa, mempunyai kesaktian yang tak dapat diduga.
Orang yang membaca Keng ini dapat memukul mundur semua setan dan musuh, melumatkan semua mantra jahat, menghindari semua malapetaka, menaklukkan semua haritu dan setan, menghilangkan segala penyakit yang aneh-aneh hingga tercapailah ketentraman hatinya. Semua permohonan baik rejeki, usia, perjodohan, keturunan, kecerdasan, usaha, kesembuhan, merubah permusuhan menjadi persahabatan, perkara pengadilan menjadi perdamaian, terhindar dari kecelakaan jalanan yang tiba-tiba dsb, semua akan terkabul dan berhasil. Orang yang membaca Keng ini akan sering disenangi dan dilindungi Malaikat, akan menerima karunia besar dan selamat, besar amalnya.
Upacara dan caranya sbb:
Letakkan di atas altar “Patung Ta Pai San Kai Fu Mu” dan “Keng Lun” untuk pemujaan (boleh pula hariya memuja patung/gambarnya atau Keng Lun saja. Sebaiknya Keng Lun ditulis dengan huruf putih diatas kaca bulat yang bertepi kuning, lalu pengilon ini dipuja). Dengan air putih (yang sudah masak), kembang segar, buah-buahari.
Saat membaca:
1. Cuci tangan, membakar dupa, menjura.
2. Bacalah: “Dengan sujud mempersilahkan “Ta Pai San Kai Fu Mu” sebanyak 3 kali.
3. Bacalah sekali: “Semua Ju Lai yang mahaluhur yang berubah menjadi Thien Mu. Pai San Kai nan Mahawibawa dan Maha mulia”. lalu sujud.
4. Bacalah: “Hung Cing Kang Ting Si Ta We Shen Mu, Ji Jien Sou Shen Mu, Jien Inien Shen Mu, Pal Jien Wan Yen Shen Mu, Pu En Ce Yan, Ji Cung Siang Cing Kang Gwan Kwang Ta Shen Mu, Cu Cai San Cie Cung Wei, mohon perkenankanlah hamba (sebutlah namamu sendiri) dan semua umat, makhluk yang tak berwujud, hantu yang berwujud dan segala malapetaka, terhimpas bersih. Dengan mendapatkan penlindungan Sang Buddha dan Po sat (Bodhisatva), semua permohonan akan terkabulkan, mendapatkan rejeki, keamanan dan ketentraman serta kesehatan”. Cukup baca sekali saja.
5. Bacalah dalam hatimu sebanyak 108 kali mantra dibawah ini:
“Oom, Sa Erl Wa, Ta Tha Cia Ta, Unika, Setatapace, Hung Phe,
Hung Mama, Hung Ni, So Ha”.
6. Bacalah: “Semoga semua kebaktian yang telah dibaca, secepatnya berkenan Pai San Kai Mu membawa umatnya terhindar dan segala malapetaka”. Bersujud 3 kali.
Biasanya jika tidak berada di rumah, atau berada diatas kapal/ mobil, atau ketika lagi bekerja ataupun lagi berpiknik, juga boleh membaca. Asalkan ketika membaca dalam hatinya membayangkan wajah Fu Mu dan membaca: “Dengan sujud mempersilahkan Ta Pai San Kai Fu Mu” sebanyak 3 kali, kemudian baru membaca mantra Ta Pai San Kai Fu Mu tersebut dalam hati dengan jumlah tanpa batasan.
Membaca mantra ini harus penuh dengan ketekunan dan kepercayaan, tiap hari membacanya, lambat laun dengan sendirinya akan timbul suatu kekuatan yang tiada batasnya. Penulis pernah mengajarkan mantra ini kepada banyak orang. Ada orang yang sakit lama tidak juga sembuh, setelah membaca mantra ini 2 bulan, diobati oleh seorang dokter lantas menjadi sembuh. Ada sebuah keluarga dimana semua anggota keluarganya bergiliran jatuh sakit, setengah tahun tidak henti-hentinya, setelah diperiksa baru diketahui bahwa dirumahnya ada makhluk halus yang lagi mengganggu. Setelah mengajar membaca mantra 1/2 bulan, sekeluarganya tidak sakit lagi. Ada orang yang pekerjaannya tidak lancar, rekan sekerjanya tidak rukun, membaca mantra 7 hari berubah menjadi baik. Ada orang yang mendapat permusuhan dari orang lain, takut dibalas dendam, semangatnya menjadi turun, keluarganya mewakilinya membaca mantra, setiap hari minum air mantra dan memercikkan air mantra ke arah musuh, akhirnya tidak ada masalah.
Aliran ini Cung dalam agama Buddha mempunyai “Kebaktian Ta Pai San Kai Fu Mu melindungi negara, memunahkan bencana”. Mengumpulkan banyak orang mendirikan panggung mengadakan kebaktian 7 hari, 21 hari atau 49 hari, ini bisa membuat sebuah daerah tidak akan mengalami berbagai bencana seperti: bencana angin, bencana banjir, bencana api, bencana gempa, wabah penyakit, peperangan, dll; menjadikan negara dan rakyatnya aman dan tentram.
Ta Pai San Kai Fu Mu mempunyai kekuatan dan kewelas—asihani yang tidak dapat diduga.
Lingkaran Mantra Ta Pai San Kai Fu Mu
![]() |
Mantra Ta Pai San Kai Fu Mu:
Oom, Sa Erl Wa, Ta Tha Cia Ta, Unika, Setatapace, Hung Phe, Hung Mama, Hung Ni, So Ha.
Lama besar di Tibet Cing Kang Sang Se No Nha Pu Gung Hay mengatakan: “Dengan memperdalam ajaran Ta Pai San Kai Fu Mu akan mendapatkan wibawa dan kesaktian yang tak terhingga. Bila bertemu dengan musuh besar akan menyebabkan ia terkejut dan mundur. Segala jin dan pendeta-pendeta jahat pasti akan takiuk, dan akan menyirnakan segala mantra-mantra dan dukun-dukun jahat, bagi yang melakukannya walaupun tidak sangat panjang usianya namun ia takkan berumur pendek dan mati muda serta terhindar dari mara bahaya, juga dapat menghindari segala bencana banjir, kebakaran, angin topan, amukan senjata tajam, kelaparan, alam dan penjara serta lain-lainnya. Pula dapat terhindar dari kesetanan, gila, minum racun serta penyakit sering lupa. Ya katakanlah 1084 macam bencana atau mimpi buruk pada malam hari, mendengar suara atau melihat momok, dll.
Semua permohonan pasti terkabul. Bagi yang mendalami atau membaca Keng ini akan sering mendapat kasih dan perlindungan para Dewa serta mendapat karunianya. Bila menuliskan lalu membaca Keng ini atau memujanya, pahalanya adalah sama. Pada pokoknya mendalami ajaran Ta Pai San Kai Fu Mu dan menempelkan Hu Ta Pal San Kai Fu Mu diatas pintu atau dalam rumah, akan mendapatkan wibawa dan kesaktian yang tak terhingga. Untuk penjelasan akan kebesaran mantra ini sebaiknya anda membaca Keng Ta Pal San Kai Cung Tze Do Lo Ni yang diterjemahkan oleh Yuen Thien Cm Pien She dan Cen Tze Su Hu.
KISAH NYATA TENTANG KEMANJURAN TA PAI SAN FU MU
Sebenarnya buku ini dalam memperkenalkan kehebatan Ta Pai San Kai Fu Mu sudah berakhir dan siap akan dicetak. Tetapi tidak diduga banyak di antara teman dan langgananku yang setelah membaca Keng itu menjumpai berbagai hal yang luar biasa, fakta-fakta yang menggetarkan kalbu ini mendorong aku menulis beberapa kisah nyata tentang kemanjurannya, agar orang-orang dalam dunia ini mengerti kewelas-asihari Sang Buddha dan pahala besar beliau dalam menyeberangkan umatnya untuk lepas dan laut penderitaan.
Tetapi, karena urusanku sangat banyak dan tak ada waktu luang, akhirnya tertunda lagi 3 bulan. Barulah setelah musim semi tahun 1985, aku memilih 6 buah kisah nyata di antara sekian banyak kasus sebagai contoh yang dapat mewakili berbagai kasus. Aku herharap teman-teman yang telah membaca buku ini, akan terketuk hatinya dan merenungkan lebih dalam agar dengan sungguh-sungguh mempelajari KEBENARAN tentang melepaskan penderitaan hidup manusia.
1. ANAK YANG MATANYA BERKEDIP-KEDIP
Ada seorang teman yang biasanya bertindak sebagai skenario dalam kesenian, orangnya jujur, waktu pertama kali melihat orang-orang memuja Buddha, ia menertawai mereka tahyul, kemudian dengan bertambahnya penjelasan hidup dan pergaulan yang kian luas, tahulah ia bahwa agama Buddha bukanlah munafik dan palsu. Dan pula akhir-akhir ini terjadi sebuah peristiwa yang lebih meyakinkannya pada agama Buddha.
Tahun 1983 sekitar bulan ini ía pindah ke sebuah rumah baru yang terletak di lereng gunung Tze Yin. Sebulan kemudian ia mendapatkan bahwa anaknya yang berusia 6 tahun sering mengedip-ngedipkan matanya. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Sebenarnya putranya itu memang tampan dan cerdas, pikirnya tak mengapalah hariya berkedip-kedipkan mata. Tetapi, lambat laun ada hal-hal yang kurang beres, putranya di malam hari sering bermimpi buruk, terkadang berteriak, sehingga anak itu nampaknya kurang gesit dan matanya kian sering mengerdip, lalu dibawanya ke dokter. Hasilnya nihil, sebab matanya tidak merah, tidak gatal dan tidak bengkak.
Tuan Liang mulai menduga bahwa Hong Sui rumah tersebut ada masalah. Dengan dikenalkan oleh temannya ía menemukan, secara garis besar ia mencenitakan padaku tentang keadaan putranya. Hatiku sudah dapat menduga. Tepat pada waktu yang disepakati, aku mengunjungi rumah barunya. Setelah kuamati dan kuperhatikan kupastikan bahwa sebelum ia memasuki rumah barunya, sudah ada “Roh Jahat” yang telah menempatinya. Berbagai macam keadaan putranya, mengedip-ngedipkan mata, terkejut dalam mimpi ketika tidur malamnya, kesemuanya adalah ulah roh jahat itu, maksudnya agar dapat mengacaukan hati putranya.
Tuan Liang berkata bahwa pada tingkatan tertentu iapun telah menduganya, namun tidak berani memastikannya. Kini jelaslah dapat dipastikan “Makhluk itu”, lalu bagaimana sebaiknya? Kujawab bahwa akan kuusahakan dapat membantunya. Tiba di rumah, kubacakan “Mantra Ta Pei” pada air, aku mohon diperkuat bantuan Nur Buddha, disertai beberapa cara kesaktian. Lalu kusuruh tuan Liang memberi minum air itu pada putranya setelah ia tiba di rumah.
Seminggu kemudian, tuan Liang menelponku, katanya ternyata berhasil. Putranya sudah tidak lagi mengerdipkan matanya, semangatnya membaik dan tidak pula bermimpi buruk. Kukatakan bahwa masih perlu terus dipantau dan diamati, bilamana tidak ada lagi persoalan, ia tidak perlu menelponku lagi.
Setelah 3 bulan kemudian, tuan Liang mengajakku untuk bertemu muka lagi. Ketika bertemu muka, ía langsung mengatakan bahwa:
makhluk itu datang lagi dan anaknya berkedip-kedip mata lagi. Kutanyakan keadaannya, ya seperti dahululah. Lalu kubacakan mantra Ta Pei dan kuberikan air penawarnya, serta memesan agar ia mengerjakan seperti sediakala. Tak lama kemudian ia menelponku dan katanya semuanya telah beres. Namun lewat 2 bulan, tuan Liang memberitahukan aku bahwa makhluk itu datang lagi dan putranya mengerdip-ngerdipkan matanya lagi, kali ini matanya agak memerah, tak sama dengan yang dahulu. Benar-benar aneh, kusuruh tuan Liang membawanya ke dokter mata, ternyata sudah dilakukan dan dokter menganggapnya infeksi dan memberikan antibiotik, tetapi hasilnya putranya lebih hebat mengerdipkan matanya.
Kupikir roh jahat ini tak akan sirna hariya dengan cara yang biasa, terpaksa harus memohon Ta Pai San Kai Fu Mu agar beliau melepaskan deritanya. Aku membeli sebuah kaca cerinin bulat yang bertepi kuning, menyajikan bunga-bunga wangi serta buah-buah untuk upacara. Dengan sujud memohon agar Nur Tai San Kai Fu Mu diatas cerinin itu, dengan penuh konsentrasi aku melukis sambil membaca mantranya. Akupun membayangkan Nur Ta Pai San Kai Fu Mu yang turun dan altar dan masuk ke dalam cermin bulat. Selesai kulukis, maka aku bukukan cap jan Ta Pai San Kai Fu Mu pada cermin itu. Demikianlah sebuah cermin yang sangat sakti dan Ta Pai San Kai Fu Mu selesai dibuat.
Aku menyerahkan cermin itu pada tuan Liang dan mengajarkannya membaca mantra Ta Pai San Kai Fu Mu, setiap malam membakar Hio memuja cermin itu, dihadapan cermin itu diletakkan setengah cangkir air matang, dengan sujud hati membaca mantra itu sebanyak 108 lebih dan ditujukan pada air itu, kemudian diminumkan pada putranya. Hasil kali ini sangat baik, tuan Liang hanya melakukan 2 malam, ternyata putranya telah sembuh. Setelah kuamati lagi beberapa waktu, semuanya berjalan lancar. Tetapi kusuruh ia tiap malam melakukannya dan air mantranya dibagikan kepada semua anggota keluarga, juga dapat mengambil setengah gelas air minum mantra itu untuk disiramkan ke seluruh rumah.
Mantra Ta Pai San Kai Fu Mu mempunyai daya kesaktian yang tidak dapat dibayangkan. Bukan saja dapat menyirnakan semua jin dan musuh-musuh, tetapi dapat pula menghapus semua bencana dan bahaya, merubah nasib buruk menjadi nasib baik, sebab di kala membaca mantra Ta Pai San Kai Fu Mu, akan datang banyak Dewa baik yang datang melindungi. Orang yang dapat tekun membaca mantra Ta Pai San Kai Fu Mu adalah orang yang mempunyai rejeki. Dengan kekuatan Buddhanya Ta Pal San Kai Fu Mu memberkahi orang yang membaca mantranya. Karena itu bagi orang yang setiap malam mensujudinya sangatlah besar pahalanya.
Bila tuan Liang dapat setiap malam membaca mantra itu, ia adalah orang yang mujur, penuh daya dan tekad yang teguh, selama hidupnya sangatlah bermanfaat. Hingga kini setahun sudah putranya tidak lagi terganggu. Anak yang sejak kecil telah minum air mantra Ta Pai San Kai Fu Mu, selama hidupnya akan sehat dan beruntung nasibnya.
2. KEINGINAN HATINYA TERWUJUD SELURUHNYA
Ada seorang nona Hu, dia adalah kakak seperguruan (Su Ci) penulis, usianya masih muda. Selesal S.L.T.A. segera ia bekerja di pemerintahan. Namun tubuhnya amat lemah, setiap hari rasanya tidak pernah sehat, hal ini disebabkan karena ia rajin membina mental dan pada malam hari masih melakukan kebaktian agama Buddha. Yang dirasakan sangat mengganggu ialah rumahnya terletak di Sa Thien sedangkan tempat kerjanya di Cung Hwan. Setiap pagi harus bangun p.k. 7.00. secara terburu-buru sarapan lalu mengejar bus dan harus antri (sebab rumahnya jauh dan stasiun kereta api), kemudian transit kereta bawah tanah ke Cung Hwan. Disebabkan waktu berangkat dan pulang kerja kebetulan saat jam sibuk lalu lintas, orang-orang berjubel-jubel, pula harus transit dengan kendaraan lain, setiap hari pulang pergi telah menghabiskan waktu tak kurang dan 2 jam, ini sangat meletihkan.
Ibunya sangat menyanyanginya, sering memohon pada Buddha, mengharap agar ía dapat pindah kerja di pemerintahan daerah Sa Thien saja, dengan demikian dapat mengurangi kepenatan dalam kendaraan, juga dapat menghemat waktu 2 jam. Bila. hal ini dapat terwujud, maka alangkah baiknya. Tetapi pekerjaan dalam pemerintahan bukan Sekehendakmu akan pindah ke mana lalu kemana, banyak hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya kepentingan pemda sendiri, tepat tidaknya soal personalia, dll. Oleh karena itu, sungguhpun ía telah mengajukan permohonan untuk pindah kerja, tetapi lama sudah tidak ada balasannya. Jadi setiap hari masih tetap harus menderita kepenatan duduk dalam kendaraan.
Hingga pada suatu hari, kedua ibu dan anak datang ke tempatku, kebetulan ada waktu luang sedikit, datanglah ilhamku lalu kukatakan:
“Akan kuajarkan mantra “Ta Pai San Kai Fu Mu”, hal ini berguna untuk kalian” kebetulan mereka sedang mujur lalu segera belajar. Mantra ini sangat praktis, begitu belajar segera mereka bisa. Kuajarkan pula mereka memantrai “air” kemudian menyuruhnya minum. Keluarganya adalah keluarga yang sangat taat pada agama Buddha, setiap Keng Buddha yang didapat, akan mereka baca dengan hikmat dan seksama. Kuanjurkan pula agar mereka baik dalam perjalanan, duduk atau tidur, begitu ada waktu segera membaca mantra Ta Pai San Kai Fu Mu. ini mereka lakukan sesuai dengan petunjuk.
Kira-kira sebulan kemudian, datanglah berita baik, permohonan mutasinya diluluskan. Sesuai dengan keinginannya ia dipindah ke Sa Thien, lokasinya hanya 2 menit jalan kaki dan rumahnya. Setelah mutasi ini, nona Hu bekerja penuh dengan kegembiraan, hatinya lebih riang, tubuhnya agak gemuk dan sehat. Betapa hebat kekuatan Ta Pai San Kai Fu Mu, betapa tinggi kemoralannya.
Untuk memperbaiki nasib buruk, agar “Apa yang diinginkan terwujud”, bahkan untuk menjadi Buddha, kesemuanya hariya tergantung dan keyakinan dan tekad pada dirimu. Harus dengan sungguhsungguh melaksanakan, tak cukup hanya berkata-kata di mulut saja. Banyak orang yang ingin memperbaiki nasib buruknya dikala usaha atau kerjanya tak lancar, hatinya percaya tentang Hukum Karma, yakin dan percaya pula akan ajaran Buddha. Namun ternyata tidak dapat melaksanakan, tak cukup hanya dapat memikir: “Andaikata ada orang yang mau bantu mengerjakan, atau membuatkan Hu atau membacakan Mantra, membantuku mewujudkan keinginanku, sangatlah baik. Setelah urusan usai nanti, pasti akan kuberikan imbalannya”. Ada pula yang berpikir:” Usahaku buruk, pikiranku bunek, untuk mengerjakan sendiri tak ada gairah, mana mungkin?” Ada pula orang yang tatkala usahanya lancar, menyuruhnya membaca Keng Buddha, jawabnya:” Segala usahaku lancar, masih perlukah itu? Kini aku sangat sibuk, lain kali saja”.
Nanti bila usahanya mandek, barulah ia mencariku, kuanjurkan membaca Keng Buddha, tetapi jawabnya:
“Kini aku sedang menganggur, makanpun rasanya segan, tidur tidak tenang, tak ada gairah, sebaiknya anda saja yang membantu aku membaca”. Orang tersebut diatas benar-benar membuang waktu saja, sungguh sayang. Kasus nona Hu dapat dijadikan sebagai cermin bagi mereka.
3. “IBU, MENGAPA HARI INI KAMAR MENJADI TERANG?”
Ny. Feng adalah seorang Kristiani, iapun lama mengenalku. Akhir-akhir ini nasibnya kurang baik, dia menghadapi peristiwa-peristiwa yang merupakan pukulan-pukulan beruntun, hal yang sulit diuraikan.
Mulanya ialah suaminya yang menyeleweng, melupakannya dan anak-anaknya. Pukulan ini masih dapat ia tahan.
Dengan sedikit uang tabungannya ia kerja sama dengan orang lain membuka sebuah boutig, ía berharap hidupnya ada sandaran, dapat mendidik anak-anaknya menjadi manusia yang berguna. Tak disangkanya teman wanita yang kongsi dengannya menyandarkan sedikit kekuasaan yang ada pada suaminya, serta ny. Feng tidak mengerti bahasa Inggris, seorang janda yang lemah, mereka berkomplot dan memperdayakannya dalam pasal-pasal kontrak kerjasamanya, lalu mengangkangi semua boutig itu.
Kedua pukulan ini telah memutuskannya untuk bunuh diri, tetapi akhirnya ia tegar untuk meneruskan kehidupan ini. Lalu ia berusaha sekuat tenaga, mencari jalan untuk meminta keadilan, namun disebabkan lawannya berkuasa dan sebelumnya telah memasang jerat yang sangat rapi, lagi pula tak ada orang yang berani membantu berperkara, ia menjadi sangat terjepit, ibarat meminta pada Bumi dan Langit tak ada tanggapan sama sekali.
Pernah ia mencariku untuk meramalkan nasibnya, ternyata memang sangat buruk. Bagaimana baiknya? Aku menganjurkannya memohon pada Po Sat dan membaca Keng agama Buddha, namun ia mengatakan bahwa seorang Nasrani tidak menyembah Buddha, Dengan sabar kujelaskan padanya “Kristus, Hutco, Tao Cu. bagi mereka diatas langit itu tidak ada pintu pemisahan, yang memisahkan pintu satu agama dengan agama lain ialah Egoisme manusia sendiri. Jika diantara para Kauw Cu (pimpinan agama) terdapat pintu pemisahan diatas sana, bukankah antara mereka dapat berkelahi?”. Setelah kuuraikan agak panjang soal-soal semacam ini barulah ia ragu-ragu. Kunasehati membaca Keng Kwan Se Im Ceng Cing dan Chi Fu Mye Cue Cen Cing, ía menyanggupinya. Namun disebabkan rintangan yang sangat berat dan belum waktunya menerima karunia, Keng tidak dibaca dengan tekun, tetapi hanya pada “waktu ada luang”, jadi dalam setahun tidak seberapa kali jumlahnya, tentu belumlah berhasil.
Selama ini ia dan kedua anaknya sering sakit bergiliran. Anaknya yang kecil terjatuh dan tempat yang tinggi sehingga patah tulang lengannya dan dokterpun menyambung kurang tepat. Putri yang sulung terserang flu beruntun berbulan-bulan tidak sembuh. Tidak sedikit biaya dokter yang dikeluarkan, benar-benar suram perjalanan hidupnya. Ada lagi suatu hal yang aneh ialah kedua anaknya selamanya tidak berani tidur dalam kamar tidur, lebih suka tidur di ruang tamu, jika ditanya mereka akan menjawab: “Dalam kamar itu gelap sekali dan ada hantu yang selalu mengikutiku, sangat ngeri”. Padahal dalam kamar ada jendela dan lampu, penerangannya sangat cukup, ny. Feng sering memarahi putrinya yang baru berusia 9 Tahun : “Anak kecil banyak menonton TV, bicara sembarangan”. Tetapi biarpun digusari anak ini tetap tidak berani tidur dalam kamar.
Kira-kira 3 bulan kemudian, Ny. Feng datang lagi mencariku sambil menceriterakan keadaannya. Ia minta kuramal nasibnya, hasilnya tetaplah sangat buruk. Dalam keadaan mi kuminta Ia agar membaca Keng, mungkin karena nasehatku yang tidak henti-hentinya, akhirnya ia menyanggupi akan melakukan dengan rajin dan sungguhsungguh. Melihat keadaannya aku siap mengajarkannya Keng Ta Pai San Kai Fu Mu, tetapi kuminta agar ia membaca lebih dahulu Keng Kao Wang Kwan Se Im Cen Cing sebanyak 1000 kali, barulah menemui aku lagi. Inipun ia sanggupi. Lalu kubeli sebuah cermin bulat yang bertepi kuning, sesuai dengan cara dan upacaranya telah kubuatkan cermin yang bermantra Ta Pal San Kai Fu Mu. Tatkala ia datang aku menyerahkan cermin ini padanya berikut kaset mantranya dan kuajarkan pula memantrai air. Setelah selesai ia membaca mantranya, air itu diminumkan pada seluruh anggota keluarga dan disiramkan juga pada rumah, demikian pesanku barulah ia pulang.
Hari ketiga ia menelponku, katanya: “Tuan Liu, cerminmu sangat hebat, di malam pertama aku telah melihat hasilnya”. Kuminta ía menceritakan lebih lanjut. Katanya setelah membawa pulang cermin itu, diletakkannya pada meja kamar untuk dipuja, lalu ia mulai belajar membaca, dan dengan cepat ia sudah bisa, kemudian dimulai memantrai air yang pertama, selesai yang pertama mi, anak-anaknya belum pulang sekolah. Tatkala kedua anaknya tiba di rumah, setelah meletakkan tas sekolah dan memasuki kamarnya, mereka dengar suara keras bertanya: “Ibu, mengapa hari ini kamar terang benderang?” Sejak hari itu, setiap malam anaknya lebih senang tidur di dalam kamar. Katanya bahwa kini yakinlah dia dan penuh percaya, Selanjutnya akan terus membaca dengan tekun dan baik. Aku memberi dorongan bahwa mi barulah permulaan saja, untuk memperbaiki nasib yang buruk, haruslah “Dilakukan” dengan sepenuh hati dan seksama. Buddha adalah Maha Pengasih, jika anda memintanya dengan penuh kepercayaan, kejujuran dan tekad yang kuat, pastilah ia akan datang menolong anda menyeberangi lautan penderitaan. Jika ia tidak datang menolong anda terbebas dan kesulitan bukanlah Buddha namanya.
Keterangan: menurut fly. Feng kemudian, ia telah menyadari bahwa perjalanan hidupnya yang demikian buruk adalah karmanya. Ia teringat ketika masih kecil, ia tinggal di luar negeri bersama tacinya berdua. Mengikuti petunjuk tetangganya, mereka sering menangkap kucing-kucing kecil dan dimasukkan ke dalam keranjang lalu dibenamkan di dalam air hingga mati. Ya banyak jiwa yang telah dibunuh, inilah dosa besar yang telah dibuatnya, yang berakibatkan kini nasibnya sangat buruk, penuh dengan rintangan dan siksaan. Kini kakak perempuannya masih ada di luar negeri, ternyata nasibnya jauh lebih buruk dan padanya, tak hanya perkawinannya senasib dengannya (tidak bahagia dan cerai), lebih celaka lagi menderita penyakit saraf dan jiwa. Hal ini sangatlah menggangu seluruh anggota keluarga, tak ada lagi ketenangan dalam rumah itu
Ny. Feng memikirkan pula adik laki-lakinya yang dimasa mudanya sering membunuh burung-burung selama beberapa tahun, sangat beratlah dosanya. Akhir-akhir mi nasibnya mulai memburuk, ia belajar di luar negeri. Sekali dikala lagi menyetir mobil, terjadilah peristiwa yang aneh. Dalam keadaan yang tidak terlihat, ia menabrak hingga luka berat seorang anak kecil. Selanjutnya ia frustasi, tidak ada gairah sama sekali, pelajarannya mundur banyak, ujiannya gagal, mungkin han depannya akan lebih suram. Ny. Feng menceritakan bahwa setelah ia membaca buku Buddha, sadarlah ia akan Hukum Karma. Dengan menghubungkan nasib kakak dan adiknya kian jelaslah baginya bahwa sebab dan akibatnya sendiri itulah yang menguasai seluruh perjalanan hidupnya.
Ia merasa dirinya sangat beruntung, tidak hanya telah mengerti hal ini (tidak lagi menyalahi orang lain), iapun mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki nasibnya sendiri, berkat membaca buku-buku dan Keng Buddha. Yang disayangkannya ialah keluarganya termasuk kedua orangtuanya tidak percaya pada Buddha, sehingga dia hanya bisa menghela napas panjang tanpa dapat membantu kakak dan adiknya yang bernasib buruk. Ayahnya tinggal di Hong Kong, ia menderita migrain tanpa tersembuhkan oleh dokter. Pernah ia mencoba membacakan mantra Ta Pal San Kai Fu Mu untuk memohon penyembuhan bagi sakit kepala ayahnya, demikianlah ía lakukan beberapa han, lalu ia menelpon ayahnya untuk menanya bagaimana dengan penyakit kepalanya, ayahnya menjawab bahwa entah kenapa telah beberapa hari penyakit kepalanya tidak kumat lagi. Hal ini sangat menggembirakan ny. Feng, kian percayalah ia dan tiap hari ia membaca beratus kali mantra, ia bertekad membaca seumur hidupnya. Jadi ny. Feng adalah orarig yang beruntung.
Ini sebenarnya hal yang sangat sederhana, orang yang telah membunuh, roh-roh itu akan mendendamnya, selalu mengikutinya atau melekat padanya dan melakukan pembalasan dengan berbagali terpidana hingga dipenjarakan, atau jatuh martabat dan namanya, atau perkawinannya gagal atau tertubruk mobil atau dirampok maupun diperkosa, mungkin pula mendenita penyakit yang aneh dan tidak tersembuhkan atau tidak akur dengan sanak saudara, dll. Kesemuanya ini adalah pembalasan yang dilakukan oleh roh-roh yang mendendamnya.
Tidak sedikit wanita yang menggugurkan kandungannya, ia akan menerima berbagai pembalasan dan roh-roh janin itu, klan banyak menggugurkan klan banyak pula pembalasannya. Cara yang terbaik untuk mengurangi dosa-dosa dan pembalasan roh-roh yang dendam ialah membaca Keng Buddha, dengan Nur yang bermoral tinggi dan Sang Buddha, dapatlah menyirnakan roh-roh pendendam, terutama dendam kesumat mereka.
Betapa harus dikasihani bagi orang-orang yang tidak mengerti Buddha, orang yang tidak percaya ajaran Buddha, orang yang tidak kenal Hukum Karma, atau orang yang mengerti tetapi tidak mau melakukan ibadahnya.
4. BARANG ANTIK YANG MEMUSINGKAN KEPALA
Ny. Huang yang tinggal di lereng pegunungan, ia amat kaya. Dia dan suaminya merupakan orang terhormat di Hong Kong. Yang sulit ditiru ialah mereka berdua gemar beramal, berbagai organisasi sosial disitu mendapatkan bantuan mereka, selama puluhan tahun mereka selalu beramal tanpa mau ketinggalan sama orang lain.
Namun 2 atau 3 tahun akhir-akhir ini dalam rumahnya telah terjadi beberapa peristiwa besar. Kedua suami istri ini secara bergiliran masuk rumah sakit dan dioperasi besar, bahkan suaminya harus dibuang sebuah ginjalnya. Ada seorang anak perempuannya bertempat tinggal tidak jauh darinya, waktu ia mengendarai mobil pergi menengok temannya, mobilnya diparkirkan pada sebuah lapangan yang agak miring. Tatkala ia baru saja meninggalkan mobil itu, tiba-tiba mobil kosong itu berjalan sendiri, sewaktu putrinya membuka pintu mobil hendak mengeremnya, bahkan terseret hingga beberapa meter dan melukai kaki tangannya. Sedangkan mobil kosong itu terus meluncur dan melukai lagi dua orang. Sejak itu watak putrinya berubah sama sekali, dahulu penyabar dan halus, sehingga mendapat julukan “nona senyum manis”, kini menjadi pemberang dan sering memaki orang, bagaikan berubah menjadi dua orang. Lebih menyedihkan lagi ialah putrinya yang dahulu sangat berbakti dan baik padanya, kini menjadi sering memakinya dan membencinya, hal ini benar-benar tidak habis dipikir. Selain itu, ny. Huang mempunyai penyakit pusing kepala. Baik dalam rumah maupun diluar rumah kepalanya tetap terasa pusing, tidak sedikit dokter-dokter ahli yang memeriksanya namun tidak bisa mendapatkan penyebabnya dan hanya dapat mengatakan ia “saraf lemah”, ratusan macam obat tidak berhasil menyembuhkannya.
Dengan melalui perantaraan teman ia menemuiku. Ia menduga Hong Sui rumahnya kurang baik, namun ia telah lebih 20 tahun menempatinya, dan dahulu tidak pernah terjadi sesuatu. Sebelumnya iapun telah mengundang beberapa ahli Hong Sui untuk melihat rumahnya, namun mereka tidak mendapatkan apa-apa. Setelah kuhitung-hitung ramalan mengatakan bahwa berbagai peristiwa yang timbul disebabkan oleh adanya gangguan semacam “roh jahat”. Secara garis besar kujelaskan padanya, sedikitpun ia tidak merasa aneh. sebab sudah agak lama ia menduganya. Seharusnya orang seperti ny. Huang yang banyak beramal tentunya dilindungi oleh Dewa baik, mengapa masih ada roh jahat yang mengganggunya? Hal ini merupakan suatu teka-teki dalam hatiku, namun belum segera dapat kupecahkan.
Tak lama kemudian, ny. Huang mengundangku melihat rumahnya. Memang aku ingin coba melihat rumahnya sehingga aku segera menyanggupinya. Tepat pada waktu yang disepakati, kubawa sebuah cermin yang telah dimantrai beserta dengan istriku menumpangi mobilnya. Setelah tiba di rumahnya, kami turun dan mobil. Belum lagi menaiki lift istriku mulai merasa pusing kepala, sedang aku sendiri setelah memasuki rumahnya kira-kira setengah jam kemudian mulai pusing sedikit, saat ini istriku sudah sangat pusing.
Hal yang paling menyolok dalam rumahnya ialah dua ruangan besarnya penuh dengan barang antik, berbagai macam perhiasan dan ukiran dan batu giok kraton-kraton kuno memenuhi almari dan sangat menarik. Ny. Huang membentahukan bahwa suaminya sangat menyukai barang-barang antik. Ia adalah seorang pengumpul barang antik, sehingga begitu banyaklah barang antiknya. Tetapi ia sendiri sangat mencurigai dua buah barang antik, bukan mencurigai keasliannya melainkan menduga kedua barang itu membawa “roh jahat”, sebab sering merasakan bahwa kedua barang antik itu membuatnya tanpa terasa dingin berdiri bulu romanya, seakan-akan ada bayangan yang selalu mengancam hatinya. Ditunjukkannya kedua barang antik itu padaku, kudekati kedua barang itu, diantaranya terdapat sebuah barang keramik yang tingginya 1 meter dengan bentuk yang kurang menarik.
Ia disimpan di pojok dan didepannya dikeiuingi oleh beberapa barang antik yang lebih besar, barang antik tersebut memberikan kesan kepadaku agak istimewa. Aku memastikan bahwa inilah barang yang mempunyai keanehan, roh jahat justru bersembunyi didalamnya dan roh jahat ini bukanlah roh yang biasa, tetapi termasuk roh yang agak ganas. Kemungkinan barang antik mi adalah benda kesayangannya sebelum ia mati, kemudian setelah ia mati dikuburkan bersamanya. Lalu digali oleh orang dan kuburnya, roh mi tidak sirna dan tidak rela, dengan rasa dendam melekat didalamnya, siapapun yang membelinya atau memilikinya pasti akan mendapatkan balas dendamnya, karena banyak peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.
Orang yang banyak beramal sungguhpun dapat ditolong dan peristiwa-peristiwa yang buruk, namun tidak bisa terhindar dan pembalasan roh jahat itu, sebab inipun termasuk Hukum Karma. Karena anda telah merebut benda kesayangannya sewaktu ia masih hidup, sama halnya merampok hartanya. Apalagi benda ini didapatkannya dengan melalui penggalian kuburan orang lain (kemungkinan sewaktu lagi menggali telah menghancurkan tulang belulang almarhum), karenanya Ia mau membalas dendam. Menghadapi roh jahat pendendam mi, sebaiknya mengundang tosu (pendeta) yang berilmu tinggi, dengan Ti Chang Wang Pu Sat Ta Tze Pei untuk melepaskannya dan keadaan sekarang. Pendeta harus mendoakannya agar rasa dendamnya sirna, agar ia mau menerima pelepasan atau pemilik benda sekarang membaca Ta Pai San Kai Fu Mu dalam jangka lama, sebab orang awam ilmunya rendah, harus tekun melakukan pelepasan perasaan dendam dalam waktu yang lama.
Setelah kuketahui keadaan barang antiknya, terasa tak mudahlah mengerjakannya, ingin membantunya namun belum pasti dapat tuntas. Yang paling mengecewakan ialah pemilik benda antik itu tidak tertarik pada “membaca Keng”. Jika menganjurkannya supaya dalam jangka panjang membaca mantra dan minum air yang telah diisi mantra, pastilah ditolak. Karenanya aku hanya dapat melakukan sedapat mungkin, lalu kuambil cermin Ta Pai San Kai Fu Mu, mengisi setengah cangkir air, memasang dupa, dengan hormat mengundang Ta Pai San Kai Fu Mu turun ke bumi, dan membuat persembahan sederhana, kemudian menghadap cangkir tadi aku mulai membacakan mantranya. Kira-kira setengah jam kemudian, kuberikan separuh dan air dalam cangkir pada semua anggota keluarga untuk diminum dan separuh lainnya kusiramkan pada seluruh rumah, terutama aku menyiramkan beberapa kali pada barang antik tersebut. Memang agak aneh, setelah air kusiramkan, istriku sudah tidak lagi pusing kepala, aku sendiripun entah sejak kapan tidak pusing kepala lagi.
Tetapi, urusannya tidaklah semudah itu selesai. Hari kedua setelah pulang ke rumah kepalaku mulai pening, lambat laun kian menghebat, seperti bergelombang, rasanya mual hendak muntah. Setelah kupikir dengan cermat, sadarlah aku bahwa roh jahat yang ada di rumah ny. Huang telah mengikuti aku pulang ke rumahku. Aku memastikan bahwa di pihak ny. Huang kini sudah tidak ada lagi masalah. Segera kusuruh istriku menelponnya, katanya setelah aku dan istniku pergi dan rumahnya, 80% penyakit kepalanya telah hilang. ini membuktikan dugaan tepat, roh itu pasti telah mengikutiku dan membuat aku pusing kepala berarti memberi aku tanda, hal mi lebih
mudahlah.
Dengan perlahan-lahan aku mulai melakukan ibadah di depan altar Buddha. Setelah 2 jam membaca Keng, diantaranya tentu juga ada mantra Ta Pai San Kai Fu Mu, aku berharap semoga roh ini mendapatkan Nur Buddha, dan dapat masuk ke sebuah lingkungan yang ía senangi. Keesokan hari setelah aku bangun, pusing kepalaku telah lenyap sama sekali.
5. KEMANJURAN DOKTER
Ny. Wang yang beranak lima itu sekeluarga secara bergiliran jatuh sakit, jika bukan mi sakit kepala pasti yang itu demam, yang satu baru saja sembuh dan batuk-batuk, yang itu terkena flu. Begitulah berlangsung beberapa bulan dan telah menghabiskan tidak sedikit biaya ke dokter. Ia sendiri sudah agak lama menderita penyakit wanita, berbagai dokter dan tabib belum juga dapat menyembuhkannya. Akhirnya setelah minum resep yang diberikan seorang sinshe tua, agak mendingan namun terkadang kumat lagi, hal ini juga telah berjalan lama. Ia pun sering mengunjungi sinshe tua itu, biarpun tidak tuntas tetapi dapat untuk menahan sedikit derita.
Suatu hari ía menemuiku untuk dinujum, hasilnya menunjukkan bahwa ia pernah menggugurkan kandungan, jadi penyakitnya sulit disembuhkan, untung tidak sampai minta korban jiwanya. Hal ini kujelaskan padanya dan ia mengakuinya, lalu ía bertanya adakah jalan lain untuk menolongnya? Kujawab: “Bila anda mau dalam jangka waktu lama membaca Keng Buddha, ditambah melepaskan makhluk berjiwa, mungkin masih dapat ditolong”. Dengan sedih ia katakan bahwa ekonominya tidak baik, beban kehidupan berat dan untuk ke dokter saja telah menghabiskan banyak uang, tidak ada biaya untuk melepaskan makhluk berjiwa. Kukatakan:”Melepaskan makhluk hidup dan beramal, nilainya ada pada kehendak hati, bukan berapa uang yang dikeluarkan. Jika setiap han anda menghemat 1 yen, dalam sebulan menabung 30 yen, satu tahun 360 yen, mi cukup banyak bukan? Ditambah biasanya tidak membunuh makhluk hidup. Tidak ada urusan yang sulit dalam dunia, yang penting harus ada tekad”. Ia mengakui bahwa kata-kataku beralasan, maka disanggupinya.
Kuajarkan pula ia membaca mantra Ta Pai San Kai Fu Mu dan minum air mantranya. Dengan senang hati ia belajar. Kulihat ia bersungguh-sungguh, lewat beberapa han aku menyumbangkan sebuah cermin yang telah kuisi dengan mantra kepadanya untuk dipuja. Ia adalah seorang yang jujur, apa yang ia katakan pasti ia jalankan. Tiaphan membaca Keng, baik duduk, rebah, selalu menghafalkannya, tiap hari minum air Hu dan dibagikan pula pada seluruh anggota keluarga. Sungguh ajaib, seminggu kemudian kelima anak-anaknya tidak perlu lagi ke dokter, mereka semuanya telah sembuh. Ny. Wang sendiri tetap pergi berobat pada sinshe tua. Setengah bulan kemudian muncullah keajaiban, resep yang sama yang dibuat oleh sinshe tua itu, biasanya kadang-kadang berhasil dan juga terkadang tidak berhasil, kini jadi sangat manjur, hasilnya menjadi lebih baik.
Pada suatu hari ia mengantarkan uang untuk biaya pelepasan makhluk hidup, kulihat ada 300 yen iebih. Kutanyakan dan mana uang sebanyak itu, dengan tertawa ia rnenjawab:”Uang yang kuhemat tidak pergi ke dokter”. Kusuruh ia sendini yang mengirimkan uang itu pada alamat “Majalah Bulanan Agama Buddha” untuk sebagai biaya pelepasan. Telah 5 bulan sudah, kini ny. Wang berwajah agak merah, hatinya riang. Menurut katanya seisi rumah tak ada yang sakit lagi, ekonominya lebih baik, juga nasib suaminyapun berubah baik, ya segalanya sudah kecukupan. Tidak ia sangka demikian baiknya Sang Buddha, kini setiap han ia membaca Keng tanpa alpa. Benarlah bahwa tak ada urusan yang sulit dalam dunia asalkan ada tekad.
6. KEWIBAWAAN MENAKLUKKAN KAWANAN MOMOK DAN SETAN
Aku mempunyai seorang Su Heng yang bermarga Khu. Telah beberapa tahun ia mempelajani Tao, telah berhasil menghubungkan titik Yen dan Tu, setahun yang lalu ia telah saudara dibaptis sebagai murid “Ling Sien Cen Fu Cung”, kami telah menjadi saudara seperguruan. Dia dan istrinya memang berbakat, indera ke 6 istrinya lebih baik, sering dapat melihat dunia roh. Yang lebih istimewa, kedua suami istri ini masih muda dan lulus sebagai sarjana, keduanya adalah psikiater yang telah terdaftar di pemerintahan.
Sekitar bulan Juli tahun 1984, disebabkan karena tempat usahanya kurang luas, dan kebetulan tetangga dekatnya hendak menjual tempat usaha, lalu dibelinya. Ternyata tempat ini dahulu sebuah rumah tinggal, entah kenapa telah berganti penghuni beberapa kali, tetapi tidak ada yang bisa tinggal lama dengan cepat tiba-tiba mereka pindah. Su Hengku menilai harganya tidak mahal dan cocok baginya, 1alu memberikan uang muka, ia mengambil keputusan untuk membelinya. Siapa tahu begitu keputusan diambil, belum lagi ditandatangani di muka notaris, telah terjadi serentetan peristiwa yang tidak menguntungkan. Hanya dalam waktu 5 hari saja, tiba-tiba telah terjadi bermacam-macam perkara yang menyulitkan. Tanpa sesuatu sebab ia dimaki-maki orang, pekerjaan yang baik tadinya mendadak dapat terjadi kesalahan, keluar berjalan-jalanpun dimana saja juga menjumpai hambatan. Perasaan hatinya yang tenang mendadak berubah menjadi berang, sampai ia sendiri tidak tahu apa sebabnya. Malam hari tidur tidak tenang.
Pokoknya macam-macam hal seperti itulah, seolah-olah akan datang mara bahaya.
Khu Suheng mencariku untuk menujum dirinya. Setelah kudengarkan ceritanya: “Tak perlu dinujum lagi, dalam tempat yang baru itu ada roh jahatnya” kataku. “Mengapa ia harus berbuat demikian terhadap diriku?”. “Oh, .itu mudah dijelaskan, waktu masih hidup ia pastilah pemilik rumah itu, setelah meninggal ia masih merindukan harta peninggalan tersebut, karenanya ia tetap bermukim disitu. Ia pun tidak memperkenankan orang lain memasuki rumah tersebut. Karena itu beberapa penghuni yang terdahulupun merasakan berbagai gangguan yang menyebabkan mereka pindah, mi sebenarnya telah diusirnya. Kini ia mengetahui bahwa anda hendak membeli rumah itu, maka dengan sekuat tenaga dan cara ia menghalangimu. Untung anda adalah seorang pertapa, hingga tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mengganggu yang lebih hebat. Jika tidak pastilah berbahaya”. Seketika sadarlah Khu Suheng dan ia minta bantuanku. Kuminta ia segera membeli sebuah cermin bulat yang bertepi kuning, setelah 2 han nanti ía baru membawanya pulang.
Dalam malam yang sunyi, didepan altar Buddha aku mengerjakannya. Dengan sujud kumohon agar Buddha turun ke dunia, juga kumengundang Ta Pai San Kai Fu Mu serta guru Lien Sien Ta Se datang. Kumohon para Pengasih mi memberikan aku kekuatan dan kesaktian, mohon diberikan Nur Buddha, agar menyirnakan roh jahat yang belum mau sadar beserta rasa dendamnya dan bawa ia pergi ke tempat yang indah, jangan bertempat tinggal di rumah itu. Begitulah sesuai dengan tata upacara, aku telah menyelesaikan sebuah cermin yang bermantrakan Ta Pai San Kai Fu Mu. Disamping itu aku telah membuat pula dua belas Hu yang berhuruf Pali, satu demi satu kuhabiskan waktu 2 jam untuk menyelesaikannya.
Hari kedua Khu Suheng telah datang, ia memberitahuku: “Setelah anda terangkan, kami dalam dua han mi mengamat-amati dengan cermat, ternyata memang terdapat roh jahat dalam rumah itu dan tidak hanya satu, istriku bilang sedikitnya ada 5 sampai 6. Berdasarkan perasaan inderanya jelaslah bahwa bukan roh yang baik”.
Aku tahu bahwa Khu Suheng dan istrinya mempunyai indera mata Bathin yang kuat, ini tentulah bukan kata kosong, kuserahkan cermin itu padanya dan kukatakan:”Cobalah, seharusnya berhasil” kuajarkan pula cara-caranya.
Seminggu kemudian dia datang dan sambil berseri-seri, akupun tertawa dan bertanya: “Bagaimana ?“. “Benar ajaib, semuanya telah beres, hasilnya diluar dugaan, sangat baik”. Ia melukiskan keadaan waktu itu:”Malam itu juga kukerjakan, semua berlangsung sesuai dengan acara, usai membaca mantra, membakar Hu, lalu dengan cermin ‘Wasiat’ menyoroti seluruh rumah dan menyiramkan pula air mantra ke seluruh rumah. Tatkala cermin menyoroti rumah, terasa banyak orang yang kabur keluar, lalu hening. Selama beberapa malam mi kami mengamati ternyata sudah aman. Pula, sungguh aneh, berbagai keluhanpun lenyap”. Demikianlah telah tercatat suatu peristiwa tentang “Ta Pai San Kai Fu Mu” menaklukkan dan mengusir kawanan momok dan setan.