Home Tentang Penulis

 

Artikel-artikel Bertema Kepuasan Konsumen

 

Apakah Kita Dibenarkan Oleh Iman Atau Oleh Perbuatan?

Dalam kitab Roma dikatakan:

  • "Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan Hukum Taurat…" (Rom. 3:20),
  • "Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan Hukum Taurat." (Rom. 3:28),
  • "Sebab apakah dikatakan nas kitab suci? 'Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran'" (Rom. 4:3)
  • "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman…" (Rom. 5:1)
  • "Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran" (Rom. 4:5).

Dalam Yakobus dikatakan,

  • "Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman." (Ykb 2:24)
  • "… demikianlah juga iman tanpa perbuatan adalah mati." (Ykb 2:26).

Manakah yang benar? Apakah kita dibenarkan oleh iman atau oleh perbuatan?

Apakah isi Alkitab bertentangan?

Keyakinan dasar Kristen adalah bahwa kita dibenarkan oleh iman. Pembenaran berarti bahwa Allah menyatakan seorang berdosa menjadi orang yang benar. Dia melakukan ini dengan mengakui, dengan memperhitungkan kebenaran Yesus kepada orang yang berdosa. Ini dilakukan dengan iman. Yaitu bahwa, apabila seorang yang berdosa menaruh imannya kepada pengorbanan Yesus dan percaya kepada Dia dan bukan kepada dirinya sendiri agar dibenarkan, maka Allah akan membenarkan dia. "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran " (Rom. 4:3). Namun jika Alkitab mengajarkan bahwa kita dibenarkan oleh iman, apakah Alkitab juga mengajarkan kita dibenarkan oleh perbuatan-perbuatan kita seperti yang dikatakan Yakobus? Apakah ada kontradiksi di sini? Jawabannya adalah tidak.

Konteks Adalah Hal Yang Penting

Apabila kita mengutip suatu ayat Alkitab, membacanya lepas dari konteksnya, lalu mencoba mengembangkan doktrin hanya dari itu saja, maka hal itu merupakan kekeliruan. Karena itu, mari kita melihat konteks dari Yakobus 2:24 yang mengatakan bahwa manusia dibenarkan oleh perbuatan-perbuatannya. Yakobus pasal 2 memiliki 26 ayat: Ayat 1-7 memerintahkan kita agar tidak pilih kasih. Ayat 8-13 adalah komentar tentang Hukum Taurat. Ayat 14-26 berbicara tentang kaitan antara iman dan perbuatan.

Untuk memudahkan, kita simpulkan setiap ayat.

14. Apakah gunanya saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan kita?
15. Jika seorang saudara atau saudarai tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari,
16. Dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang." Tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlubagi tubuhnya, apakah gunanya itu?
17. Demikian juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
18. Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
19. Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
20. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
21. Bukankah Abraham bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, diatas mezbah?
22. Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
23. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."
24. Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
25. Dan bukankah Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?
26. Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikianlah juga iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
14. Apa gunanya jika seseorang mempunyai iman namun tanpa perbuatan-perbuatan?

15. Jika kamu melihat seseorang yang membutuhkan

16. Dan kamu tidak memberikan apa yang ia butuhkan, namun berkata "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang "apa gunanya?
17. Karena itu iman tanpa perbuatan adalah mati.
18. Karena itu, orang berkata: "akan kutunjukkan imanku melalui perbuatan-perbuatanku"


 

19. Kamu percaya kepada Allah? Bagus, setan juga.
20. Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia

 

21. Abraham dibenarkan oleh perbuatan-perbuatannya ketika mempersembahkan Ishak.
22. Iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan.
23. Kitab suci mengatakan, "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan dan Tuhan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran"

24. Jadi manusia dibenarkan oleh perbuatan-perbuatan dan bukan hanya iman.
25. Rahab, dibenarkan oleh perbuatannnya.


 

26. Iman tanpa perbuatan adalah mati.

 

Kita lihat bahwa Yakobus memulai dengan memberi contoh orang yang mengatakan bahwa ia mempunyai iman, ayat 14. Lalu ia memberi contoh yang mana iman yang benar dan iman yang palsu. Ia memulai dengan yang palsu dan menunjukkan betapa kosong imannya. (ayat 15-17). Lalu ia menunjukkan bahwa iman semacam itu tidak berbeda dengan iman yang dimiliki oleh setan-setan (ayat 19). Akhirnya, ia memberi contoh iman yang hidup dengan meneladani Abraham dan Rahab sebagai orang yang memperlihatkan imannya dengan perilaku mereka.

Yakobus menguji dua macam iman: iman yang membawa pada karya-karya ilahi dan yang tidak. Iman yang satu benar, dan iman yang lain adalah palsu. Iman yang satu mati, dan iman yang lain hidup; Jadi, "iman tanpa perbuatan adalah mati" (Yakobus 2:20).

Itu sebabnya di tengah-tengah bagian tentang iman dan perbuatan, ia berkata dalam ayat 19 " Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun percaya akan hal itu dan mereka gemetar." Yakobus mengatakan hal ini karena setanpun percaya kepada Allah, artinya mereka mempunyai iman, namun iman mereka tak ada gunanya. Bukan berarti harus berbentuk perbuatan yang baik. Iman hanya merupakan pengetahuan mental tentang keberadaan Allah.

Ascentia dan Fiducia

Ada dua kata di sini: ascentia dan fiducia. Ascentia adalah naiknya mental, bertambahnya pengetahuan mental tentang keberadaan sesuatu. Setan-setan mengetahui dan percaya bahwa Allah ada. Fiducia bukan sekedar pengetahuan mental. Ini melibatkan kepercayaan kepada sesuatu, menyerahkannya kepada sesuatu itu, dan merupakan keyakinan dan penerimaan terhadap sesuatu. Inilah bentuk iman yang dimiliki orang Kristen terhadap Kristus. Oleh karena itu, seorang Kristen, memiliki fiducia; berarti bahwa ia mempunyai iman yang sebenarnya dan keyakinan kepada Kristus, bukan hanya mengetahui bahwa Ia pernah hidup di bumi. Cara lain untuk menguraikan hal ini adalah dengan cara, bahwa ada banyak orang di dunia yang percaya bahwa Yesus hidup: ascentia. Akan tetapi mereka tidak percaya bahwa Dia adalah Juruselamat mereka, orang yang harus dicari dan dipercaya bagi pengampunan dosa-dosa mereka.

Ascentia tidak menuju kepada perbuatan, sedangkan Fiducia membawa orang kepada perbuatan. Ascentia tidak melibatkan hati, sedangkan fiducia melibatkan hati.

Apa Yang Hendak Disampaikan Yakobus?

Yakobus sebenarnya hanya ingin menyampaikan bahwa jika anda "mengatakan" bahwa anda adalah orang Kristen, maka sebaiknya ada suatu karya dan perbuatan yang menunjukkan apakah imanmu palsu atau tidak. Hal ini tercermin dalam 1 Yoh 2:4 yang mengatakan, "Barang siapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran."

Rupanya waktu itu ada banyak orang yang berkata bahwa mereka adalah orang Kristen, namun tidak memberikan satupun buah-buah kekristenan. Dapatkah iman itu dibenarkan? Dapatkan "iman" yang mati yang dimiliki seseorang tidak menghasilkan perubahan apa-apa dan ataupun perbuatan-perbuatan bagi sesama manusia dan kepada Allah merupakan iman yang dibenarkan? Sudah tentu tidak. Anda tidak cukup hanya berkata bahwa anda percaya kepada Yesus. Anda harus percaya dan mempercayai Dia dengan sebenarnya. Jika demikian, maka anda memperlihatkan iman anda yang menampilkan perubahan dan kehidupan yang bersifat ilahi. Jika tidak, maka pengakuan anda sama nilainya dengan pengakuan setan-setan: "Kami percaya Yesus pernah hidup."

Perhatikan bahwa Yakobus sebenarnya mengutip ayat yang sama yang juga dikutip oleh Paulus untuk menunjukkan pembenaran melalui iman dalam Roma 4:3. Yakobus 2:23 mengatakan, "Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: 'Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Jika Yakobus mencoba mengungkit-ungkit pertentangan antara doktrin iman dan perbuatan terhadap penulis Perjanjian Baru yang lain, maka ia tidak akan memakai Abraham sebagai contoh.

Oleh karena itu, kita dibenarkan melalui iman. Berarti bahwa kita dinyatakan benar di mata Allah melalui iman kita, yang dijelaskan dalam kitab Roma Namun jika iman itu benar, akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang sesuai untuk mendapat keselamatan. Bukankah Allah berkata dalam Efesus 2:8-10, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya."

  Artikel sebelumnya Artikel selanjutnya

 

Home Tentang Penulis