Sejarah Tattoo Bag II

kembali <<

Orang Yunani menggunakan tattoo untuk berkomunikasi antar mata-mata (spy). Memberi tanda pada mata-mata (spy) dan memperlihatkan pangkat mereka. Orang Romawi menandakan tattoo pada seorang kriminal dan budak. Praktek seperti ini masih dijalankan sampai sekarang. Orang “Ainu” dari asia barat menggunakan tattoo untuk status social. Gadis yang beranjak dewasa menandainya untuk memberitahukan tempat mereka di dalam masyarakat, seperti wanita yang sudah menikah. Suku Ainu merupakan suku yang memperkenalkan tattoo ke Jepang, dimana selanjutnya tattoo berkembang kedalam upacara ritual dan keagamaan. Di Borneo, perempuanlah yang menjadi pengrajin tattoo, itu sudah menjadi kebudayaan dan tradisi mereka. Mereka mendesain, yang menunjukkan lingkungan dari pemilik dalam kehidupan dan kesukuannya. Perempuan suku Kayan memiliki tattoo lengan yang lembut dan terlihat seperti renda sarung tangan. Prajurit suku Dayak yang sudah pernah memenggal kepala mempunyai tattoo di tangannya. Tattoo dapat mengumpulkan rasa hormat dan meyakinkan pemiliknya dalam status kehidupannya. Orang Polynesia mengembangkan tattoo untuk menandakan komunitas tribal, keluarga dan status. Mereka membawa seni mereka ke New Zealand dan mengembangkan gaya bertattoo pada muka yang dinamakan “Moko” dimana masih ada yang memraktekkannya hingga sekarang. Ada bukti bahwa suku Mayan,inca, dan Aztec menggunakan tattoo untuk ritual. Bahkan suku yang terisolasi di daerah Alaska mempelajarinya, gaya mereka menunjukkan bahwa mereka belajar dari Bangsa Ainu.

Di tahun 787 setelah masehi, Pope Hadrian melarang tattoo. Larangan itu berkembang pesat hingga penyerbuan Norman pada tahun 1066. The Normans tidak menghargai tattoo, dan akhirnya lenyap dari kebudayaan barat pada abad 12 sampai abad ke 16.