"Dunkel hier, kalt. Deutschland …"
(Petikan resensi tentang pementasan
perdana "opera Willy Brandt" di kota Dortmund;
Thomas Mießgang, Die Zeit,
[...] JUDUL opera itu sederhana:
Kniefall in Warschau ("Berlutut di Warsawa") dan
bukan Willy Brandt - ein Heldenleben ("Willy Brandt
- kisah kehidupan seorang pahlawan").
Tema yang diangkat ialah peristiwa
seputar perilaku seorang negarawan yang berlutut pada
suatu kesempatan resmi, salah satu kejadian yang paling
menghebohkan dunia politik sesudah Perang Dunia II; seputar
perilaku yang menyimpang dari protokol dan yang memperlihatkan
betapa hampa ritual beku yang lazim ditampilkan pada upacara
kenegaraan; seputar simbolik yang khas dan tulus dalam
dunia penuh gejolak intrik dan tarik-menarik merebut kekuasaan.
Bagaimana berlutut--sebagai metafora
multiperspektif--dapat dikembangkan menjadi komposisi
musik dan bunyi, bagaimana menemukan untaian nada yang
tepat, alat musik yang cocok? Tidak mungkin.
Ketika William Killmaier--pemeran
Willy Brandt--berlutut, suasana hening dan diam sesaat
lamanya mencekam ruang pementasan dalam gedung opera kota
Dortmund.
Sebelum saat hening itu komponis
Gerhard Rosenfeld telah menderukan musik crescendo
yang dahsyat: alat musik kaleng yang bunyinya melengking
menyayat hati dan genderang yang ditabuh menderap dalam
tempo menggila, keduanya saling berebut waktu, potong-memotong,
kemudian terdengarlah lantunan sendu sebuah kaddisch,
yaitu doa ratapan duka nestapa yang dilantunkan pemeluk
agama Yahudi. Dari konstruk bunyi-bunyi yang telah dibangun
keluarlah sambil berdesakan hantu-hantu masa lampau: korban-korban
kamp konsentrasi, mereka yang dicap dengan bintang**,
saksi-saksi ingatan, mereka yang terus-menerus diusir,
yang menjadi pengungsi sepanjang zaman. Di panggung terlihat
sosok-sosok sibuk, kesibukan itu memuncak, menjadi semrawut
- lalu semuanya berhenti, hening. Yang terdengar hanya
batuk-batuk, dehem-mendehem, gemerisik di ruang penonton.
Saat hening dan diam ini semisal "titik nol"
di pusat angin puting beliung, gagasan yang seolah ciptaan
John Cage, dan merupakan temuan seni yang paling hebat
dalam opera ini.
Publisitas yang dilancarkan untuk mempromosikan pementasan
opera ini melebihi semua promosi untuk pementasan perdana
opera lain dalam tahun ini. Bukan sebab komponisnya terkenal--hampir
tidak ada yang mengenalnya--melainkan karena tokoh utamanya:
Brandt, kanselir RFJ yang pengalah dan mengundurkan diri
dalam tahun 1974, yang dianggap peragu dan penuh pertentangan,
yang sering kuatir berlebihan dan berpikir terlalu jauh,
yang juga senang menikmati hidup. Dia adalah sosok yang
gemerlapan dalam barisan jas kelabu para pejabat tinggi
negara. Dia tampaknya seperti diciptakan untuk diabadikan
dalam opera! Akan tetapi, nanti dulu!
[...] Opera ini betul-betul merosot
menjadi operet kelas dua ketika ketiga pejabat tinggi
negara--yaitu Brandt, Bahr, dan Scheel--berjalan bersama
dengan langkah pas de trois melintasi panggung,
begitu pula ketika Barzel mempersiapkan "mosi tidak percaya
yang konstruktif" dan bergegas keluar masuk di antara
beberapa kulisse***. Masalah mendasar dalam opera tentang
Willy Brandt ini adalah bahwa demokrasi tidak cukup berdaya
pikat guna menyulut api emosi yang menyala-nyala. Opera
tercipta oleh penjahat-penjahat laknat, kisah cinta asmara
yang menghanyutkan, dan penderitaan yang dahsyat. Oleh
teroris-teroris bengis dan oleh mereka yang mengalami
kehancuran karena terseret emosi. Akan tetapi bagaimana
perunding-perunding berjas abu-abu dalam sidang kabinet
yang berjalan alot dapat menciptakan "action" di
atas panggung? [...]
"Kniefall in Warschau" gagal
sebagai opera ...
Catatan:
*
"Gelap di sini, dingin. Jerman ... " , fragmen nyanyian
dari opera Kniefall in Warschau
** Dalam rezim Nazi orang-orang (keturunan) Yahudi diwajibkan
memakai tanda pengenal Judenstern berupa gambar bintang
berwarna kuning.
***kulisse: tirai atau penyekat di atas panggung yang
berfungsi membagi ruang/latar
|