Dimana Tsa'labah Sekarang?
[Ummijundi,29/03/03]
Seorang sahabat Nabi yang amat
miskin datang pada Nabi
sambil mengadukan tekanan ekonomi
yang dialaminya.
Tsa'labah, nama sahabat tersebut,
memohon Nabi untuk
berdo'a supaya Allah memberikan
rezeki yang banyak
kepadanya.
Semula Nabi menolak permintaan tersebut sambil
menasehati Tsa'labah agar
meniru kehidupan Nabi saja.
Namun Tsa'labah terus mendesak.
Kali ini dia
mengemukakan argumen yang sampai
kini masih sering
kita dengar, "Ya Rasul, bukankah
kalau Allah memberikan
kekayaan kepadaku, maka aku dapat
memberikan kepada
setiap orang haknya".
Nabi kemudian mendo'akan Tsa'labah.
Tsa'labah mulai membeli ternak. Ternaknya berkembang
pesat sehingga ia harus
membangun petenakakan agak
jauh dari Madinah. Seperti bisa
diduga, setiap hari ia sibuk
mengurus ternaknya. Ia tidak
dapat lagi menghadiri shalat
jama'ah bersama Rasul di siang
hari. Hari-hari selanjutnya,
ternaknya semakin banyak;
sehingga semakin sibuk pula
Tsa'labah engurusnya. Kini, ia
tidak dapat lagi berjama'ah
bersama Rasul. Bahkan menghadiri
shalat jum'at dan
shalat jenazah pun tak bisa
dilakukan lagi.
Ketika turun perintah zakat, Nabi menugaskan dua orang
sahabat untuk menarik
zakat dari Tsa'labah. Sayang,Tsa'labah menolak mentah-mentah utusan Nabi itu.
Ketika
utusan Nabi datang hendak
melaporkan kasus Tsa'labah
ini, Nabi menyambut
utusan itu dengan ucapan
beliau, "Celakalah Tsa'labah!"
Nabi murka, dan Allah pun murka! Saat itu turunlah Qs
at-Taubah: 75-78
"Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah,
"Sesungguhnya jika Allah
memberikan sebahagian
karunia-Nya kepada kami, pastilah
kami akan bersedekah
dan pastilah kami termasuk
orang-orang yang saleh."
Maka setelah Allah memberikan
kepada mereka
sebahagian dari karunia-Nya,
mereka kikir dengan karunia
itu, dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orangyang selalu membelakangi (kebenaran).
Maka Allah menimbulkan
kemunafikan pada hati mereka
sampai kepada waktu mereka
menemui Allah, karenamereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah
mereka ikrarkan kepada-Nya
dan (juga) karena mereka
selalu berdusta.
Tidaklah mereka tahu
bahwasannya Allah mengetahui
rahasia dan bisikan mereka, dan
bahwasannya Allah amat
mengetahui yang ghaib?"
Tsa'labah mendengar ada ayat turun mengecam dirinya, ia
mulai ketakutan. Segera ia
temui Nabi sambil
menyerahkan zakatnya. Akan tetapi
Nabi menolaknya,
"Allah melarang aku menerimanya."
Tsa'labah menangis
tersedu-sedu. Setelah Nabi wafat,
Tsa'labah menyerahkan
zakatnya kepada Abu Bakar,
kemudian Umar, tetapi kedua
Khalifah itu menolaknya.
Tsa'labah meninggal pada masa
Utsman.
Dimanakah
Ts'alabah sekarang?
Jangan-jangan kitalah Tsa'labah-Tsa'labah baru
yang dengan linangan air
mata memohon agar rezeki Allah
turun kepada kita, dan ketika
rezeki itu turun, dengan
sombongnya kita lupakan ayat-ayat
Allah.
Bukankah kita dengan alasan sibuk berbisnis tak lagi
sempat sholat lima waktu.
Bukankah dengan alasan ada
"meeting penting" kita lupakan
perintah untuk sholat
Jum'at. Bukankah ketika ada yang
meminta sedekah dan
zakat, kita ceramahi mereka
dengan cerita bahwa harta
yang kita miliki ini hasil kerja
keras, siang-malam
membanting tulang; bukan turun
begitu saja dari langit, lalu
mengapa orang-orang mau enaknya
saja minta sedekah
tanpa harus kerja keras.
Kitalah
Tsa'labah....Tsa'labah ternyata masih hidup dan
"mazhab"-nya masih kita
ikuti...
Konon, ada riwayat yang memuat saran Nabi Muhammad
SAW (dan belakangan
digubah
menjadi puisi oleh Taufiq Ismail),
"Bersedekahlah,
dan jangan tunggu satu hari nanti di saat
engkau ingin bersedekah
tetapi orang miskin menolaknya
dan mengatakan 'kami tak butuh
uangmu, yang kami
butuhkan adalah darahmu'!"
Dahulu Tsa'labah menangis di depan Nabi yang tak mau
menerima zakatnya.
Sekarang ditengah kesenjangan
sosial di negeri kita,
jangan-jangan kita bukan hanya akan
menangis namun berlumuran
darah ketika orang miskin
menolak sedekah dan zakat
kita!
Dikutip dari milis masyarakat-muslim, posting oleh mahatma@mec.com.sg