II.
PAHALA SEDEKAH ABDULLAH bin MUBARAK
SEBESAR PAHALA NAIK HAJI
(Syamsul Rijal Hamid)
Sewaktu melakukan perjalanan haji ke kota Mekkah, Abdullah bin Mubarak
singgah
di kota Kufah. Suatu saat, di kota itu, ia melihat seorang wanita
memungut
bangkai ayam di tempat sampah kemudian mencabuti bulu-bulunya.
"Ayam ini bangkai atau sudah disembelih," tanya Abdullah bin Mubarak.
"Bangkai," jawab wanita itu jujur. "akan aku makan bersama anak-anakku."
"Mengapa? Bukankah Rasulullah Saw telah mengharamkan daging bangkai?"
"Ya. Apa boleh buat?"
"Ceritakanlah perihal dirimu, kenapa engkau berani melanggar ketetapan
Rasulullah?" pinta Abdullah bin Mubarak.
Semula wanita itu menolak untuk berterus terang. Namun karena berkali-kali
Abdullah mendesak, akhirnya ia menceritakan tentang keadaannya.
"Sudah tiga hari ini aku dan anak-anakku tidak makan."
Mendengar penuturan itu, Abdullah segera menuju perkemahannya. Kemudian
ia
tuntun keledai dan perbekalannya ke rumah wanita tadi. Lantas
menyerahkannya.
"Janganlah engkau memakan bangkai yang diharamkan itu," jujar Abdullah
bin
Mubarak.
"Sebagai ganti, terimalah uang, makanan dan pakaianku."
Wanita itu termangu tidak percaya.
"Ambillah, "suruh Abdullah."Berikut keledai dan perbekalan yang ada
dipunggungnya."
Akhirnya wanita itu menerima sedekah Abdullah.
Abdullah lantas menetap di kota itu beberapa waktu lamanya, karena sudah
tidak
punya bekal untuk melanjutkan perjalanan hajinya. Setelah tiba waktunya
orang-orang yang naik haji pulang ke negeri masing-masing. Abdullah juga
kembali ke negerinya.
Sesampainya di rumah, berdatanganlah para tetangga dan sanak keluarganya
memberi ucapan selamat. Tidak kecuali mereka yang menunaikan ibadah haji
pada
waktu itu juga.
"Jangan ucapkan selamat kepadaku," cegah Abdullah. Lalu tanpa malu-malu
ia
katakan "Tahun ini aku tidak pergi haji."
"Maha Suci Allah." Sebut salah seorang diantara tamu-tamunya. "Bukankah
engkau
membawa titipan uangku dan aku ambil kembali ketika kita bertemu di
Arafah?"
"Malahan engkau juga memberi minum aku sewaktu kita bertemu di Mekah?"
kata
yang lain memberikan pengakuan.
Abdullah bin Mubarak semakin bingung mendengar ucapan-ucapan mereka. "Sungguh,
aku tidak jadi ke Mekah," bantahnya ngotot.
"Subhanallah. Bukankah engkau juga membawa air zam-zam untukku? Kata
tamu yang
lain lagi mengingatkan.
"Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua yang kalian katakan."
Bantah
Abdullah serius.
Pada malam harinya, kala tertidur pulas, Abdullah bermimpi mendengar
suaragaib. "Hai Abdullah, Allah Swt menerima sedekahmu. Kemudian Dia menyuruh
seorang Malaikat menyerupainya untuk menggantikanmu melaksanakan ibadah
haji."
sumber:milist
III.
Kedermawanan Itu Adalah Jernih
Seorang pria dari kaum Quraisy bercerita:
"Suatu saat, Muhammad bin Al-Munkadir dari Bani Taim bin Murrah pergi
untuk berhaji. Dia seorang yang sangat dermawan. Sebelum berangkat dia
memberikan sedekah kepada orang-orang. Semua barang miliknya sudah habis,
yang tersisa hanyalah sebuah baju yang dia pakai, dia berangkat haji
bersama kawan-kawannya.
Dalam perjalanan, dia singgah di telaga air. Saat itu
datanglah wakilnya dalam rombongan itu dan berkata, 'Kita tidak punya
apa-apa, bahkan meski sisa uang satu dirham saja,' Mengetahui hal itu,
Muhammad meneriakkan bacaan talbiyyah dan diikuti oleh semua
kawan-kawannya, bahkan juga orang-orang yang sama-sama singgah di telaga
itu. Di antara orang-orang itu ada Muhammad bin Hisyam. Setelah
mendengar suara talbiyah menggema, Muhammad bin Hisyam berkata, 'Demi
Allah, aku yakin di sekitar telaga ini ada Muhammad bin Al-Munkadir,
cobalah kalian lihat.' Ternyata memang benar Muhammad bin Al-Munkadir
ada di situ. Kemudian Muhammad bin Hisyam berkata, 'Aku kira dia tidak
mempunyai uang. Bawalah uang sebanyak 4.000 dirham ini kepadanya'."
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam
Indonesia