I. KISAH SEDEKAH AISYAH RA.

(Ummu Thoriq)

[Ummijundi,27/03/03]  Suatu hari Aisyah ra. diberi dua buah karung penuh uang dirham, yang satu karungnya kurang lebih berisikan 100.000 dirham. Aisyah ra. meminta beberapa kantung, kemudian diisi dengan uang-uang dirham tadi, kemudian dia membagi-bagikannya dari pagi hingga sore hari, hingga tidak tersisa satu dirhampun. Pada hari itu Aisyah ra. sendiri sedang berpuasa, dan tidak memiliki makanan untuk berbuka kecuali hanya sedikit. Aisyah ra. berkata kepada hamba sahayanya, "Bawalah sedikit makanan untuk berbuka". Kemudian hamba sahayanya memberikan sepotong roti dan minyak zaitun. Aisyah ra. bertanya "Apakah ada makanan yang lebih baik dari ini?" Hamba sahanya menjawab"Seandainya engkau menyisakan satu dirham saja, tentu cukup untuk membeli sekerat daging", Aisyah ra. berkata, kenapa kamu baru mengatakannya sekarang, mengapa tidak berkata sebelumnya, tentu aku dapat memberimu.

Banyak hadiah berdatangan kepada Aisyah ra. diantaranya dari Muawiyah ra., dari Abdullah bin Umar ra., Zubair ra. dan lainnya. Karena pada masa itu, kaum muslimin banyak memperoleh kemenangan, sehingga di rumah rumah sahabat berceceran mata uang bagaikan biji-bijian. Meskipun demikian keadaan Aisyah ra. tetap sederhana.

 

referensi: Kisah Sahabat, Maulana muhammad zakariya rah.a

 

 

II. PAHALA SEDEKAH ABDULLAH bin MUBARAK

SEBESAR PAHALA NAIK HAJI


(Syamsul Rijal Hamid)


Sewaktu melakukan perjalanan haji ke kota Mekkah, Abdullah bin Mubarak singgah di kota Kufah. Suatu saat, di kota itu, ia melihat seorang wanita memungut bangkai ayam di tempat sampah kemudian mencabuti bulu-bulunya.

"Ayam ini bangkai atau sudah disembelih," tanya Abdullah bin Mubarak.

"Bangkai," jawab wanita itu jujur. "akan aku makan bersama anak-anakku."

"Mengapa? Bukankah Rasulullah Saw telah mengharamkan daging bangkai?"

"Ya. Apa boleh buat?"

"Ceritakanlah perihal dirimu, kenapa engkau berani melanggar ketetapan
Rasulullah?" pinta Abdullah bin Mubarak.

Semula wanita itu menolak untuk berterus terang. Namun karena berkali-kali
Abdullah mendesak, akhirnya ia menceritakan tentang keadaannya.

"Sudah tiga hari ini aku dan anak-anakku tidak makan."

Mendengar penuturan itu, Abdullah segera menuju perkemahannya. Kemudian ia
tuntun keledai dan perbekalannya ke rumah wanita tadi. Lantas menyerahkannya.

"Janganlah engkau memakan bangkai yang diharamkan itu," jujar Abdullah bin
Mubarak.

"Sebagai ganti, terimalah uang, makanan dan pakaianku."

Wanita itu termangu tidak percaya.

"Ambillah, "suruh Abdullah."Berikut keledai dan perbekalan yang ada
dipunggungnya."

Akhirnya wanita itu menerima sedekah Abdullah.


Abdullah lantas menetap di kota itu beberapa waktu lamanya, karena sudah tidak
punya bekal untuk melanjutkan perjalanan hajinya. Setelah tiba waktunya orang-orang yang naik haji pulang ke negeri masing-masing. Abdullah juga kembali ke negerinya.


Sesampainya di rumah, berdatanganlah para tetangga dan sanak keluarganya
memberi ucapan selamat. Tidak kecuali mereka yang menunaikan ibadah haji pada waktu itu juga.

"Jangan ucapkan selamat kepadaku," cegah Abdullah. Lalu tanpa malu-malu ia
katakan "Tahun ini aku tidak pergi haji."

"Maha Suci Allah." Sebut salah seorang diantara tamu-tamunya. "Bukankah engkau
membawa titipan uangku dan aku ambil kembali ketika kita bertemu di Arafah?"

"Malahan engkau juga memberi minum aku sewaktu kita bertemu di Mekah?" kata
yang lain memberikan pengakuan.


Abdullah bin Mubarak semakin bingung mendengar ucapan-ucapan mereka. "Sungguh,
aku tidak jadi ke Mekah," bantahnya ngotot.

"Subhanallah. Bukankah engkau juga membawa air zam-zam untukku? Kata tamu yang
lain lagi mengingatkan.

"Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua yang kalian katakan." Bantah
Abdullah serius.


Pada malam harinya, kala tertidur pulas, Abdullah bermimpi mendengar suaragaib. "Hai Abdullah, Allah Swt menerima sedekahmu. Kemudian Dia menyuruh
seorang Malaikat menyerupainya untuk menggantikanmu melaksanakan ibadah haji."


sumber:milist

 

III. Kedermawanan Itu Adalah Jernih

 

Seorang pria dari kaum Quraisy bercerita:
"Suatu saat, Muhammad bin Al-Munkadir dari Bani Taim bin Murrah pergi untuk berhaji. Dia seorang yang sangat dermawan. Sebelum berangkat dia memberikan sedekah kepada orang-orang. Semua barang miliknya sudah habis, yang tersisa hanyalah sebuah baju yang dia pakai, dia berangkat haji bersama kawan-kawannya.

Dalam perjalanan, dia singgah di telaga air. Saat itu datanglah wakilnya dalam rombongan itu dan berkata, 'Kita tidak punya apa-apa, bahkan meski sisa uang satu dirham saja,' Mengetahui hal itu, Muhammad meneriakkan bacaan talbiyyah dan diikuti oleh semua kawan-kawannya, bahkan juga orang-orang yang sama-sama singgah di telaga itu. Di antara orang-orang itu ada Muhammad bin Hisyam. Setelah mendengar suara talbiyah menggema, Muhammad bin Hisyam berkata, 'Demi Allah, aku yakin di sekitar telaga ini ada Muhammad bin Al-Munkadir, cobalah kalian lihat.' Ternyata memang benar Muhammad bin Al-Munkadir ada di situ. Kemudian Muhammad bin Hisyam berkata, 'Aku kira dia tidak mempunyai uang. Bawalah uang sebanyak 4.000 dirham ini kepadanya'."

Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia