[Ummijundi, 31/03/03] Berikut adalah salah satu materi tarbiyah dari isnet, karena terlalu panjang maka dibagi dalam dua tulisan, insya Allah bagian kedua akan terbit di Ummi Jundi edisi bulan Mei.
WANITA DALAM ISLAM (satu)
ditulis ulang dari: tarbiyah@isnet.org
Assalamualaikum Wr. Wb...
Seperti yg ikhwan/akhwat ketahui bahwa baru2 ini telah berlangsung konferensi
wanita sedunia di Beijing. Dari berbagai informasi bisa diketahui bahwa ada
beberapa usulan dalam konf tsb yg kontradiktif dg hukum Islam, misalnya saja
usulan ttg penyeragaman pembagian hak waris antara pria & wanita di seluruh
dunia. Dari berbagai info ttg konferensi tsb, saya berkesimpulan bahwa Islam
memang banyak disalahfahami dan adalah kewajiban bagi kita semua utk meluruskan
kesalahfahaman terhadap Islam dalam bentuk apapun sepanjang kita bisa
melakukannya.
Kemudian, menjelang konferensi tsb saya mempersiapkan satu artikel ttg "wanita
dalam Islam". Tulisan yg saya persiapkan itu tadinya tdk berkaitan dg konflik
tsb. Yg menjadi pendorong bagi saya sebetulnya adalah salah satu posting ttg
Wanita dalam Islam beberapa waktu lalu yg diambil dari tulisan Morteza Mutahhari
yg diterbitkan kedalam bahasa Indonesia oleh pustaka Salman ITB. Tadinya saya
merasa bahwa mungkin ada baiknya bila ikhwan/akhwat mengetahui juga pendapat
mengenai masalah ini dari penulis selain Mutahhari.
Kebetulan saya memiliki copy dari buku "Islam The Misunderstood Religion" oleh
Muhammad Kutub yg mana salah satu chapter dalam buku tsb (chapter 9) berisi ttg
thema ini. Bagi ikhwan/akhwat yg belum membaca buku tsb, saya punya satu pesan:
this book is very very very highly recommended. Saya kurang tahu apakah buku ini
telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia; hanya yg menarik dari karya
Muhammad Kutub yg satu ini adalah kritikan yg cukup pedas dari Wilfred Cantwell
Smith dalam bukunya "Islam in Modern History". FYI, Smith yang pada waktu itu
adalah seorang professor of Islamic Study di McGill juga membuat kritikan yg
cukup sinis terhadap Harokah Islamiyah Ikhwanul Muslimin. Well... what do you
expect from someone like him?:)
Anyway, kembali ke artikel yg saya siapkan itu. Buku Muhammad Kutub merupakan
referensi utama yg saya pakai. Referensi2 pendukung lainnya adalah beberapa
artikel dari journal "Science" yg diterbitkan oleh AAAS (American Association
for the Advancement of Science, kalau tak salah Thomas Alva Edison adalah salah
seorang pendiri journal tsb) dan buku "America and Its People" yg saya pakai utk
pelajaran American History waktu Undergrad dulu. Artikel yg saya siapkan ini
cukup panjang dan mungkin baru setengahnya selesai. Meskipun demikian, mungkin
ada baiknya juga bila saya postingkan di sini secara serial. Insya Allah
setengahnya lagi yg belum selesai akan diselesaikan sambil jalan. Mudah2an
posting2 saya dg thema "Wanita dalam Islam" dg sumber utama buku Muhammad Kutub
bisa sedikit bermanfaat. Apabila yg saya tulis (sampaikan) benar, itu datangnya
dari Allah dan bila salah, itu datangnya dari kekhilafan/kelemahan
saya sendiri. Saya akan sangat berterimakasih seandainya ikhwan/akhwat mau
membuat koreksi bila ada yg salah.
WANITA DALAM ISLAM BAGIAN I
Assalamualaikum Wr Wb..
Berikut ini adalah kisah nyata di United States:
Pada tahun 1957, jurnalis Barbara Seaman--saat berada di rumah sakit setelah
kelahiran bayi pertamanya menanyakan dokter dan perawatnya ttg apa yg terdapat
di dalam pil yg mereka berikan. Namun dokter & perawat tdk memberikan jawaban.
Hanya setelah bayinya menjadi sangat sakit, Seaman mengetahui bahwa
pil tersebut mengandung laxatives yg secara tak sengaja turut terkonsumsi oleh
bayi melalui air susu. Laxatives, menurut Seaman, diberikan dg asumsi keliru yg
mana tak seorangpun ibu-ibu saat ini akan menyusui bayi saat mereka mengkonsumsi
bahan kimia itu.
Kemarahan dan kekesalan thd situasi seperti itu mendorong Seaman untuk melakukan
perjuangan yg membuat dia berada di garis terdepan dalam gerakan kesehatan
wanita (women's health movement). Perjuangan Seaman tdk terbatas pada laxatives
saja. Setelah melakukan investigasi ttg pil kontrasepsi, Seaman menuliskan
temuannya dalam sebuah buku "The Doctor's Case Against The Pill", "expose" th
1969 yg menyatakan bahwa pil tersebut menyebabkan stroke yg fatal, penyakit
jantung, diabetes, depresi, dan berbagai penyakit lainnya, seperti yg tertulis
dalam cover buku itu: "Love with the pill can cripple and kill."
Kontroversi yg terus menerus menyebabkan Seaman kehilangan pekerjaannya sebagai
jurnalis. Namun, itu menyebabkan pula salah seorang senator pada saat itu,
Gaylord Nelson (D-WI) untuk mengadakan "hearings" ttg keamanan pil pada tahun
1970. Yang menarik dari hearings tersebut adalah interupsi dari Alice
Wolfson, seorang aktifis HAM dan anggota dari "women's group" pertama di New
York City, yg menuntut utk mengetahui kenapa tak seorang pun wanita---bahkan
Seaman sendiri---diperbolehkan utk memberikan kesaksian.("Science", vol. 269, 11
August 1995, pp766)
Dari kisah nyata di atas bisa dilihat bahwa bahkan di negara yg sering2 disebut
sebagai pembela demokrasi sekalipun, wanita masih belum dihargai sepenuhnya
sehingga bisa dimengerti kalau berbagai gerakan utk memperbaiki status dan
kondisi wanita, misalnya gerakan feminisme, timbul di negara ini. Mengenai
kelahiran feminisme sendiri, Martin et al menulis: The women's rights movement
was another major legacy of radical reform in the early nineteenth century. At
the beginning of the century, women were prohibited from voting or holding
office in every state; they had no access to higher education and were excluded
from professional occupations. American law was guided by the principle that a
wife had no legal identity apart from her
husband. She could not be sued, neither could she bring a legal suit, make a
contract, or own property. She was not permitted to control her own wages or
gain custody of her children in case of separation or divorce, and under many
circumstances she was even deemed incapable of committing crimes. ("America And
Its People", pp 318).
Dengan adanya berbagai gerakan perbaikan di US, apakah status dan kedudukan
wanita menjadi lebih baik? Jawabnya: tidak selalu! Pada saat ini wanita memang
bisa memasuki hampir semua bidang kehidupan: politik, ekonomi, pendidikan,
kebudayaan, hankam, dll. Berbagai kebijaksanaan dibuat utk mengencourage danm
empermudah wanita utk memperoleh akses dan ikut aktif dalam berbagai bidang.
Misalnya, didalam usaha merekrut pegawai telah banyak digunakan policy yg
namanya "affirmative action/equal opportunity",
dimana wanita dan minoritas diencourage utk melamar. (catatan: policy tsb saat
ini mengundang controversy sehingga baru2 ini University of California system
meninggalkan kebijaksanaan affirmative action).
Namun, pada yg saat sama pula masih banyak terjadi pelanggaran2 terhadap
wanita, misalnya pelecehan seksual di tempat kerja, "domestic violence", dan
wanita yg hanya dijadikan sebagai object sex. Mengenai sexual harrasment di
tempat kerja, dua contoh terkenal dan telah diketahui oleh banyak orang bisa
diberikan di sini:
- kasus "hearings" di Congress aantara Judge Clarence Thomas dan Anita Hill yg
banyak memperoleh coverage dari berbagai media meskipun kasus ini banyak
mengandung kontroversi kasus yg menimpa senator dari Oregon, Packwood, dimana
karyawatinya mengeluh karena memperoleh sexual harrassment dari sang Senator.
Perlakuan sewenang2 terhadap wanita tdk hanya terjadi di tempat kerja saja.
Rumah yg seharusnya menjadi tempat berlindung malah menjadi tempat di mana
wanita sering diperlakukan dengan kasar. Salah satu "domestic violence" yang
sangat terkenal adalah kasus yg terjadi antara O.J. Simpson dan mendiang Nicole
Brown yg mana pengadilan atas kasus tersebut (yg disebut2 sebagai pengadilan yg
mendapat media coverage terbesar pada abad 20) masih berlangsung sampai detik
ini.
Dalam upaya merendahkan martabat wanita, media terutama majalah dan televisi,
mempunyai peranan yg sangat besar. Cobalah nyalakan remote control. Hampir
setiap saat televisi dipenuhi oleh iklan2 yg memperlihatkan wanita dg penekanan
atas kecantikan fisiknya, bukan karena ketinggian intelektualnya.
Dilihat dari segi hidup berkeluarga, U.S. adalah salah satu negara yg memiliki
tingkat perceraian tertinggi di dunia. Kemudian, sebagian masyarakat U.S.
pendukung kebebasan seks (terutama tahun 70-an) meskipun akhir2 ini, "which
thanks to the widespread of STDs (sexually transmitted diseases)", para
pendukung tsb tdk sebanyak 20 tahunan yg lalu. Bahkan saat ini para anak muda
(paling tidak di South) di encourage utk "abstain & wait 'til marriage".
Dengan berbagai keadaan yg tidak menguntungkan yg harus dihadapi oleh kaum
wanita, bisa dimengerti dan sekali lagi---bisa dimengerti---mengapa gerakan
feminisme dan gerakan2 lainnya utk memperbaiki status dan kedudukan wanita
lainnya lahir dan tumbuh di Barat. Yang patut disayangkan adalah bila kaum
Muslimin/Muslimah mengidolakan gerakan feminisme dari West serta segala hal yg
berbau West, tanpa melihat dan mempelajari contoh2 yg diberikan oleh Rasulullah,
Sahabah, dan orang2 saleh yg terlihat komitmennya terhadap Islam.
Benar sekali apa yg telah disinyalir oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya yg
isinya kurang lebih bahwa kaum yg kalah itu akan mengikuti tradisi kaum yg
menang, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sehingga bila kaum yg
menang masuk ke dalam lubang buaya sekalipun kaum yg kalah akan ikut masuk pula.
Saat ini ummat Islam kalah hampir di semua bidang (terutama dalam ekonomi,
politik, & militer) sehingga seperti sinyalemen Rasulullah SAW sebagian dari
orang Islam banyak berkiblat ke Barat tak perduli apakah itu sesuai dg syariah
Islam ataupun tidak. Dalam menjawab masalah2 agama dan kehidupan secara umum,
sebagian orang harus merefer ke pendapat2 penulis yg tidak begitu jelas
komitmennya terhadap Islam.
Umat Islam seharusnya menyelesaikan semua persoalan dengan senantiasa merefer
kepada AlQuran dan Sunnah Rasul. Kehidupan dan jejak para sahabat seharusnya
dijadikan contoh dalam setiap kehidupan. Dengan kata lain, ummat Islam harus
kembali ke dasar (fundamen). Umat Islam harus belajar utk memahami bahwa Islam
memberikan jalan dan jawaban atas semua kehidupan, termasuk di antaranya masalah
wanita.
wassalaamu'alaikum wr.wb
---Dodi
(Insya Allah Bersambung)