Pluralisme
|
TEOLOGI
ABU-ABU (Pluralisme Iman) Oleh: Pdt. Stevri Indra Lumintang, M.Th. Prakata: Prof. Joseph Tong, Ph.D. Prakata: Evendy Tobing, M.Div. Diterbitkan oleh: Departemen Literatur YPPII, Malang. Cetakan pertama, 2002.
|
|
Teologi abu-abu (Pluralisme) yang kehadirannnya seperti singa berbulu domba, seolah-olah menawarkan teologi yang sempurna, karena itu teologi tersebut mempersalahkan semua rumusan teologi tradisional yang selama ini dianut dan sudah berakar dalam gereja. Namun sesungguhnya, pluralisme sedang menawarkan agama baru yang bertolak dari semua kebenaran yang diakui baik dari Alkitab maupun dari yang bukan Alkitab, yaitu disiplin ilmu pengetahuan umum, termasuk disiplin ilmu teologi agama-agama lain yang resmi atau diakui pemerintah, maupun yang tidak resmi (terselubung). Karena itu, teologi jenis gado-gado ini, dinamai oleh penulis sebagai Teolgi Abu-abu. Teologi Abu-abu atau Pluralisme, sesuai dengan pengertian dan jiwanya adalah teologi yang sulit untuk didefinisikan dengan jelas namun lebih gampang untuk digambarkan seperti perpaduan antara dua warna atau lebih, yaitu teologi yang telah kehilangan warna aslinya, bukan putih juga bukan hitam, melainkan suatu asimilasi atau integrasi seimbang antara putih dan hitam, sehingga menjadi warna abu-abu. Warna abu-abunya pluralisme adalah seperti ini, yakni bukan ajaran Alkitab, bukan pula ajaran Alquran, bukan doktrin Kristen, bukan pula doktrin Budha, bukan Yesus sekaligus bukan pula allah yang lain, melainkan perpaduan dari semua disiplin ilmu teknologi dari semua agama yang ada di dunia. Itulah yang mereka sebut Theologia Religionum.
Pertanyaan dialamatkan kepada mereka, kaum pluralis, yaitu: apakah kaum pluralis Kristen yang notabene adalah para dosen sekolah tinggi teologia, dan para pendeta jemaat, sudah memperoleh atau mengalami keselamatan dalam Yesus Kristus? Pertanyaan ini, sering ditanyakan kepada penulis dalam banyak seminar yang diadakan. Kita sudah tahu dan percaya bahwa keselamatan hanya ada di dalam dan melalui Tuhan Yesus saja. Alkitab menyaksikan bahwa hanya mereka yang percaya kepada Tuhan Yesuslah yang diselamatkan. Penulis seringkali menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, dengan kembali mengemukakan pertanyaan, seperti: Apakah kaum pluralis Kristen percaya kepada Yesus Kristus? Mungkin kita dan mereka akan menjawab ya, secara eksplisit mereka mengakui bahwa mereka percaya Yesus. Persoalannya ialah kalau mereka percaya Yesus, Yesus yang mana yang mereka percayai? Sebab Yesus dalam Alkitab dengan terang-terangan mereka mengakuinya adalah mitos dari para penulis Injil. Mereka tidak percaya bahwa Yesus sebagai satu-satunya penyataan Allah, kebenaran final Allah. Dengan kata lain, mereka mengakui adanya keselamatan di luar Yesus. Sehingga dapatkah mereka dan kita berkata bahwa mereka selamat? Akhirnya apakah yang akan kita katakan lagi mengenai kaum pluralis? Mari kita memiliki kerinduan seperti sikap Paulus saat beliau mengomentari kedegilan orang Israel yang tersandung dengan finalitas Yesus, ia menulis dalam Roma 10:1-3:
Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.
URL:
http://www.oocities.org/thisisreformed/artikel/pluralisme.html
Copyright ©
Sonny Prayitno.