Rowset,
Si Penghemat Pulsa
( Artikel dari
Majalah GAMMA 7-13 Juni 2000 - Sains & Rekayasa )
Ada harapan bagi para pengguna telepon
yang semakin terbungkuk-bungkuk menanggung beban tarif pulsa.
Itulah Rowset, peralatan rakitan lima pemuda yang tergabung dalam
Papua Creativa.Beginilah hidup di negara yang masih dilanda
multikrisis.
Demi hasrat pemerintah yang ingin memperluas jaringan telepon,
pelanggan harus ikut menanggung beban melalui kenaikan tarif.
Direncanakan kenaikan yang masuk dalam Letter of Intent antara
pemerintah dan IMF itu sekitar 45 % yang akan dilakukan secara
bertahap. Sebagai gambaran , saat ini Indonesia baru memiliki
enam juta satuan sambungan telepon ( SST ). Dibandingkan dengan
jumlah penduduk memang densitasnya masih rendah ( 2,8 per 100
penduduk ). Mengutip ucapan Dirjen Postel, Sasmito Dirdjo, angka
ini salah satu yang terendah di dunia.
Lebih nelangsa lagi, angka rendah itu masih belum dibarengi dengan kualitas sambungan
telepon yang bagus kecuali daerah tertentu, misal Jln. Jend. Sudirman
Jakarta yang sudah dilalui serat optik. Selain itu, kini PT Telkom
hanya ( mau ) bertanggung jawap terhadap saluran telepon dari
sentral telepon hingga kotak terminal batas / KTB ( Kepmenparpostel
KM.22 / Dirjen / 1996 ). Setelah itu menjadi tanggung jawab
pelanggan.
Padahal jalur ini rawan terhadap pembobolan pulsa. Dalam kondisi
serba terjepit itu, tak heran jika masa krisis seperti sekarang
ini orang cenderung menghemat dalam menggunakan telepon.
Misalnya,
dengan menidurkan telepon. Padahal dengan semakin banyaknya "telepon
tidur", maka semakin bertambah pula beban PT Telkom.
Sebabnya,
biaya perawatan setiap sambungan Rp 60.000, sedangkan pelanggan
hanya membayar tagihan bulan Rp 22.500.
Ada lagi
pelanggan yang langsung mengundurkan diri. Menurut Kadivre II,
Guntur Siregar, pada 1998 tercatat 130.000 pelanggan mengundurkan
diri. Kalaupun ada cuek, tiba-tiba saja terkaget-kaget dengan
tagihan yang melonjak. Apalagi mereka yang terjun dalam bisnis
yang berhubungan dengan telepon, misalnya Warnet ( Warung Internet
). Nah, mereka tentu mendambakan alat yang bisa membuat kantung
tidak jebol oleh biaya pulsa. Harapan itu terkabul berkat utak-atik
lima pemuda yang sehobi. Dari mereka lahirlah peralatan yang diberi
nama Rowset.
"Tujuan kami hanya ingin menghilangkan noise, seperti suara
radio dan melindungi pesawat telpon dari petir. Ternyata setelah
dicoba ada efek sampingan yang berupa penghematan pulsa,"
kata Prasetyo Suratno mewakili teman-temannya. Sinyal tak stabil,
durasi mengecil.
Prinsip
kerja Rowset adalah menstabilkan dan menyaring sinyal telpon yang
masuk dan keluar dari pesawat telpon pada frekuensi 16 kHz. Nilai
ini merupakan nilai standar yang membuat durasi satu pulsa telpon
lokal dan interlokan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misal
tiga menit untuk pulsa lokal.
Dilapangan
besaran sinyal yang dikirim dari sentra telpon PT Telkom itu dalam
perjalanan ke pelanggan frekuensinya tidak bisa sesuai dengan
nilai standar. Penyebabnya adalah kabel yang dipakai kebanyakan
memiliki nilai tahanan dalam kabel di atas angka yang ditetapkan
oleh PT telkom, yakni 0,6 ohm. "Di lapangan bisa 0,8 ohm.
Bahkan ada yang 1 ohm,"tegas Prasetyo. Akibatnya tegangan
menjadi turun. Tegangan yang loyo itu akhirnya menjadi tak berdaya
manakala ada frekuensi lain menyusup ke dalam kabel telpon. Frekuensi
penyusup itu berupa sinyal radio, handy talkie, telpon seluler
/ HP dan kabel listrik tegangan tinggi. Lalu, karena proses induksi
dan interferensi dari sinyal-sinyal pengganggu tadi, sinyal telpon
PT Telkom bisa melonjak sampai mendekati angka 19 kHz.
Lonjakan
frekuensi itu berpengaruh kepada durasi tiga menit, misalnya,
akibat lonjakan frekuensi tadi durasinya bisa menyusut menjadi
dua menit. Ibarat saluran air yang kotor, tetes-tetes air banyak
yang nyangkut di kotoran. Pelanggan pun menjadi boros dalam memakai
pulsa. Nah, fungsi alat inilah yang menghilangkan kotoran-kotoran
tadi. Pelanggan pun bisa memperoleh durasi sesuai standar.
Kunci penstabilan
tadi ada pada komponen chip yang ternyata masih diimpor dari Singapura.
"Kami tidak memakai IC karena kalau pakai IC berarti butuh
power supply tambahan. Nah, kita mencoba memanfaatkan tegangan
yang ada di kabel," kata Prasetyo yang menjadi motor Papua.
Ada dua chip yang berfungsi sebagai stabilisator dan filter sinyal
telpon. Komponen lain adalah kumparan dan komponen yang berfungsi
seperti sekring. Komponen-komponen tadi dijamin tidak memiliki
efek sampingan baik pada jaringan maupun pesawat telpon. "Misalnya,
jika dipakai untuk ber-Internet tidak membuat koneksinya terganggu.
Kata yang memakai, malah mempercepat akses & download,"
ujar Prasetyo.
Seperti
dijelaskan di awal tadi, Rowset juga dirancang sebagai alat anti
petir . "Bisa menangkal sampai 10.000 V. Sudah lumayan besar,
lo. ( Tegangan dari PLN saja cuma 220 v." Jadi kalau kena
petir, Rowset akan rusak tapi pesawat telpon, fax, modem dan peralatan
lain-lain. Dengan kata lain Rowset sebagai tamengnya.
Meski tujuan
awalnya hanya untuk penstabil pulsa dan antipetir, dalam pemakaiannya
ternyata dilaporkan bahwa alat ini bisa menurunkan tagihan telpon
per bulannya. " Banyak Warnet di daerah Setiabudi dan Cimahi,
Bandung, yang melaporkan bahwa tagihan bulanan mereka turun. Kalau
sebelum memakai Rowset mereka membayar rata-rata Rp 2,1 juta per
bulan, setelah memasang alat ini tagihan turun menjadi Rp 1,7
juta. Bulan kemarin bahkan hanya Rp 1,4 juta," terang Prasetyo.
Itu berarti bisa menghemat sekitar 30 %. Jadi, dengan sinyal yang
bersih dan frekuensi yang stabil ada efisiensi. Tak heran kalau
alat ini menjadi idolanya Warnet di Bandung. Rowset tidak cocok
untuk PABX, Wartel, hunting, juga sambungan sistem radio / wave
line karena pada sistem tersebut frekuensisinyal yang diterima
hampir sama dengan yang dipancarkan jaringan Telkom. Tapi hanya
mampu membuat daya tangkapnya lebih bersih. Seperti diketahui,
suara yang dihasikan Ratelindo masih belum jernih. Cenderung cempreng.
Upaya untuk
menemukan penstabil pulsa ini sendiri sudah sejak 1999 dilakukan
oleh lima pemuda tadi. Mereka mengutak-atik alat yang diyakini
mampu menghemat pulsa. Berbekal hobi dan modal tekad, berbagai
referensi pun diburu. Bahkan alat serupa yang dipakai diluar negeri
pun dicobanya. Sayang, tidak berfungsi karena ternyata tidak sesuai
dengan jaringan telpon di Indonesia. "Alat kami pun ternyata
tidak berfungsi baik di Brunei," aku prasetyo. Latar belakang
pengalaman dan pendidikan mereka juga punya andil, seperti Prasetyo
yang pernah bekerja di Indosat selama tiga tahun bisa tahu seluk-beluk
teknis kabel telpon di Indonesia. Termasuk permainan di dalamnya
tentu. Prototipe alat itu pun berhasil dibuat sebulan setelah
Papua Creativa berdiri. Meski memakai nama Papua, mereka tidak
ada sangkut pautnya dengan nama Propinsi Irian Jaya itu. Papua
merupakan kependekan dari nama kelima pemuda tadi : Prasetyo Suratno,
Agung Prabowo, Ponco Budi Prihatmoro, Syahrudin dan Sugianto.
Setelah prototipe terbentuk, mereka pun perlu memberi nama alat
itu. Memang ada pepatah, apalah arti sebuah nama. Tapi, karena
ini menyangkut barang yang mau dilempar ke publik, sangat lucu
kalau nanti ada orang yang butuh alat ini mencarinya dengan berbagai
sebutan.
Terpilihnya
nama Rowset atas bantuan seorang wartawan Tabloid Tekad. Dasarnya
adalah roset, yakni sebutan untuk kotak yang menjadi tempat colokan
pesawat telepon setelah dari KTB. Kotak itulah yang dipakai sebagai
casing prototipe. "Saya sudah cek bahwa roset itu bukan merek.
Orang pada tidak tahu bahwa kotak tempat nyolokin pesawat telepon
itu namanya roset. Hanya orang Telkom saja yang tahu. Lalu ditambahi
'w' menjadi Rowset karena alat ini dipasangnya 'kan berjejer,"cerita
Prasetyo. Berbagai Lembaga instansi seperti PT Telkom dan Lembaga
Elektronika Nasional (LEN) didatangi untuk memperoleh sertifikasi
maupun pengakuan.
"Umumnya
mereka mendukung upaya kami. Alat ini 'kan memberi keuntungan
kepada masyarakat tanpa merugikan PT Telkom," kata Prasetyo.
Sertifikasi sendiri tidak mereka peroleh karena mempersyaratkan
paten diambil oleh lembaga yang mengeluarkan sertifikat. Sementara
untuk melindungi karya mereka, kini paten telah mereka kantungi
dari Departemen kehakiman dengan nomor S 20000164 tanggal 24 Agustus
2000. Paten ini menjadi perlu karena ternyata di kemudian hari
banyak ditemukan produk sejenis. "Gini-gini produk kita dipalsuin,
lo!" Awalnya adalah keluhan dari pelanggan yang ternyata
alat itu tidak sesuai dengan klaim dalam kotaknya. Mereka pun
bergerilya mencari alat itu. Ketemu di Glodok, Jakarta, dengan
harga penawaran Rp 250.000,-. Menurut sang pedagang, alat itu
katanya buatan Taiwan.
Lalu ada
keluhan lain dari Bandung. Mereknya sama, yaitu COMMATE. Cuma
ini diklaim impor dari Singapura. Setelah ditelusuri, akhirnya
muara alat ini ketemu, dari Semarang. Ditelusuri lagi, orang itu
pernah membeli produk Rowset empat buah. Dari luar memang mirip.
Jeroannya yang berbeda, soalnya chip yang menjadi kunci alat itu
memang sulit ditiru. Pemalsuan itu sendiri sangat kontras dengan
proses awal pemasaran mereka. Tak ada distributor yang mau memasarkan
Rowset. Malah diketawai segala. Toh akhirnya ada juga pedagang
yang mau mencobanya dulu sebelum memasarkan. Pedagang ini kebetulan
punya pengetahuan tentang pertelponan.
Kini, melalui
"pabriknya" Papua memperoleh order antara 500 - 1500
per bulannya. Pangsa pasarnya sudah melebar ke seluruh pelosok
Nusantara, meski konsentrasinya tetap di Jawa. Pemasarannya pun
mulai menggunakan internet. Mereka pun kerjasama dengan salah
satu Radio swasta di Bandung. Disini mereka bebas beriklan kapan
saja. Asalkan penjualan Rowset khususnya untuk konsumen Bandung
melalui radio itu.
Dengan masuknya
Rowset ke pasaran, bukan berarti Papua lalu leha-leha menunggu
order. "Kami sadar, barang ini sekali beli. Tidak seperti
pupuk yang harus dibeli secara berkala. Kecuali kalau kena petir.
Itu pun jarang." Pengembangan memang menjadi langkah kunci
agar nama Papua tetap eksis. Masih banyak hal yang bisa dilakukan
untuk menyempurnakan Rowset. Misalnya untuk paralel empat telepon.
Yang jelas, Prasetyo masih memiliki senjata simpanan jika pasar
sudah jenuh dengan Rowset. "Tinggal menunggu timing-nya."
Di lain
pihak, PT Telkom juga harus bijaksana dalam menyambut temuan seperti
itu. Jangan sampai kreativitas masyarakat divonis oleh yang berwajib
sebagai tindakan menyalahi hukum, macam kasus VoIP ( Telpon via
internet ) di Bandung beberapa waktu lalu. Dengan kualitas yang
ada seperti saat ini, kehadiran alat ini justru membantu. Anda
tertarik? Sayangnya, karena masih ada komponen impor, harga Rowset
ikut-ikutan naik-turun seiring harga dolar Amerika.
CARA MEMASANGNYA GAMPANG Memasang Rowset sangat mudah karena tinggal
main colok saja. Prinsipnya, Rowset terpasang sebelum pesawat
telpon atau modem. Berikut ini cara pemasangan :
1. Siapkan alat penghemat pulsa ini didekat pesawat telpon. Lebih
baik kalau letaknya tidak berjauhan dengan pesawat telpon. Bahkan
usahakan menempel pada telpon, karena alat ini sangat sensitif
terhadap guncangan.
2. Lepas plug (colokan) yang ada di soket input pesawat telpon
( biasanya ada di bagian belakangnya) dan masukkan ke soket yang
ada di Rowset.
3. Pasang colokan yang ada di Rowset ke soket input pesawat telpon
tadi.
4. Angkat gagang telpon. Rowset akan berfungsi jika lampu hijau
menyala.
5. Jika ternyata lampu merah yang menyala, berarti kabel dari
KTB terbalik. Anda bisa mengubah letaknya dengan membuka kotak
( namanya roset) kecil sebelum Rowset.
6. Rowset siap berfungsi.
------------------------------------------------------------------------------------
Hanya Rp 125.000,- / buah - Hemat tagihan rekening telepon anda
setiap bulan - hingga 30%
<< Back
------------------------------------------------------------------------------------
|