detikcom, Selasa, 18/01/2005 07:03 WIB
Takut Tsunami, Warga Maluku Tenggara Siap Mengungsi
Reporter: M Hanafi Holle
detikcom - Maluku Tenggara, Wacana tsunami cukup menakutkan warga Tual,
Maluku Tenggara (Malra). Saking takutnya, sejumlah warga sudah bersiap-siap
mengungsi. Mereka mencari tempat-tampat yang tinggi dan hutan dengan harapan
jika tsunami benar-benar datang mereka akan selamat.
"Tempat yang paling aman yaitu di Kampung Raja," ujar Ny Kia warga Fidabot yang
ditemui detikcom di lokasi pengungsian Kampung Raja, Selasa (18/1/2005).
Kampung Raja merupakan salah satu pemukiman warga yang cukup padat di Kota
Tual dengan ketinggian daratan lebih dari 40 meter di atas permukaan laut. Wacana
tsunami tidak hanya membuat warga kota ketakutan tetapi juga warga di pelosok
desa.
Mereka yang tinggal di perkampungan dekat pantai sangat khawatir dengan tsunami.
Kabar terakhir menyebutkan warga yang tinggal di perkampungan Pesisir Timur Pulau
Kei Kecil mulai mempersiapkan diri mengungsi ke hutan.
Robo S warga Desa Ngursoin, sebuah daerah di Pesisir Timur Pulau Kei Kecil
menuturkan, sebagian warga kampungnya mulai mendirikan pondok-pondok di hutan.
Selain digunakan sebagai tempat peristirahatan saat berkebun, pondok itu juga akan
digunakan sebagai tempat alternatif bila tsunami datang. "Sudah tidak ada lagi yang
melaut. Semua istirahat," katanya.
Kejadian serupa terjadi di Desa Dullah Laut, sebuah desa di pulau sebelah utara
Pulau Kei Kecil. Warga desa mulai mengungsi ke desa tetangga yang letaknya di
dekat hutan. Sebagian dari mereka mengungsi ke Kota Tual.
Wacana tsunami susulan mempengaruhi tingkat kunjungan warga ke tempat-tempat
rekreasi. Tempat-tempat rekreasi yang biasanya padat dikunjungi warga saat hari
libur menjadi sepi pengunjung. Beberapa tempat rekreasi itu di antaranya, Pasir
Panjang, Air Evu, Nam Indah dan Sorbat Indah.
Sementara, sejumlah warga yang tinggal di sekitar Komplek Un Tual mulai mengincar
Gedung eks Kantor KPUD Maluku Tenggara (Malra). Kantor tersebut berlokasi di
Komplek Un, dengan posisi ketinggian yang tidak berbeda jauh dengan Kampung
Raja.
Adalah Bupati Maluku Tanggara Herman Adrian Koedubun yang pertama kali
mengimbau masyarakat Malra waspada terhadap kemungkinan datangnya gelombang
Tsunami di Malra. Pernyataan itu didasarkan ramalan sejumlah ahli yang
memprediksi bahwa setelah Aceh, beberapa daerah di Indonesia akan dilanda
tsunami susulan, salah satunya Malra.
Selain ramalan para ahli, Koedubun juga bersandar pada petunjuk Gubernur Maluku,
yang dikirim melalui surat. Kini, wacana tsunami susulan di Malra, sudah menjadi
buah bibir masyarakat sehari-hari. Di rumah, kantor, pasar, gang, mobil, kebun, laut,
bahkan di mana saja, warga membicarakan tsunami.
"Ini betul? Mari kita berdoa semoga tidak terjadi," adalah kalimat yang sering
diucapkan warga. Perasaan bingung, cemas dan was-was tergambar jelas di wajah
warga.
Data Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Ditjen GSM yang
menyebutkan Maluku masuk kategori 18 daerah di tanah air rawan tsunami
ditanggapi positif Pemda Maluku. Pemda Maluku telah membentuk Satkorlak dan
menyerukan kepada Kabupaten/Kota untuk membentuk satgas.
Ke-18 daerah di tanah air yang rawan gempa dan tsunami adalah NAD, Sumut,
Sumbar, Bengkulu, Lampung, Jateng Bagian Selatan, Bali, NTB, NTT, Sulut, Sulsel,
Maluku Utara, Maluku Bagian Selatan, Kepulauan Aru, Biak (Yapen), Balik Papan
serta Fak-Fak.
Gempa dan tsunami sudah terjadi di beberapa daerah di tanah air. Di Maluku,
bencana gempa dan tsunami pernah terjadi 50 tahun silam di wilayah Elpaputih,
Kabupaten Maluku Tengah. Selain menghancurkan puluhan rumah, bencana kalai itu
juga menelan korban jiwa.
Sebelumnya, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu menyerukan kepada seluruh
warganya untuk waspada setiap saat sehingga jika terjadi bencana dapat melakukan
tindak tanggap darurat.
"Sebetulnya sebelum ada permintaan dari DPRD Maluku sebagaimana dilansir media
massa, Pemda Maluku sudah melakukan langkah-langkah terkait dengan ancaman
gempa dan tsunami. Langkah-langkah yang kita ambil juga terkait dengan instruksi
mendagri untuk melakukan persiapan mengantisipasi bencana," jelasnya.
Dikatakan gubernur, pihaknya telah melakukan rapat koordinasi membahas
langkah-langkah alternatif, 29 Desember 2004 lalu. Kini pembentukan Satlak telah
dilakukan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Sabtu (15/1/2005) lalu, Satlak
tsunami Kabupaten Malra, Kabupaten Seram Bagian Barat serta Seram Bagian Timur
juga telah dibentuk. (rif)
© 2005 detikcom, All Rights Reserved.
|