JAWA POS, Selasa, 15 Mar 2005
Pascakonflik, Provinsi Maluku Mulai Bangkit
Kembalikan Primadona yang Telah Hilang
Setelah terkoyak setahun lebih, Provinsi Maluku tampaknya sudah mulai sembuh dari
lukanya. Setelah porakporanda akibat kerusuhan antarkelompok, kini Pemprov
Maluku berupaya membangun kembali provinsi dengan ibukota Ambon ini.
Bagaimana upaya Maluku untuk bangkit dari keterpurukannya?
Tak dipungkiri, kerusuhan di Ambon 1999-2003 yang membawa banyak korban baik
nyawa maupun harta, telah memampatkan provinsi yang kaya ikan ini dari "rezeki"
ekonomi. Rusaknya infrastruktur dan fasilitas di provinsi tersebut membuat investor
kabur. Bahkan investor yang paling penting di Maluku, seperti pengusaha ikan pun
tak lagi bekerja untuk Maluku. Mereka lari ke Kendari, Papua, Bitung, bahkan
Surabaya.
Untuk membangun kembali Maluku, Gubernur Karel Ralahalu tak mau tinggal diam.
Setelah situasi provinsi yang sering terjadi konflik antarwarga ini mereda, mantan
Kasdam VIII/Trikora itu tak segan-segan "tur" ke berbagai daerah. Tujuannya mencari
investor yang mau membangun Maluku. Kali pertama yang dituju adalah Surabaya.
"Kami akan memaparkan potensi Maluku," ujarnya yang dilantik gubernur September
2004.
Memang, kemarin Gubernur Maluku Karel Ralahalu dan rombongan bertandang ke
Jawa Pos. Selain bersilaturrahmi dengan CEO Jawa Pos Dahlan Iskan, dan beberapa
awak redaksi, gubernur juga menemui 100 investor dari Surabaya.
Menurut dia, PAD Maluku kini naik hampir 100 persen, menjadi Rp 100 miliar dari
sebelumnya Rp 57 miliar. Angka pertumbuhan ekonomi 2004 mencapai 4 persen, dan
target 2005, naik menjadi 5 persen. "Kami punya lima potensi investasi. Ikan,
pariwisata, perkebunan, pertanian, dan pertambangan," paparnya.
Primadona Maluku memang penangkapan ikan. Menurut Saleh Mukadar anggota
DPRD Jatim asal P. Buru yang menjadi ketua pertemuan investor, sumber ikan di
Laut Banda hampir tak terbatas. Saat ini, ikan-ikan itu dijarah, baik oleh pelaut daerah
lain, maupun asing. "Padahal ikan di sini paling enak. Kalau di Jakarta ikan sudah
mati empat kali baru dimakan. Rasanya kayak kayu," seloroh gubernur.
Begitu parahnya illegal fishing, gubernur pun sampai tak bisa menjamin, apakah para
investor "ikan" yang lama mau kembali lagi ke Maluku. "Ada 16 pelabuhan ikan di
sana. Memang banyak yang rusak, karena itu butuh investor yang menangani," aku
gubernur yang pernah menjabat Danrem 174/Pattimura.
Sementara, untuk menggairahkan pariwisata juga perlu uluran tangan penyandang
dana. Sebab, dengan adanya kerusuhan lalu, infrastruktur dan fasilitas kota yang
menunjang pariwisata masih minim. "Untuk menuju Banda misalnya, hanya ada satu
kapal yang jadwalnya tidak tentu. Itu mengganggu wisatawan asing yang datang ke
sana," katanya.
Kecuali itu, potensi perkebunan coklat (kakao) yang merupakan perkebunan
tradisional juga perlu dikembangkan. Begitu pula cengkih yang mulai punah. Padahal
untuk memenuhi permintaan Jatim saja, cengkih dari Maluku belum bisa mengatasi.
Pertanian yang kini marak adalah jagung dan padi. "Kami sedang bangun bendungan.
Kini kami butuh investor untuk mengoperasikannya," katanya.
Bagaimana Maluku saat ini? Menurut Karel, kondisi Maluku tak seburuk yang
dibayangkan orang. Situasi di Ambon dan kota lain mulai kondusif. Karel mengakui,
masalah politik di Maluku lain dari Aceh maupun Papua. Di Maluku benturan tidak
hanya secara vertikal, tetapi juga horisontal. Tapi saat ini, isu-isu penyerangan
antaragama sudah tak laku lagi di Ambon. Masyarakat sudah mulai pintar. "Seperti
beberapa kasus penembak gelap pekan terakhir ini. Masyarakat Maluku tak
terpancing ulah mereka," tambah Thamrin Helli tokoh Maluku.
"Hanya, kami serius menangani isu HUT RMS 25 April ini. Salah satunya pengibaran
bendera saat kapal pesiar dari Jerman beberapa waktu lalu, sudah bisa tuntas. Ada
11 orang yang ditangkap, karena menjahit bendera dan mengibarkannya," ujarnya.
Sebenarnya, kata dia, RMS sudah tak punya kekuatan lagi di Maluku. Tak ada
markas, atau pasukan. Hanya saja, isu dan tindakan yang mengatasnamakan RMS
masih saja ada. "Kini kami punya cara khusus. RT dan RW memiliki tanggungjawab
penuh untuk mengawasi gerakan RMS. Hasilnya, cukup baik," katanya.
Sedangkan masalah benturan vertikal, gubernur menjelaskan, pemerintah pusat dan
daerah, juga aparat TNI dan Polri, terus meningkatkan kepercayaan masyarakat
kepada negara. "Caranya, ya pembangunan di Maluku harus jalan," katanya.
Tahun ini, menurut Karel, Maluku harus mulai bangkit. Tonggaknya saat Ulang Tahun
pertama Maluku 19 Agustus mendatang. "Kami akan merayakan HUT Maluku yang
pertama, setelah 60 tahun. Kami ingatkan Maluku adalah provinsi pertama di antara 8
provinsi lainnya, setelah Indonesia merdeka," tambah Ketua HUT Maluku Dr Ar
Polonono.
Dalam HUT nantinya, masyarakat diajak kembali ke pangkuan negeri. Mereka diajak
bersama membangun Maluku agar lebih hidup. Sebab, di masa mendatang Maluku
akan mengikuti perdagangan bebas Asia, bahkan dunia. "Kami ajak pemuda, tokoh
masyarakat, dan warga dari berbagai kalangan baik Islam maupun Nasrani untuk
berpikir bersama bagaimana membangun Maluku,' ujar Polonono. Tak lupa diajak pula
berdendang dan berjoget, sesuai budaya orang Maluku. (end)
© 2003, 2004 Jawa Pos dotcom.
|