KOMPAS, Jumat, 11 Februari 2005
Sumur Warga Hative Kecil Tercemar Minyak
Ambon, Kompas - Sumur milik warga Hative Kecil, Kecamatan Sirimau, Ambon, yang
terletak dekat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Hative Kecil tercemar minyak.
Meskipun sumur dicuci dan dikuras beberapa kali, air sumur tetap berwarna hitam
dan berminyak. Warga pun mulai terjangkiti penyakit kulit dan pusing setelah
mengonsumsi air yang tercemar minyak tersebut.
Menurut Vonny Sapulete yang sumurnya terletak di seberang jalan depan PLTD
Hative Kecil, Selasa (8/2), sumur tercemar minyak sejak Oktober 2004. Semula ia
menduga minyak yang dikandung dalam sumur tersebut terjadi akibat ulah seseorang
yang sengaja menuangkan minyak solar ke dalam sumur. Namun karena terjadi
hampir tiap hari, Vonny menduga pencemaran sumur miliknya tidak mungkin
dilakukan oleh seseorang, tapi akibat limbah dari PLTD Hative Kecil. "Tiap hari kami
mencuci sumur itu, tapi esoknya selalu berminyak lagi," katanya.
Sumur lain yang tercemar minyak adalah milik keluarga Dober Bremer tepat di
samping kanan PLTD Hative Kecil. Semula Bremer tidak mengetahui sumurnya
tercemar karena sumur tertutup dan airnya diambil menggunakan pompa air.
Setahun terakhir setelah menggunakan air sumur tersebut, keluarga Bremer
mengalami pusing, mual, dan gatal-gatal. Pada kulit salah seorang anak keluarga
Bremer pun mulai muncul bercak-bercak putih. Karena itu, Sabtu (5/2), ia berniat
membersihkan sumur karena diduga airnya kotor. Ternyata, air sumur tersebut
mengandung minyak.
"Sejak Sabtu hingga Selasa hari ini, kami sudah menguras sumur lima kali. Tetapi,
minyak terus keluar," kata Bremer.
Dari pemantauan Kompas, air kedua sumur yang di- gunakan oleh beberapa keluarga
tersebut berwarna hitam, lengket, dan tercium bau minyak yang sangat tajam.
Batu-batuan yang diambil dari dasar sumur pun telah berwarna hitam dari sisa minyak
yang mengendap.
Anehnya, hanya dua sumur milik warga di sekitar PLTD Hative Kecil yang tercemar
limbah minyak, yaitu yang berada di depan kanan dan samping kanan. Sumur warga
di samping kiri, depan kiri, dan belakang PLTD Hative Kecil tidak tercemar oleh
limbah minyak. Sumur milik PLTD di dalam lokasi pembangkit juga tidak tercemar
minyak.
Kepala PLTD Hative Kecil Sein Latuperissa juga tidak mengetahui asal minyak yang
mencemari sumur warga tersebut. Menurut dia, pengelolaan limbah PLTD berupa
minyak solar dan oli tertangani dengan baik. Limbah minyak solar dan oli
dikumpulkan dalam wadah tertentu dan diambil masyarakat untuk berbagai keperluan.
Meskipun demikian, Latuperissa enggan menyebutkan jumlah solar untuk operasional
dan limbah yang dihasilkan PLTD tersebut setiap hari. Latuperissa juga membantah
ada saluran minyak solar milik PLTD Hative Kecil yang bocor karena semua saluran
berada di atas tanah dan dalam keadaan utuh.
Sementara itu, Ketua RT setempat Simon Ruhukay mengatakan, pada awal pendirian
PLTD Hative Kecil tahun 1979, limbah PLTD dibuang ke sungai dan laut secara
sembarangan. Akibatnya, sungai dan laut selalu berwarna hitam pekat. Karena
mendapat protes dari warga, saat itu pembuangan limbah ke sungai dan laut pun
dihentikan. (mzw)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|