KOMPAS, Kamis, 17 Maret 2005
Tingkat Kemiskinan di Maluku Capai 48,12 Persen
Ambon, Kompas - Sekitar 48,12 persen keluarga yang ada di Maluku hidup di bawah
garis kemiskinan. Mereka hidup dengan berbagai mata pencarian dan tinggal di
pulau-pulau yang tersebar di Maluku. Keterbatasan sarana dan prasarana membuat
berbagai potensi alam tidak dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Provinsi Maluku Rohani Ohorella di
Ambon, Rabu (16/3), mengatakan hal ini. Jumlah keluarga miskin di Maluku
berdasarkan survei yang dilakukan tahun 2003 mencapai 48,12 persen dari 280.824
keluarga yang ada. Mereka tersebar mulai dari daerah pesisir, pertanian, dan hutan
hingga di perkotaan.
Lima dari delapan kabupaten dan kota yang ada di Maluku memiliki keluarga miskin
lebih dari separuh jumlah keluarga yang ada, yaitu Kabupaten Seram Bagian Timur
(78,76 persen), Maluku Tenggara (61,35 persen), Seram Bagian Barat (58,74 persen),
Kepulauan Aru (57,45 persen), dan Maluku Tenggara Barat (54,49 persen). Data ini
sedikit berbeda dari hasil pengumpulan data Litbang Kompas meski juga menunjuk
lima daerah.
Standar yang digunakan untuk menentukan sebuah keluarga miskin tidak diukur
berdasarkan ketentuan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, seperti
kondisi lantai rumah, tersedianya sandang untuk berbagai keperluan hidup yang
berbeda, serta akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan.
Penyebab kemiskinan masyarakat di daerah pesisir, pertanian, dan kehutanan,
menurut Ohorella, umumnya disebabkan oleh tidak tersedianya sarana dan prasarana
untuk mengolah potensi alam yang tersedia. Selain itu, faktor alam juga turut
memengaruhi kemiskinan yang dialami masyarakat, seperti faktor musim ombak
yang membuat nelayan tidak bisa melaut maupun curah hujan yang rendah di
beberapa daerah pertanian.
"Kemiskinan masyarakat kota disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
keterampilan yang mereka miliki sehingga mereka tidak bisa berusaha," kata
Ohorella.
Menurut Sekretaris BPM Provinsi Maluku Rusdi Ambon, masyarakat tidak dapat
memberdayakan potensi alam di sekitar mereka menjadi sumber pendapatan yang
menguntungkan. "Untuk merangsang penduduk miskin agar dapat memberdayakan
potensi tersebut, kuncinya terletak pada pendidikan dan kesehatan," katanya.
Meski demikian Rusdi mengakui, kondisi layanan pendidikan dan kesehatan di
daerah yang menjadi kantong keluarga miskin itu umumnya sangat buruk. Banyak
bangunan sekolah yang sudah tidak layak serta kurangnya tenaga dan peralatan
medis.
Secara geografis, daerah yang banyak memiliki penduduk miskin tersebut terpencil
dan terisolasi. Akses menuju tempat itu sangat sulit. Kalaupun ada, frekuensi
angkutan laut yang menuju daerah tersebut sangat jarang, yaitu hanya sekali
disinggahi kapal laut dalam waktu beberapa bulan.
Karakter masyarakat miskin di Pulau Seram berbeda dengan masyarakat miskin
yang mendiami kawasan Pulau-pulau Terselatan. Daerah-daerah di bagian selatan
Maluku umumnya tandus dan kering. (MZW)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|