KOMPAS, Senin, 25 April 2005
Peringatan HUT RMS, Ambon Sepi
* Suami-Istri Diciduk
Ambon, Kompas - Menjelang peringatan hari ulang tahun Republik Maluku Selatan
yang jatuh Senin (25/4), suasana Kota Ambon dan sekitarnya terlihat sepi. Hanya
sejumlah spanduk yang marak menyerukkan perdamaian dan mengingatkan agar
masyarakat tidak terprovokasi dipasang di berbagai sudut jalan strategis.
Selain itu upaya pembersihan, termasuk terhadap bendera RMS, terus dilakukan dan
sedikitnya tiga lembar bendera ditemukan. Selembar bendera ditemukan di sebuah
pohon mangga di daerah Gunung Nona yang kemudian diserahkan aparat yang
menemukannya ke Polda Maluku, Minggu (24/4) pagi. Pemilik bendera tersebut
hingga kini belum diketahui.
Sementara dua lembar bendera lainnya ditemukan polisi saat penyisiran di Batugajah,
Sabtu lalu. Bendera tersebut ditemukan di jalan dalam sebuah kantong plastik.
Diduga, saat polisi melakukan penyisiran, bendera tersebut dibuang pemiliknya.
Akhir pekan kemarin, polisi juga menangkap orang-orang yang diduga terlibat RMS.
Polda Maluku menangkap Rosanna Ohello yang memiliki jabatan sebagai sekretaris
Sabtu sore pukul 17.00. Dari Ohello, polisi kemudian menangkap suaminya, Roni
Rijoli, hari itu juga sekitar pukul 23.00 di kawasan Mangga Dua.
Menurut Direktur Reserse dan Kriminal Polda Maluku Kombes Bambang Hermanu di
Ambon, Minggu, Rijoli diduga sebagai pelaku yang menyuruh massa membakar
rumah penduduk di Batugantung dalam konflik tahun 2004 lalu.
Rijoli merupakan panglima RMS untuk daerah Kudamati dan Batugantung yang
ditetapkan sebagai buronan tahun lalu. Ia sekaligus pimpinan Kelompok Agas, yaitu
kelompok pemuda RMS dengan anggota berumur 15-25 tahun.
Barang bukti yang ditemukan bersama penangkapan Rijoli adalah sebuah handie
talkie milik polisi beserta charger-nya, serta sebuah jadwal kegiatan pimpinan RMS
Alex Manuputty sebelum melarikan diri ke Amerika Serikat.
Takut keluar
Dari pantauan Kompas, Minggu sore, di ruas jalan-jalan yang biasanya dipadati
kendaraan terlihat lebih sepi dibandingkan dengan hari Minggu biasanya, seperti di
Jalan Tulukabessy, Pantai Mardika, Pattimura, dan di sekitar Pasar Passo. Aktivitas
perdagangan di sejumlah swalayan dan pasar tradisional juga berkurang. Warga
masyarakat mulai membatasi untuk keluar rumah terutama untuk hal-hal yang
dianggap kurang perlu.
Tempat wisata Pantai Natsepa, yang setiap Minggu sore ramai, juga terlihat sepi.
Hanya sejumlah warga yang terlihat duduk-duduk di tepi pantai atau berenang. Para
pedagang pun mengeluhkan sepinya pengunjung.
Sepinya pembeli, menurut Meity Manuhutu, karena ketakutan warga untuk bepergian
keluar rumah menjelang peringatan HUT RMS yang jatuh pada 25 April hari ini.
Beberapa hari terakhir menjelang peringatan HUT RMS, warga Kota Ambon memang
mengurangi aktivitas mereka di luar rumah, terutama pada malam hari. Di sejumlah
pusat perdagangan malam seperti di Jalan AY Patty dan Sultan Babullah yang
biasanya ramai hingga pukul 23.00, mulai sepi sejak satu jam sebelumnya.
Sebagian besar masyarakat pun mulai takut untuk masuk ke daerah yang berbeda
komunitas. Untuk masuk ke daerah tersebut, biasanya mereka meminta bantuan
teman-teman mereka yang tinggal dalam komunitas yang akan dituju.
Warga yang tinggal di daerah perbatasan antara dua komunitas juga telah mulai
mengungsi. Seperti warga yang tinggal di sekitar Batugantung dan Waringin, daerah
yang pada kerusuhan 25 April 2004 lalu mengalami kerusakan terparah dan menjadi
pusat konflik. Terlebih lagi, di tempat tersebut pada Jumat (22/4) malam terjadi
ledakan bom dan ditemukan dua buah bom rakitan beserta pelakunya.
Untuk mengantisipasi, aparat keamanan telah disebar di pos-pos di sejumlah tempat
di seluruh wilayah Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease sejak Jumat pagi.
Pengamanan difokuskan pada daerah-daerah yang dianggap rawan dengan
pengibaran bendera RMS dan kemungkinan adanya aktivitas simpatisan gerakan
separatis. (mzw)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|