Media Indonesia, Senin, 25 April 2005 10:23 WIB
Masyarakat Ambon Lakukan Pam Swakarsa Jelang HUT RMS
AMBON--MIOL: Masyarakat di Kota ambon, ibukota Provinsi Maluku, ramai-ramai
melakukan pengamanan (Pam) swakarsa, Minggu malam (24/4) guna mengamankan
lingkungannya dari berbagai kemungkinan menjelang perayaan HUT ke-55 gerakan
separatis Republik Maluku Selatan (RMS) yang jatuh pada Senin 25 April.
Wartawan Antara Ambon yang melakukan pemantauan, melaporkan, warga di
berbagai tempat di Ambon dan sekitarnya melakukan pengaman terhadap
lingkungannya, guna menghindari kemungkinan terburuk terutama pengibaran
bendera terlarang RMS yang dilakukan oknum-oknum tidak bertanggungjawab pada
Senin (25/4) dinihari.
Alat penerangan berupa senter berbagai jenis dengan kekuatan cahaya bervariasi
menjadi satu-satunya alat utama yang digunakan warga saat melakukan pam
swakarsa di lingkungan pemukimannya masing-masing.
Cahaya senter lebih banyak diarahkan ke kawasan-kawasan perbukitan, pepohonan
maupun bangunan bertingkat dikarenakan adanya kekhawatiran tempat-tempat
tersebut digunakan sebagai lokasi pengibaran bendera terlarang RMS yang lebih
dikenal dengan sebutan "benang raja".
Warga juga melakukan ronda keliling lokasi pemukiman, serta menutup ruas jalan
masuk ke arah pemukiman mereka, atau melakukan razia terhadap warga lain yang
tidak dikenal saat memasuki wilayah mereka dengan dengan berjalan kaki maupun
menggunakan kendaraan bermotor.
"Kami hanya menjaga agar pemukiman kami tidak menjadi sarang pengibaran
bendera separatis, karena bisa saja jika bendera berkibar maka wilayah kami
diobrak-abrik aparat keamanan untuk menemukan para pelakunya," kata sejumlah
warga Kelurahan Batu Gajah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
Guna mencegah kejenuhan saat pengamanan, sebagian warga mengisi kekosongan
dengan bermain kartu pada pos yang dibangun, sebagian lainnya terlihat duduk-duduk
saja sambil bercerita antarsesama warga.
Ibu-ibu pun terlihat sibuk mempersiapkan konsumsi bagi warga yang sedang
melakukan pengamanan swakarsa, dengan menyuguhkan kopi dan teh panas
bersama ubi, singkong maupun pisang goreng.
Tidak hanya pemukiman penduduk yang dijaga masyarakat, namun kantor-kantor
pemerintah dan swsta pun dijaga ketat oleh Polisi Pamong Praja (Pol PP) atau
satpam serta para pegawai, karena khawatir bangunan perkantoran menjadi target
pengibaran bendera terlarang separatis RMS.
Aparat keamanan baik TNI dan Polri yang tergabung dalam Satgas Operasi Mutiara
Merah-Putih 2005 terlihat melakukan penjagaan ekstra ketat di hampir semua ruas
jalan di Kota Ambon dan sekitarnya, di samping kegiatan patroli keliling dengan
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Pada sejumlah ruas jalan tertentu, diantaranya, kawasan Batu Gantung-Waringin,
Kecamatan Nusaniwe, Mardika dan Batu Merah, Kecamatan Sirimau, aparat
gabungan Polri dan TNI melakukan sweping dan razia secara simpatik terhadap
warga yang melewati kawasan itu.
Pengamanan Polri dan TNI dipusatkan pada 71 lokasi pengamanan, di mana 51 di
antaranya tergolong rawan pengibaran bendera RMS.
Sementara itu, di kawasan Kudamati, Kecamatan Nusaniwe, yang selama ini
dianggap sebagai basis dan sarang oknum-oknum pengikut RMS, terlihat dijaga ketat
aparat Polri dan TNI, terutama di sekitar tempat tinggal pimpinan Front Kedaulatan
Maluku (FKM) dr. Alexander Hermanus Manuputty yang kini lari ke di Amerika
Serikat.
Pada Minggu sore (24/4) aparat Detasemen 88 Anti Teror Polda Maluku melakukan
sweping di sekitar Kelurahan Kudamati, di mana dilaporkan sejumlah senjata tajam,
senjata rakitan maupun bahan peledak yang disembunyikan di rumah warga
diamankan. (Ant/OL-1)
Copyright © 2003 Media Indonesia. All rights reserved.
|