The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Radio Netherland Hilversum


Radio Nederland Wereldomroep, Rabu 30 Maret 2005 06:57 WIB

Gempa Nias bakal picu gempa lain yang lebih dahsyat

Gempa Nias tanggal 28 Maret 2005 dengan skala richter 8,7 merupakan hasil picuan gempa Aceh 26 Desember tahun lalu. Menurut Dani Hilman Antawijaya, ahli gempa dari Intitut Teknologi Bandung, gempa Nias ini juga bakal memicu gempa lainnya yang lebih dahsyat. Berikut keterangannya kepada Radio Nederland.

Dani Hilman [DH]: 8,7 ini yang dulu terjadi, kelihatannya, yang 1861 itu. Jadi proses pemicuan itu sudah terjadi sekarang. Jadi kan di Sumatra dibagi ada beberapa sumber gempa. Mulai dari yang Aceh , terus di sebelah selatannya di Nias, kemudian yang lebih besar lagi di Mentawai. Yang di Siberut, Sipura, Pagai. Jadi tahun 2002 pernah terjadi gempa magnitude 7,6 pada skala Richter di dekat Simeleu, dekat gempa yang Aceh. Nah waktu itu kita malah khawatirnya, dia akan mentrigger (mempicu) gempa Nias yang sekarang ini. Ternyata yang duluan dipicu sama yang 2002 itu yang Aceh malah.

Setelah Aceh itu kita banyak sekali bilang masyarakat di mana-mana, pemerintah, dalam seminar. Saya bilang kita ini kita khawatir juga setelah Aceh dia akan merembet terus ke Selatan. Terus perkaranya dia pertama akan memicu yang 1861 dulu, yang di Nias itu, kita memang belum tahu pasti. Karena yang di Mentawai itu dia lebih jauh dari yang Aceh. Sehingga dia untuk dipicunya kan lebih tidak gampang. Cuma yang di Siberut, Mentawai dia lebih matang. Yang di Nias itu lebih tidak matang. Dia kan terakhir terjadi tahun 1861, terjadi lagi tahun 1907. Tapi dia kan dekat sekali. Jadi saya bilang dua-duanya potensinya sama besar untuk dipicu. Tapi kita pun kaget juga. Kita tidak menyangka pemicuannya itu akan secepat ini. Hanya beberapa bulan setelah gempa itu.

Radio Nederland [RN]: Nah melihat kondisi betapa cepatnya gempa yang di Aceh ini memicu gempa yang di Nias, sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan patahan Sumatra itu?

DH: Yang terjadi zona patahan di Sumatra itu sebagian besar sudah matang. Jadi dari mulai dari daerah Bengkulu sampai yang Aceh, semuanya sudah matang. Jadi yang di Mentawai terjadi terakhir tahun 1833. Itu sudah lama sekali sudah dua ratus tahunan kan. Padahal siklusnya sekitar segitu juga, antara 200 sampai 300. Jadi artinya sudah dalam siklus akhir. Terus yang di Nias pun begitu juga kan, sudah dalam siklus akhir juga. Yang di Aceh lebih lagi, dia sudah 300 tahun tidak ada gempa. Kalau sudah ada gempa besar itu terjadi satu kali di salah satu segmen itu, maka itu akan menjadi trigger (pemicu), akan menjadi rentetan begitu.

RN: Rentetan dengan kata lain anda hendak berkata bahwa ini akan terus menjalar ke arah selatan terus?

DH: Saya pikir potensinya sangat besar setelah Aceh ini, terus Nias, terus dia akan men-trigger yang 1833 yang di Mentawai. Itu malah yang paling kita khawatirkan. Terus juga waktu 1833 begitu juga pak. Sebetulnya yang dipicu langsung itu bukan yang di Krakatau. Waktu itu yang langsung dipicu itu Gunung Kaba, Bukit Kaba di Bengkulu. Jadi setelah gempa 1833 terjadi, terjadi letusan gunung api di Bukit Kaba.

RN: Jadi kalau yang sekarang ini, setelah gempa Nias yang harus diwaspadai adalah gempa Mentawainya yah?

DH: Untuk gempanya ya. Yang segemen Mentawainya itu yang harus sangat diwaspadai betul.

RN: Anda sebut harus sangat diwaspai kenapa?

DH: Karena gempa Mentawai itu tanpa adanya gempa Aceh sama Niaspun, dia sudah matang. Tanpa harus dipicu, tanpa harus ditendang-tendang, dia bisa lepas sendiri. Sekarang sudah ditendang dua kali kan. Sama Aceh, dia ketendang. Sama Nias, dia ketendang lagi. Dia sudah dua kali dipicu.

RN: Seberapa dahsyat dalam analisa Anda gempa Mentawai ini kalau tejadi?

DH: Di Mentawai itu ada dua segmen. Yang satu segmen di Siberut, yang terakhir tahun 1650. Yang kedua itu di Sipora dan Pagai, itu yang terjadi tahun 1833 itu. Analisa kita begitu. Jadi ada segmen A, segmen B, begitu. Kalau terjadi hanya segmen A atau segmen B saja, besarnya paling kira-kira sama yang sekarang ini. Tapi kalau segmen A, B itu sekaligus, dan itu sangat mungkin saya pikir karena itu sudah terjadi juga seperti di Jepang. Segmen A lepas, kemudian B lepas, terus yang berikutnya A,B sekaligus lepas. Itu kalau sekaligus lepas bisa sama dengan Aceh, magnitude 9.

RN: Apakah artinya Anda juga meramalkan tsunami besar kalau ini terjadi gempa Mentawai?

DH: Betul. Sebetulnya yang terjadi 8,7 yang kemarin Nias itu besar juga cuma pergerakannya kebanyakan di bawah tanah, tidak sampai ke permukaan bawah laut sehingga tsunami tidak besar. Tahun 1861, dengan magnitude sama, tapi tsunaminya besar sekali. Korbannya ribuan. Jadi kalau yang Mentawai itu kalau ada tsunami ya korbannya seperti di Aceh lagi. Masalahnya yang di Mentawai itu berhadapan langsung dengan Padang. Itu kota besar yang sangat padat penduduknya.

RN: Kalau gempa Mentawai ini merupakan rangkaian dari gempa Aceh. Sekarang sudah gempa Nias dan diperkirakan selanjutnya adalah memicu gempa Mentawai. Sapuan tsunaminya ke arah mana?

DH: Terutama Padang sampai ke Bengkulu. Malah sampai ke utara itu Sibolga mungkin kena juga.

RN: Jadi ini tahap selanjutnya yang kita harus waspada, begitu ya.

DH: Yang harus waspada karena populasi penduduk Padang sendiri itu berapa juta. Dan evakuasinya sangat susah. Kota itu padat sekali. Pesisir barat dari Padang dengan Bengkulu itu sangat padat. Dan mereka kebanyakan menghuni daerah pesisir itu hanya beberapa ratus meter dari pantai.

© Hak cipta 2004 Radio Nederland Wereldomroep
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/toelehoe
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044