SINAR HARAPAN, Rabu, 16 Maret 2005
Kodam Pattimura Tingkatkan Pengamanan di Perbatasan
Ambon, Sinar Harapan
Kodam XVI/Pattimura terus meningkatkan pengamanan di kawasan perbatasan
antara Republik Indonesia dengan Timor Leste dan Australia yang terletak di Provinsi
Maluku maupun perbatasan antara Republik Indonesia dengan Filipina yang terletak
di Provinsi Maluku Utara.
Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Syarifudin Sumah yang dikonfirmasi SH, Selasa
(15/3), menjelaskan terdapat 18 pulau milik Indonesia yang berbatasan langsung
dengan Timor Leste dan Australia dan satu pulau yang berbatasan langsung dengan
Filipina. Hal itu berdasarkan data milik Kodam Pattimura dan Departemen Kelautan
dan Perikanan (DKP).
"Delapan belas pulau yang berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia
berada dalam wilayah administratif Provinsi Maluku sedangkan satu pulau yang
berbatasan langsung dengan Filipina berada di wilayah Provinsi Maluku Utara,"
lanjutnya.
Menurut Syarifudin, 18 pulau yang berbatasan langsung dengan Timor Leste dan
Australia yaitu Pulau Ararkula, Karaweira, Panambulai, Kultubal Utara, Kultubal
Selatan, Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutuban, Selaru, Batarkusu, Masela,
Meatimiarang, Leti, Kisar, Wetar dan Lirang. Sedangkan satu pulau yang berbatasan
langsung dengan Filipina yaitu Pulau Jiew berada di wilayah Provinsi Maluku Utara.
Dari 19 pulau terluar itu hanya Pulau Lirang yang berada di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat yang harus dijaga ketat sebab hanya berjarak 12–15 mill dari Dilli, Ibu
Kota Negara Timor Leste.
"Sejak lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia beberapa tahun lalu,
Kodam Pattimura didukung oleh Pemerintah Provinsi Maluku, Polda Maluku dan
Lantamal VIII Maluku meningkatkan pengamanan di Pulau Lirang dengan
menempatkan satu peleton pasukan TNI dan hingga saat ini secara rutin terus
dilakukan rotasi personel," jelasnya.
Pangdam Pattimura mengaku Pulau Lirang kaya akan hasil hutan dan laut dan
selama ini selalu dikunjungi warga negara Timor Leste, sebab warga Pulau Lirang
juga menggunakan bahasa Tetun sebagai bahasa sehari-hari, sama dengan bahasa
warga Timor Leste.
"Setiap hari ada warga negara Timor Leste yang datang ke Pulau Lirang untuk
membeli minyak tanah maupun kebutuhan pokok lainnya yang harganya jauh lebih
murah dibandingkan dengan harga yang berlaku di Timor Leste. Jadi di Pulau Lirang
ada pasar yang memang menjadi tempat transaksi warga yang berdekatan wilayah
namun berbeda negara tersebut," ungkapnya.
Ke depan, menurut Pangdam Pattimura, di Pulau Lirang harus pula diperkuat oleh
personel TNI Angkatan Laut dan Kepolisian guna mewaspadai kemungkinan
terjadinya sengketa di kemudian hari.
Ia menambahkan, dengan adanya perluasan data tampung tersebut maka pergerakan
personel TNI maupun Polri akan dilakukan dengan menggunakan pesawat yang agak
besar sehingga jumlah personelnya agak banyak dibandingkan dengan jika
menggerakan pasukan hanya dengan pesawat jenis cassa. (izc)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|