Suara Merdeka, Rabu, 20 April 2005
Kongres Umat Islam Akan Minta Pembebasan Baasyir
JAKARTA - Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) hendaknya segera meminta
pemerintah untuk membebaskan Abu Bakar Baasyir dari segala tuduhan. ''Abu Bakar
Baasyir tidak bersalah. Abu Bakar Baasyir hanyalah seorang mubalig biasa yang
melakukan tugas-tugas keumatan,'' kata salah seorang peserta Kongres Umat Islam
Indonesia dari Sulawesi, M Akib Arsalam, ketika menyampaikan pemandangan
umum dalam sidang pleno KUII, Selasa kemarin.
Rekannya, Muhammad Juniardi, delegasi perwakilan dari Pondok Pesantren Ngruki,
mengatakan, Jamaah Islamiyah hanyalah sebuah majelis pengkajian dakwah Islam
yang berfungsi untuk membina ukhuwah islamiyah keseharian semata dan
meningkatkan akidah Islam yang kebetulan Abu Bakar Baasyir sebagai salah
seorang pendakwah yang sangat disukai karena keteguhan di dalam menegakkan
amar ma'ruf nahi mungkar.
Sementara seorang peserta yang berasal dari Padang, Ika Trisnawati,
mengungkapkan, penerapan syariat Islam sebagai bagian dari gerakan menegakkan
ukhuwah islamiyah sudah sejak lama dilakukan oleh Abu Bakar Baasyir. Hal itulah
yang kemudian memunculkan militansi yang besar bagi peserta di dalam berbagai
kajian Jamaah Islamiyah dan di dalam kajian-kajian keislaman yang lain, di dalam
menegakkan khilafah islamiyah.
''Pemahaman tentang kajian Islam yang tidak kaffah sering membuat seseorang
memiliki pandangan tentang sekitarnya menjadi sangat ekstrem. Hal inilah yang
mestinya dipecahkan di dalam kongres kali ini,'' katanya.
Humas panitia, Mustofa, saat dimintai konfirmasi Suara Merdeka mengenai kasus
Abu Bakar Baasyir tersebut mengatakan, hampir seluruh peserta kongres
menyatakan akan berusaha membebaskan Abu Bakar Baasyir dari tuntutan hukum.
Jika tuntutan dari peserta kongres ini tidak dipenuhi, akan berdampak pada
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di masa datang. ''Umat
Islam nanti akan tidak memilih SBY kembali di masa datang,'' katanya.
Menurut Mustofa, peserta kongres akan segara menyusun rekomendasi yang nanti
akan dipatuhi oleh seluruh ormas Islam yang ada di Indonesia. Dan dari rekomendasi
tersebut akan dijadikan dasar bagi upaya pembebasan Abu Bakar Baasyir.
Sementara itu, menyinggung tentang isu Masjidil Aqsho yang menjadi sengketa
antara bangsa Palestina dan Israel, seluruh peserta kongres mendesaknya untuk
dapat membantu Palestina dalam hal diplomasi, serta meminta ketegasan dari
pemerintah SBY untuk mengambil sikap tegas terhadap masalah ini, apakah akan
mendukung gerakan Palestina atau tidak.
Telah Lama
KUII hari kedua kemarin antara lain diisi dengan diskusi tentang strategi dakwah
menghadapi ancaman kemungkaran. Dr Ahmad Watik Pratikno dalam makalahnya
berpendapat, masalah-masalah umat Islam dan bangsa Indonesia yang pada tahun
1998 lalu, saat bangsa Indonesia dalam krisis multidimensi, seperti kesenjangan
sosial-ekonomi, krisis moral/akhlak, dinamika syariat Islam, munculnya aliran-aliran
Islam baru, tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
sebagainya, telah lama mencuat.
''Hampir pasti, tak ada satu lembaga pun atau kelompok masyarakat mana pun yang
dapat menangani peroalan-persoalan tersebut secara sendiri. Tidak terkecuali MUI
bersama ormas-orrnas Islam sekalipun,'' katanya.
Menurutnya, luasnya persoalan yang dihadapi mengharuskan seluruh komponen
umat Islam bangsa Indonesia untuk bekerja sama guna menanggulangi persoalan
yang kita hadapi bersama tersebut.
Sementara itu, Fauzan Al-Anshori, Ketua Departemen Data dan Informasi, salah
seorang peserta dari Majelis Mujahidin Indonesia Jakarta, mengatakan, saat ini
strategi dakwah di masyarakat sudah ketinggalan zaman. Hal ini berkaitan dengan
lemahnya metode dakwah, penguasaan materi, sehingga dakwah Islam cenderung
menjadi monoton. Kegagapan penerapan teknologi guna mendukung kegiatan dakwah
juga memprihatinkan. (aih-87t)
Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA
|