TEMPO, Rabu, 09 Pebruari 2005 | 23:19 WIB
Gempa 6,2 Richter, Warga Banda Aceh Panik
TEMPO Interaktif, Banda Aceh: Gempa berkekuatan 6,2 skala Richter mengguncang
Banda Aceh, Rabu (9/2) pukul 20.27 WIB. Dengan durasi lebih dari satu menit,
gempa ini memicu kepanikan sebagian warga dan mereka bersiap-siap mengungsi.
"Siap-siap saja, kami takut terkena air yang naik," kata Ilyas, warga Desa Leung
Bata, Aceh Besar kepada Tempo. Ilyas, terlihat duduk diatas beca motor miliknya,
sedangkan sepasang kakek nenek sudah nangkring di kursi penumpang.
Di depan becak motor Ilyas, sebuah truk bak terbuka juga siaga. Isinya satu keluarga
yang siap pergi sewaktu-waktu air menerjang. "Kami tak tahu, siapa yang teriak ada
air, tapi pengalaman bencana dulu, kalau ada gempa tak lama kemudian air naik,"
ujar Rusli yang duduk di ujung pick up merah.
Beberapa orang berlarian dari arah daerah Peuniti menuju arah tengah kota Banda
Aceh yang selamat saat gempa dan tsunami terjadi pada tanggal 26 Desember lalu.
Hamid, warga Peuniti yang lari menuju tengah kota juga berkata hal yang sama
seperti Rusli. Dia yang lari seorang diri tergopoh-gopoh saat goyangan gempa sudah
menurun intensitasnya.
Menurut pengamatan Tempo, disepanjang jalan keluar Banda Aceh, dipenuhi aneka
kendaraan yang menuju luar Banda Aceh. Efek goyangan dari gempa ini sampai
sekitar lima menit.
"Tidak ada air naik," ujar Eka Susila kepada Tempo usai mendapat laporan dari
Badan Metrologi dan Geofisika Banda Aceh. Pusat gempa terjadi sejauh 30 kilometer
di bawah pusat bumi. Sementara titik gempa terjadi di 5,31 bujur timur dan 94,45
lintang utara. Sementara jarak gempa sejauh 107 kilometer arah barat daya Banda
Aceh. Di dalam peta provinsi Nangroe Aceh Darussalam, pusat gempa terjadi di
tengah laut horisontal sebelah kiri Kabupaten Aceh Besar.
Setelah tsunami, gempa malam ini yang terbesar kekuatannya. Awal Januari lalu,
terjadi gempa dengan kekuatan 5,7 skala Richter. Gempa yang terjadi malam ini
berlangsung selama lima menit. Air di bawah jembatan pendopo kantor Gubernur
Nangroe Aceh Darussalam sempat naik setinggi setengah meter dan membawa
kotoran berupa kayu dan plastik dari sungai. "Itu biasa terjadi, karena dari dalam laut
sudah ada getaran sehingga mengacak-acak air," ujar Eka yang menjadi petugas
evakuasi di kantor Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penangulangan Bencana dan
Penanganan Pengungsi NAD.
Menurut Eka, saat ini aparat kepolisian dan tentara sedang mencari orang yang
berkeliling kota Banda dan meneriaki warga. "Waspada waspada," katanya kepada
warga.
copyright TEMPO 2003
|