TEMPO, Senin, 10 Januari 2005 | 21:53 WIB
Nasional
Relawan Majelis Mujahidin Diusir dari Aceh
TEMPO Interaktif, Jakarta: Sebanyak delapan orang anggota laskar Majelis Mujahidin
Indonesia dipulangkan paksa oleh TNI AU dari posko bantuan korban bantuan di
Lanud Sultan Iskandar Muda pada Minggu (9/1) malam kemarin. Belum diketahui apa
yang menjadi alasan pemulangan mereka.
Menurut Juru Bicara MMI Pusat Fauzan, Majelis Mujahidin merasa ada pihak-pihak
yang tidak suka dengan keberadaan mereka di Naggroe Aceh Darussalam. "Kami
sangat tersinggung dan merasa difitnah, karena kami tidak mendapat penjelasan
apapun dari pihak TNI," kata Fauzan Al Anshori Juru Bicara MMI Pusat kepada
Tempo, Senin (10/1) malam.
Menurut Fauzan, selama ini hubungan TNI (yang tinggal lama di posko) dengan MMI
cukup baik, terbukti dari aktivitas bersama yang dilakukan TNI bersama relawan
Mujahidin di sana sejak Desember. "Kami melakukan kerjasama dengan baik dengan
TNI AU di Lanud Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, kami masak di dapur umum,
memberikan bimbingan rohani, evakuasi jenazah bersama TNI," ujarnya. Bahkan
kalau malam hari, menurut Fauzan, saling pijat ketika melepas lelah. "Mereka yang
mengusir kami orang-orang baru (pasukan TNI yang baru datang ke Aceh) karena
kalau yang lama kami sudah akrab," ujarnya.
Fauzan menuding, militer bantuan Australia dan Amerika Serikat, kemungkinan yang
tidak suka dengan keberadaan Laskar Mujahidin berada di Posko Sultan Iskandar
Muda. "Tentara AS dan Australia risau dengan laskar Mujahidin yang bertenda di
lokasi yang strategis di posko Lanud,"kata Fauzan yang juga ketua Lajnah Pimpinan
Wilayah MMI DKI Jakarta.
Menurut Fauzan, keberadaan Laskar Mujahidin di Aceh mulai dipersoalkan, ketika
pemberitaan di sebuah situs berita luar negeri. Artikel tersebut menyatakan akan
adanya potensi bahaya baru yang muncul dari sebuah kelompok Islam radikal yang
terkait Al Qaidah yang sekarang berada di Aceh khususnya terhadap tim militer dari
AS dan Australia.
Dalam artikel tersebut juga menyebutkan kelompok militan ini tidak akan mencampuri
para tentara asing tersebut selama mereka hanya dalam kegiatan operasi
kemanusiaan. "Menurut saya laskar kami yang dimaksudkan oleh tulisan itu," ujar
Fauzan.
Wartawan yang menulis berita tersebut, menurut Fauzan, bertanya kepada Irfan S.
Awwas, Ketua Tanfidiyah MMI Pusat tentang kaitan MMI dengan Al Qaidah. "Kami
tegaskan bahwa kami tidak ada urusannya dengan Al Qaidah. Kami ke sini untuk
menolong saudara-saudara kami yang tertimpa musibah," ujar Fauzan. Menurutnya,
pemberitaan tersebut adalah provokasi yang sangat jahat.
Menurut Fauzan, kejadiannya berawal pada Minggu (9/1) siang, ketika Panglima TNI
Jenderal Endriantono Sutarto datang meninjau kondisi Lanud Siltan Iskandar Muda.
"Sore harinya, selepas magrib tenda kami didatangi pasukan TNI AU (datang dengan
tiga truk) yang meminta laskar kami dalam 30 menit untuk mengemasi barang dan
segera pulang ke Halim dengan pesawat Hercules yang sudah disiapkan," ujar
Fauzan, yang mendapat informasi dari Ustad Salman, koordinator relawan MMI di
Aceh.
Menurut Fauzan, kalau MMI mengganggu di posko Lanud itu, kenapa tidak
dipindahkan saja ke posko lain, tapi malah dipulangkan. Kedelapan relawan laskar
Mujahidin tersebut adalah relawan pimpinan Ustad Salman dari Solo yang berangkat
ke Aceh pada Gelombang II dari Lanud Halim Perdana Kusuma 1 Januari 2005.
Di posko Lanud Sultan Iskandar Muda, anggota MMI berjumlah 19 orang terdiri dari
laskar asal Medan dan delapan orang dari Solo. "Mereka sudah balik ke Solo," kata
Fauzan.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama TNI Sagom Tamboen, di tempat
terpisah menyatakan dirinya tidak tahu-menahu dengan peristiwa pemulangan
relawan MMI tersebut dan berjanji akan mencari informasi lebih lanjut. "Saya terus
terang tidak tahu. Tidak ada informasi dari kawan (anggota TNI AU) di lapangan,
seandainya yang melakukan anggota TNI AU," kata Sagom kepada Tempo melalui
telepon.
Menurutnya, pemulangan relawan mungkin saja terjadi dengan alasan relawan
tersebut tidak membantu tetapi malah memberatkan pekerjaan tim mengevakuasi
korban. "Kami tidak meragukan relawan MMI dan tidak mungkin kalau alasannya
seperti itu," kata Jenderal penerbang ini.
Marsekal Sagom berjanji akan mengecek dulu informasi tersebut. "Nanti saya
beritahu lagi. Kita harus hati-hati betul dengan ini karena bisa jadi kontraproduktif
dengan kerja kita di lapangan mengevakuasi korban," ujar Sagom. Agus
Supriyanto/Ami Afriatni
copyright TEMPO 2003
|