MENIKMATI
DOA
Oleh: Lia Aminuddin
Kita ini sudah tak mudah lagi meyakini adakah doa
kita ini akan dikabulkan Allah atau tidak. Setiap orang ragu-ragu bila
memanjatkan doa kepada Allah. Dengan takzim kita memanjatkan doa kepada Allah.
Seringkali kita merasa adakah Allah itu mendengarkan doa kita. Seringkali nasib
yang menimpa kita itu dirasakan sangat menekan. Hanya doalah satu-satunya yang
dapat kita jadikan pelepasan. Seorang muslim meyakini bahwa setiap penderitaan
dapat berkurang melalui doa. Bilamana kita memanjatkan doa kepada Allah, kita
harus yakin bahwa doa kita itu sampai kepada Allah. Bagi orang yang beriman,
setiap tantangan yang dihadapinya dijaminkan kepada Allah. Bagaimanapun hanya
Allah-lah yang dapat mengurangi penderitaan itu. Setiap penderitaan yang
dialaminya mengharapkan pertolongan dari Allah.
Seorang yang sudah lanjut akan mengutarakan kepada
anak cucunya betapa ayat-ayat suci Allah itu sangat mustajab mengurangi
penderitaan. Kelaikan doa yang disertai ayat-ayat suci Allah dinasehatkan
orang-orang tua. Adakah mereka itu pernah merasakan perjalanan doa mereka yang
dikabulkan Allah? Perjalanan doa itu sesungguhnya dapat dirasakan oleh setiap
orang. Saat orang yang sedang menghadapi kepedihan hidup, saat seorang tak
dapat mencari jawaban atas masalah yang dihadapinya, saat seorang terkurung
oleh masalah, dan saat seorang tak lagi dapat melihat jalan pertolongan selain
dari Allah, saat itulah manusia itu sangat mengharapkan doanya dikabulkan. Saat
yang kritis itu, banyak orang yang mengkhawatirkan doanya tak sampai. Ketika seseorang itu tak lagi
berdaya, harapan satu-satunya adalah hanya kepada Allah. Pada saat itulah
perjalanan doa itu dapat dirasakan. Janji Allah yang akan selalu menjawab doa
yang dipanjatkan untuk-Nya, sejenak menjadi tumpuan harapan.
Bila keadaan doa itu sangat diharapkan, segala yang
muncul menjadi jawaban Allah. Bayangan Allah terasa sangat dekat. Seolah-olah
Allah telah memberikan jawaban langsung, seakan-akan melihat diri kita,
seakan-akan membelai-belai, saat itulah kita menyadari bahwa kita memiliki
Allah, saat itulah kita merasakan betapa besar
cinta Allah. Saat kita sudah menyatu dengan Allah semacam itu, betapa
terasa indahnya cinta Allah itu, betapa hati ini diliputi oleh rasa keharuan
dan kebahagiaan yang menggelora seakan-akan gejolak itu bagaikan air bah yang
meluap. Bayangan Allah menjelma di pelupuk mata, di dalam hati, di sekujur
tubuh, seluruh badan mengigil, air mata tak dapat terbendung. Demikianlah
nikmat menerima janji Allah melalui doa. Demikianlah kenikmatan sebuah doa.
Bagaimana sebenarnya impian keindahan doa ini dapat
kita rasakan? Satu per satu, bila kita menilik masalah yang sedang kita alami,
masalah yang besar maupun yang kecil, yang sedang berlangsung maupun yang telah
lampau, bila kita amati akan selalu terasa
ada tangan-tangan Allah yang selalu menyertai kita. Bila memejamkan mata
seakan-akan terpandang senyuman Allah dan para malaikat yang turun membawakan
rahmat Allah. Dalam senyum itu aku membayangkan tanganku yang sedang berdoa
kemudian kurentangkan, wajahku kutengadahkan, di antara rangkuman tangan
malaikat itu, aku mencoba meraih rahmat Allah yang dibawanya. Di antara
keheningan di dalam renunganku ini, pada saat menyadari kembali kenyataan yang
ada, masyarakat sedang diliputi rasa
pesimistis dan tak banyak orang yang melihat peranan doanya. Aku melihat juga
betapa banyak orang yang takabur dan tak merasa perlu memohon kepada Allah.
Banyak di antara kita ini yang tak lagi mau bersabar menunggu jawaban Allah.
Di antara himpitan masalah dan penderitaan,
alangkah banyaknya orang yang mencari jalan pintas. Betapa populernya peristiwa
pembunuhan dukun santet di Banyuwangi. Tak ada orang yang tak bergidik
mendengar berita itu. Zaman sekarang ini bisnis sekitar perdukunan itu yang
telah menjadi populer di kalangan pejabat, selebritis, para tokoh, dan
masyarakat. Berita mistis laku di mana-mana. Media massa menanggapi dengan
hangat berita-berita di sekitar para dukun. Mengapa kita tak melihat itu
sebagai sebuah fenomena keruntuhan iman bangsa Indonesia? Mengapa tak ada upaya
untuk menghentikan hal ini? Mengapa kegiatan semacam itu tak dilarang? Dukun
santet jelas-jelas melanggar hukum. Bilakah masalah santet ini tak menyebabkan
penderitaan? Berita santet selalu terkait dengan kemusyrikan dan kriminalitas.
Sudah sedemikian parahkah kadar iman bangsa kita ini?
Perbuatan dukun Datuk yang telah membunuh puluhan
wanita masih segar dari ingatan. Kecaman terhadap perbuatannya hanya sesaat,
kemudian masyarakat terbiasa lagi dengan kamuflase maupun pernyataan terbuka
para tokoh dukun santet. Mereka disamakan sebagai tokoh penting yang patut
didengarkan ucapan-ucapannya. Betapa mudahnya menyatakan kehebatan kemampuan
ilmunya dan umat hanya tercengang dan menonton tingkah laku mereka. Nama Ki
Gendeng Pamungkas dan Mundrika bagaikan tokoh pujaan. Publikasi pelayanan santet
secara vulgar di berbagai media mistis (Liberty, Misteri, dll.) mencemarkan
iman umat. Mana pembatasan hukum?
Sungguh keadaan ini harus dihentikan!
Sepertinya surga dan neraka itu hanya pajangan, tak
ada yang menakuti neraka dan tak ada yang mengharapkan surga itu lagi. Adalah
bencana bila kita tak berusaha menyelesaikan keadaan ini dengan
bersungguh-sungguh. Cerminan wajah bangsa Indonesia yang buruk akibat
penjarahan, kini semakin buruk dengan kenyataan bahwa kita juga tak beriman.
Berita maraknya dukun santet saja sudah sebagai sebuah penjelasan betapa kita
kini membiarkan kemusyrikan, dan bencana pembunuhan ini juga makin mempurukkan
kita dalam image itu. Bayangan penjarah dan pembunuhan dukun santet itu tak
mungkin dihapuskan dari wajah bangsa kita. Bilakah kita dapat membersihkannya?
Inikah prototipe bangsa kita? Alangkah buruknya image itu.
Masyarakat hanya dapat ketakutan, aparat hukum
kebingungan, berita tak menentu simpang siur saling menuduh. Bagaimana kita
menyelesaikan keadaan ini? Para ulama saja ikut terbunuh. Manalagikah kekuatan
yang mampu mengimbangi keadaan ini? Tak pentingkah keadaan ini sehingga
undang-undang dan hukum itu tak diterapkan secara maksimal dan tuntas?
Kesimpangsiuran berita dapat ditahan dengan memberikan pernyataan yang tegas.
Baik oleh pemerintah maupun oleh lembaga keagamaan. Masyarakat menunggu
ketentraman yang sungguh didamba-dambakan. Di tangan siapakah ketentraman itu
kini? Rasa tak aman telah meliputi bangsa ini. Bilakah kedamaian dan
ketentraman itu dapat kita rasakan? Wahai bangsaku, jangan membiar-kan bangsa
kita ini menjadi bangsa yang musyrik. jauhkanlah diri dari perbuatan dosa itu.
Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam mengajarkan kita hanya berdoa kepada
Allah. Janganlah membiarkan keadaaan ini berlarut-larut, membiarkan bangsa kita
semakin banyak yang musyrik. Bangsa kita ini adalah bangsa yang beriman. Bila
kita tak mementingkan masalah ini, akan datang peringatan Allah yang
sesungguhnya. Sesungguhnya Allah tak ingin
disekutukan. Badai penderitaan bangsa kita ini tak lagi terbendungkan. Marilah
kita bertakbir untuk menyatakan jihad melawan kemusyrikan. Allahu Akbar, Allahu
Akbar!
QS. An Nisaa: 93 - 94.
93. Dan barang siapa yang membunuh orang mukmin
dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah
murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.
94. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan
kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan
seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda
kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah
keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka
telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.