MENJODOHKAN
PERKUTUT
Menurut pengalaman selama ini dan sesuai dengan teori dari membaca beberapa buku-buku literature tentang perkutut ditambah informasi dari beberapa Peternak yang dikenal atau yang dijumpai, didalam praktek menjodohkan perkutut adalah suatu pekerjaan yang dapat dikatakan gampang-gampang susah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain sbb. :
· Suara kedua Indukan yang cocok/pas.
· Usia kedua Indukan yang serasi.
· Menentukan jenis kelamin dari kedua Indukan yang benar.
· Sifat-sifat kedua Indukan yang baik.
· Menggunakan sistem yang tepat.
· Kendala-kendala lainnya.
Suara
kedua Indukan
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal yaitu anakan perkutut yang berkualitas, maka kita dituntut untuk mengetahui sebanyak mungkin teori Crossing baik dari membaca ataupun pengalaman yang didapat sehari-hari yang hanya dapat diperoleh dari praktek dan memperhatikan hasil produksi melalui jalan yang cukup panjang dan waktu yang lama, ketekunan dan kesabaran. Tanpa ini semua, maka hasil produksi berupa anakan perkutut hanyalah merupakan anakan perkutut yang asbun ( asal bunyi ) dan tidak akan berkualitas.
Usia
kedua Indukan
Yang ideal dan relatif lebih gampang, usia kedua Indukan seyogyanya seimbang yaitu perkutut Betina lebih tua 1(satu) atau 2(dua) bulan dibanding perkutut Jantan, sebab biasanya perkutut Jantan lebih cepat dewasa dibanding Betinanya.
Memang bisa atau masih memungkinkan umur keduanya berbeda jauh, tetapi biasanya selain susah juga banyak masalah yang timbul antara lain seringnya berkelahi dan umumnya si Betina akan kalah atau dihajar si Jantan, apalagi kalau si Jantan jauh lebih tua ( Silahkan membaca teori Back Cross )..
Mengenai kapan waktu usia yang tepat kedua calon pasangan tersebut mulai dijodohkan ? Ada beberapa pendapat yang berbeda satu dengan yang lain. Satu pendapat mengatakan sebaiknya mereka mulai dijodohkan sejak usia kira-kira 3.5-4 bulan, sehingga akan lebih mudah jodoh dan menjadi pasangan yang cocok. Disamping tidak terlalu lama sekitar 2-3 bulan kemudian pasangan tersebut sudah akan mulai bertelor. Pendapat lain mengatakan sebaiknya menjodohkan perkutut pada usia sekitar 10-12 bulan, sehingga keduanya betul-betul sudah matang dan diharapkan keturunan anak-anaknya lebih sempurna disbanding pendapat terdahulu yang sering-kali mengalami kegagalan menetas atau lahir cacat.
Menentukan
jenis kelamin
Sebelum calon pasangan dijodohkan, harus dipastikan dahulu bahwa calon pasangan tersebut adalah perkutut Jantan dan Betina. Perkutut pada usia kurang dari 4 bulan masih agak susah untuk menentukan Jantan atau Betina, walaupun ada beberapa cara untuk dapat mengetahui hal ini antara lain dengan cara :
· Dari bentuk kepala, kapur disekitar mata, sorot mata, suara dan postur tubuhnya.
· Tulang dibawah dubur ( supit urang ) sempit atau lebar.
· Memakai bandul Sibas, dll.
Lain halnya perkutut yang sudah berusia diatas 7 bulan, akan lebih mudah untuk menentukan jenis kelaminnya baik dengan cara diatas maupun dari penampilannya yang sering mbekur atau pertanda mengajak kawin lawan jenisnya bagi si Jantan.
Sifat-sifat
kedua Indukan
Sebaiknya dapat dipilih calon pasangan yang mempunyai sifat yang baik, misalnya si Jantan tidak mempunyai sifat yang sadis kepada pasangannya atau si Betina adalah indukan yang rajin bertelor dan mengerami telornya sampai menetas serta dengan sabar mengasuh anak-anaknya sampai mencapai usia siap disapih sekitar 1.5 bulan.
Memang tidak mudah mengetahui sifai-sifat ini sebelum keduanya disatukan, akan tetapi setidaknya dari sifat Bapak/Ibu dari kedua calon pasangan tersebut dapat ditelusuri, apakah mereka berasal dari Bapak/Ibu yang sifatnya baik atau tidak.
Menggunakan
sistim yang tepat
Ada beberapa cara atau sistim untuk menjodohkan kedua calon pasangan antara lain sbb. :
· Kedua calon pasangan yang berada dalam sangkar masing-masing didekatkan setiap harinya sampai terlihat tanda-tanda mereka sudah saling mengenal dan bertenggernya sudah berdekatan. Waktunya bisa seminggu, dua minggu bahkan lebih tergantung sifat dan sikap masing-masing, apakah mereka sudah saling tertarik atau tidak.
Bila sudah keduanya dicampur/dimasukkan kedalam satu sangkar untuk beberapa lama untuk meyakinkan bahwa mereka sudah cocok dan tidak bertengkar yang dapat dilihat kalau malam tidurnya sudah berdampingan. Baru kemudian pada sore hari keduanya dimasukkan bersama-sama kedalam kendang ternak.
· Perkutut Betina dimasukkan kedalam kandang ternak, sementara si Jantan juga dimasukkan kedalam kandang tetapi masih didalam sangkar terpisah. Perkembangan mereka dipantau sampai diketahui tanda-tanda cocok seperti keadaan diatas.
· Beberapa perkutut Betina dimasukkan kedalam kandang dan bersamaan dimasukkan perkutut Jantan, maka secara alamiah si Jantan akan mencari jodohnya sendiri yang menurut seleranya cocok. Kelemahannya belum tentu si Betina yang terpilih suaranya pas untuk crossing dengan si Jantan, kecuali perkutut-perkutut Betina sudah dipilih yang semuanya pasti pas/cocok.
Bila sudah ada salah satu Betina yang cocok, Betina yang lainnya segera ditangkap dan dikeluarkan dari kandang, bila terlambat bisa jadi Betina-betina yang lain yang tidak terpilih akan dihajarnya.
Masing-masing peternak mempunyai selera sistim yang mana yang akan digunakan terutama disesuaikan dengan kondisi kandang dan tersedianya calon indukan betinanya. Selama ini saya lebih cenderung memilih cara yang pertama pada uraian tersebut diatas.
Kendala-kendala
lainnya
Dari pengalaman praktek sering kali kita menjumpai kendala-kendala untuk menjodohkan sepasang perkutut, beberapa contoh adalah sbb. :
· Walaupun sudah dicoba dengan beberapa cara, tetap saja mereka tidak mau jodoh. Walaupun hal ini jarang dijumpai, akan tetapi bila hal ini terjadi sebaiknya jangan dipaksakan dan usahakan mencarikan jodoh yang lain.
· Mereka sudah jodoh, tetapi tidak juga bertelor. Bila hal ini terjadi biasanya penyebabnya adalah si Betina yang kurang subur, mengatasinya dengan memberinya tambahan vitamin-E.
· Mereka sudah jodoh, tetapi tidak ada tanda-tanda perkawinan. Bila hal ini terjadi biasanya penyebabnya adalah si Jantan. Mengatasinya dengan cara yang sama memberinya tambahan vitamin-E kepada si Jantan untuk menambah birahi.
· Sudah jodoh dan terjadi perkawinan, tetapi setelah periode mengeram selesai, telornya tidak ada yang menetas dengan sempurna.
Ada beberapa kemungkinan antara lain :
· Indukan belum mempunyai pengalaman mengeram, sehingga telor sering ditinggalkan dari sarangnya, sehingga mengganggu pertumbuhan janin atau mati. Kondisi sangkar yang kurang nyaman, terganggu orang atau binatang juga menyebabkan pengeraman tidak dapat dilakukan dengan baik.
· Perkawinan antara Jantan dan betina tidak sempurna, bisa disebabkan suburnya bulu disekitar dubur si Betina/Jantan, sehingga mengganggu proses penyerbukan sperma ke- indung telor. Maka mengatasinya dengan mencabuti bulu sekitar duburnya agar proses perkawinan berjalan dengan baik/sempurna.
· Semula sudah kelihatan jodoh, akan tetapi tiba-tiba si Jantan begitu bernafsu dan mengejar-ejar si Betina. Cara mengatasinya bisa dengan menangkap si Jantan dimandikan atau beberapa bulu sayapnya diikat dengan selotip/karet.
Penututp
Bagi para pembaca yang mempunyai pengalaman atau pendapat yang berbeda dengan apa yang saya tuliskan diatas, diharapkan dapat memberikan koreksi dan saran untuk perbaikkan dan penyempurnaan, sehingga pengetahuan kita tentang menjodohkan perkutut akan semakin baik dan benar.
Edisi No.7 – Jakarta, 7 September, 2000