|
MEWASPADAI
BANGKITNYA MUSUH AGAMA
(SUPLEMEN HU REPUBLIKA
JUMAT 14 MEI 1999 SUBJEK )
|
Bukan tanpa sebab bila Presiden
Habibie mengingatkan akan kemungkinan bangkitnya komunisme. Kendati mendapat
banyak kritik atas pertanyaannya tersebut, namun bila ditelusuri substansi
pernyataan yang dibuatnya, secara pasti diakui nilai kebenarannya. Karena
itu, dalam beberapa kesempatan Kepala negara mengajak semua pihak merenungkan
kembali semua perilaku para pendukung komunisme sebelum mereka meledak
lewat pemberontakan berdarah G30S pada 1965. Tujuannya hanya satu, agar
bangsa ini tak jauh untuk keduakalinya ke jurang kehancuran seperti pada
saat tragedi 1965. Pada saat itu gerakan komunis secara sistimatis ingin
menghancurkan tatanan kehidupan dan nilai-nilai yang menjadi dasar jiwa
kehidupan bangsa dan agama. "PKI menghujat dan memfitnah tokoh masyarakat
dan pimpinan agama serta pimpinan organisasi kemasyarakatan yang menentangnya.
Mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, termasuk memaksakan
kehendak, mematok tanah secara ilegal, dan sebagainya dengan alasan untuk
kepentingan rakyat banyak. Kemudian pada klimaksnya,mereka secara biadab
membunuh para jenderal dengan kejam dan keji," tegasnya ketika menerima
tokoh-tokoh eksponen-66. Bukti lain yang turut menguatkan sinyalemen akan
bangkitnya komunisme di negeri ini adalah fenomena ‘penyucian diri’ dari
para mantan tokoh PKI dan menimpakan kesalahan kepada pihak yang menjebloskan
mereka ke penjara selama ini. Dalam kalimat pakar hukum tata negara Prof
Dr Bagir Manan,SH, era kebebasan reformasi menjadi wahana terbaik buat mereka
untuk membersihkan diri segala kesalahan yang telah mereka lakukan terhadap
bangsa dan negara ini. "Pada hari-hari ini, dalam suasana kebebasan
reformasi, anggota-anggota PKI serta pendukungnya mencoba memperoleh hadiah
gratis reformasi untuk mencuci diri bahwa mereka tidak bersalah, dan mulai
mengajukan berbagai tuntutan," kata Bagir Manan dalam diskusi "Upaya
Membangun Kehidupan Negara Demokrasi Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa"
di Bandung, Senin lalu. Kekhawatiran terhadap bahaya komunis sesungguhnya
tak berlebihan. Bila banyak orang beranggapan bangsa ini sudah terbebas
dari komunisme lewat bubarnya PKI dan sudah tuanya para tokoh PKI yang
masih hidup, tarnyata hal itu bukan jadi halangan akan bangkitnya ideologi
utama musuh agama tersebut. Mantan Gubernur Lemhanas Letjen (purn) Sayidiman
Suryohadiprojo justru mengaggap krisis berkepanjangan saat ini jadi lahan
subur tumbuhnya kembali ideologi anti Tuhan tersebut. "Usaha komunis
itu tetap ada, walaupun tidak dalam wadah organisasi yang tersusun. Tetapi
disadari atau tidak, mereka selalu memanfaatkan setiap situasi dan kondisi
serta segala aspek kehidupan untuk bangkit kembali, " tegasnya. Ia
melukiskan paham komunis itu seperti kuman penyakit, yang pada akhirnya
bisa menjadi gangguan kronis apabila tidak ditangkal. "Nampaknya rakyat
kita belakangan ini rawan terjangkit kuman itu, "kata Sayidiman prihati,
sambil mengungkap strategi PKI dengan membektuk Nasakom pada masa Orde
Lama yang dengan mudah berkembang setelah berhasil menggunakan kekuasaan
Bung Karno di satu sisi, dan menyengsarakan rakyat di sisi lain. Sekjen
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Husein Umar SH sepakat akan hal ini. Menurutnya
sejarah mencatat reinkarnasi dari pendukung ideologi sesat ini demikian
cepat dan licin sehingga tanpa disadari sudah berkembang biak dan menjadi
ancaman serius bagi umat beragama. "Ketika peristiwa Madiun, Aidit
(25), Nyoto (26), dan Lukman (27) masih muda sekali. Trio mereka itu membangun
kembali komunisme dari reruntuhan Madiun, sesudah Muso. Mereka membangun
lagi sisa-sisa PKI Madiun dalam waktu relatif pendek. Dari akhir tahun
1948 memasuki tahun 1965, mereka berhasil muncul menjadi salah satu dari
empat besar parpol di Indonesia (Masyumi, PNI, NU dan PKI)," jelasnya.
.
|
| |