KOMUNISME DAN PANCASILA
Oleh: G
Moedjanto, Sejarawan dan Dosen di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dalam satu bulan terakhir
ini Gus Dur melontarkan gagasan untuk mencabut Tap XXV/MPRS/1966 tentang
larangan atas penyebaran paham dan organisasi komunis di Indonesia.
Saya mencoba untuk menjelaskan
bagaimana kedudukan paham komunis berhadapan dengan paham negara Pancasila.
Untuk itu saya ajak pembaca mengawali dengan mencermati ciri-ciri pokok
ajaran komunisme, kemudian ajaran Pancasila, Pancasila lawan komunisme,
pentingnya studi tentang komunisme, dan bagaimana kita menyikapi komunisme.
Ciri Pokok Ajaran Komunisme
Adapun ciri pokok pertama
ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani Allah. Orang
komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak ada.
Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan
Tuhan terserah kepada manusia.
Ciri pokok kedua adalah sifatnya
yang kurang menghargai manusia sebagai individu. Manusia itu seperti mesin.
Kalau sudah tua, rusak, jadilah ia rongsokan tidak berguna seperti rongsokan
mesin. Komunisme juga kurang menghargai individu, terbukti dari ajarannya
yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
Komunisme mengajarkan teori
per-juangan (pertentangan) kelas, misalnya proletariat melawan tuan tanah
dan kapitalis. Pemerintah komunis di Rusia pada zaman Lenin pernah mengadakan
pembersihan kaum kapitalis (1919-1921). Stalin pada tahun 1927, mengadakan
pembersihan kaum feodal atau tuan tanah.
Salah satu doktrin komunis
adalah the permanent atau continuous revolution (revolusi terus-menerus).
Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia. Maka, komunisme sering disebut
go international.
Komunisme memang memprogramkan
tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas, semua
orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator proletariat
yang bertentangan dengan demokrasi. Salah satu pekerjaan diktator proletariat
adalah membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khususnya tuan-tuan tanah
dan kapitalis.
Dalam dunia politik, komunisme
menganut sistem politik satu partai, yaitu partai komunis. Maka, ada Partai
Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI, dan Partai Komunis Vietnam,
yang merupakan satu-satunya partai di negara bersangkutan. Jadi, di negara
komunis tidak ada partai oposisi.
Jadi, komunisme itu pada
dasarnya tidak menghormati HAM.
Ajaran Pancasila
Bagaimana halnya dengan
Pancasila? Pancasila mengajarkan manusia untuk mengimani Allah, pencipta
alam raya beserta isinya. Hidup manusia tergantung pada Allah. Ada juga
kepercayaan tentang sangkan paraning dumadi (asal dan tujuan manusia).
Orang meninggal ditanggapi dengan pernyataan dari Allah kembali kepada
Allah, atau kembali ke rumah Bapa.
Pancasila mengajarkan penghargaan
atas manusia sebagai pribadi. Manusia dihormati karena kodratnya sebagai
manusia. Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Padanya terdapat budi yang
luhur, yang bersedia memperlakukan orang lain dengan kasih sayang.
Pancasila, yang terdiri atas
lima sila itu jelas menghormati HAM, yakni dari kebebasan beragama dan
beribadah, kemanusiaan yang adil dan beradab, persaudaraan sesama bangsa,
demokrasi dengan musyawarah, dan akhirnya keadilan sosial.
Pancasila mengajarkan cinta
bangsa dan tanah air. Namun, hal itu diimbangi dengan cinta sesama manusia.
Jadi, cinta bangsa dan tanah air itu ada dalam kerangka keluarga besar
umat manusia. Maka, benarlah kata orang bahwa human kind is one (kemanusiaan
itu satu).
Demokrasi Pancasila mengajarkan
prinsip musyawarah dalam pengambilan keputusan, meski mungkin harus dengan
pemungutan suara, karena tidak tercapainya mufakat.
Dalam usaha meningkatkan
keadilan sosial, Pancasila bukan saja memperbolehkan, tetapi malahan mendorong,
individu berperan secara proaktif dalam proses produksi. Maka, banyak perusahaan
yang dimiliki oleh individu didirikan.
Pancasila tidak hanya mengajarkan
kebahagiaan material, tetapi juga batin. Jadi, memburu mutu kehidupan yang
berimbang: kebahagiaan dan ketenteraman lahir batin.
Pancasila Lawan Komunisme
Dengan mencermati ciri-ciri
itu sudah dengan sendirinya tampak adanya pertentangan antara dasar filsafat
dan ideologi Pancasila dengan komunisme. Jadi, antara Pancasila dan komunisme
tidak mungkin dipersekutukan. Itu ibaratnya minyak dan air. Atau kucing
dan anjing, yang tidak mungkin ditaruh dalam satu sangkar, karena pasti
bertarung.
Namun, andaikata pemerintah
akan memperbolehkan adanya `komunisme di Indonesia dengan mencabut Tap
XXV/ MPRS/1966, itu hanya sampai taraf hidup berdampingan di atas landasan
dasar filsafat dan ideologi Pancasila.
Pengalaman sejarah menunjukkan,
PKI pernah mengalami dan menerima Pancasila sebagai dasar filsafat dan
ideologi negara, kemudian mbalelo (berkhianat).
Pemerintah, pada tahun 1960-1965
meminta PKI agar memasukkan Pancasila ke dalam anggaran dasarnya. Karena
itu, keberadaannya diakui. Bung Karno percaya, PKI mau menerima Pancasila
secara lahir batin, sehingga ia berani mengajarkan prinsip persatuan Nasakom.
Peristiwa G30S/PKI mengesankan PKI menipu presiden, para pembesar RI, dan
rakyat yang bukan komunis.
Studi Tentang Komunisme
Kalau orang Indonesia sekarang
ditanya mengapa saudara menentang komunisme, kemungkinan tidak dapat menjawab,
kecuali mengatakan hal-hal klise, seperti komunisme itu ateistis, anti-ketuhanan.
Atau, mungkin takut berbeda pendapat, padahal ia harus menyanyikan lagu
yang sama, nyanyian "Anti-komunisme". Jadilah orang Indonesia naif karena
menentang komunisme tanpa memahami perihal komunisme.
Supaya kita tidak naif, komunisme
perlu dipelajari. Ia bukan momok (makhluk menakutkan, tetapi tidak berwujud).
Sekolah-sekolah, setidaknya mulai SMU/ SMK, perlu mengenalinya, bukan untuk
menganutnya, tetapi untuk menolaknya secara sadar. Dengan mengenalinya
kita justru memperkuat kedudukan Pancasila sebagai dasar filsafat negara.
Dengan mengenalinya, kita tidak lagi dapat ditipu oleh orang-orang atau
gerakan-gerakan komunis.
Jangan Takut Jangan Terima
Ada trauma (ketakutan besar)
terhadap PKI karena anggapan akan keganasannya dalam pemberontakan tahun
1948 dan 1965. Benarkah rakyat takut? Ataukah elite sosial-politik yang
takut? Atau rakyat tanpa memahaminya dibuat takut oleh elite sosial-politik?
Jika kita mengenali komunisme dengan baik, lengkap dengan kekuatan dan
kelemahannya, kita tidak perlu takut berhadapan dengan komunisme. Pemahaman
kita tentang komunisme akan menjadi suatu modal penting untuk menolak komunisme.
Jadi jangan takut kepada komunisme, sekaligus jangan menerima komunisme.
Modal penting lain untuk
menentang komunisme adalah kemakmuran rakyat. Komunisme memang sangat menarik
rakyat jelata yang miskin. Hal itu bukan saja terlihat dan terasa dari
propaganda ajarannya, tetapi juga karena tindakan-tindakan nyata untuk
mencukupi kebutuhan material mereka.
Ambilah contoh RRC. Rakyat
Cina berjumlah lebih dari 1,1 milyar. Kita tak pernah dengar kelaparan
dan ketelanjangan di Cina. Karena komunisme di sana mampu memenuhi janji
memakmurkan rayat; komunisme di Cina laku. Namun, supaya tetap laku, komunisme
Cina mengalami liberalisasi. Secara fisik dapat mencermati busana pemimpin
RRC sekarang, bukan jas tutup lagi seperti Mao Zedong dan Chou En Lai,
melainkan jas buka seperti Bill Clinton atau Antony Blair.
Dalam bidang ajaran, RRC
juga mengadakan liberalisasi, seperti merebaknya kebebasan beragama dan
beribadah. Jadi komunisme asli tidak ada lagi.
Nah, selama negara dapat
memakmurkan rakyat, rakyat/kita tak perlu takut akan bahaya laten komunisme.
Sebaliknya, kita bahkan harus mampu menjinakkan komunisme menjadi "makhluk"
baru yang bersahabat dengan kita yang bukan peng anut komunisme. Dunia
kita bukan dunia-nya Stalin atau Leonid Breznev, bukan juga Mao Zedong
dan Chou En Lai, bukan juga zamannya Musa dan Aidit, tetapi sudah zaman
detente (pendekatan). Globalisasi tidak hanya menyangkut negara kapitalis,
tetapi juga negara komunis dan negara non blok. Globalisasi itu membawa
reformasi. Komunisme di Indonesia, kalau TAP XXV jadi dicabut, harus direformasi
juga. Ia bukan saja menghormati HAM, tetapi lahir batin harus menjunjung
tinggi Pancasila.
Semoga uraian ini menambah
wawasan perihal komunisme dan bagaimana kita yang berpegang pada paham
negara Pancasila menyikapi komunisme.
.
|