<< Back >>
 YANG PERNAH DITUNGGANGI
Tekad No. 25/tahun I 19 - 25 April 1999 SUBJEK :

ANALISIS

     Isu PKI merebak pada 1990-an seiring adanya jargon "bersih diri" dan litsus (penelitian khusus) bagi calon anggota DPR. Kala itu diduga ada anggota partai politik yang tidak "bersihdiri." Maksunya, mereka pernah terlibat -- langsung atau tak langsung -- dalam organisasi terlarang PKI. Pasca 1965 banyak anggota PKI yang menyelamatkan diri dan diduga menyusup ke partai-partai yang ada.

     Isu "bersih diri" atau "bersih lingkungan" menerpa para tokoh politik dan anggota masyarakat. Isu ini sering terjadi dalam persaingan politik untuk mematikan gerak lawan dan, umumnya, menjelang pelantikan anggota Dewan. Banyak sudah korbannya.

     Partai-partai politik saat itu, seperti Golkar, PDI, maupun PPP tidak lepas dari terpaan isu PKI. Dari kekisruhan intern di PDI pada 1995, Djadjang Kurniadi -- mantan ketua DPD PDI Jabar -- dinyatakan oleh Bakorstanasda Jabar terlibat organisasi terlarang.

     Walaupun Djadjang membantah, tetapi Pangab Faisal Tanjung mengatakan temuan itu berdasarkan saksi dan bukan hasil rekayasa. Akhirnya Djadjang mengundurkan diri setelah Bakorstanasda yang diketuai Mayjen Muzani Syukur memberi catatan "patut diduga terlibat G30S/PKI".

     Nico Daryanto, sekjen PDI masa Soerjadi, pernah terkena isu sama. Suatu ketika DPP PDI pimpinan Soerjadi Me-recall delapan anggota Fraksi PDI di DPR. Juga, memecat tokoh-tokoh PDI pimpinan Marsoesi karena dianggap berusaha mengkudetanya.

     Setelah kejadian itu, ada surat yang tertuju pada Thaib Ali -- salah satu anggota yang di - recall -- bahwa Nico tidak bersih diri. Disebutkan, ia adalah anak Mayor Hartono yang diberhentikan karena terlibat G30S/PKI. Nico membantah. Kasusnya tak berlanjut.

     Agar isu ini tidak menimpa partainya, Ketua Umum Golkar Harmoko mengatakan akan mewaspadai para penyusup yang diibaratkannya "Musang berbulu ayam". Ia menjamin tidak ada kader Golkar yang terlibat PKI. Namun, Datu Syamsir Alamsyah Gelar Datuk Majo Indo Nan Mamangun -- ketua DPD Golkar Kodya Payakumbuh -- mendadak dicopot. Ia dituduh terlibat G30S/PKI ia akhirnya menghilang dari gelanggang politik, walaupun ia membantah terlibat.

     Asri Soebarjati Soenardi, ketua DPRD Jatim, mengundurkan diri dari jabatannya. Ia beralasan akan menyertai tugas suaminya ke Jakarta. Tapi, menurut Pangdam Soegoeng Soebroto, di balik itu ada isu tak bersih lingkungan dari kakeknya.

     Demikian juga Sartojo Prawirosurojo, ketua Departemen Tani dan Nelayan Golkar. Ia tiba-tiba mengundurkan diri, meski baru saja terpilih dalam munas.

     Isu tak bersih diri juga menimpa mantan sekjen dan ketua Umum PPP, Mardinsyah dan HJ Naro. Menjelang Muktamar PPP 1990 isu itu menjadi santer di kalangan peserta muktamar.

.