Blok Gunung Badak;
Blok ini berada di bagian paling utara KCAG Ciletuh. Lokasinya dapat
dicapai melalui jalan darat dan laut. Jalan darat dengan rute Sukabumi –
Bagbagan (palabuhanratu) – Ciemas – Cikadal atau Ciwaru dengan jarak
tempuh ± 100 km. Kondisi jalan dari Bagbagan sampai dengan Ciwaru dapat
dilalui minibus atau Elf. Dari Ciwaru dilanjutkan dengan roda dua melewati
Sungai Cikadal, sedangkan jalan laut dengan motorboat atau perahu.
Yang termasuk Blok Gunung Badak termasuk pulau-pulau kecil seperti P.
Manuk, Pulau Mandra, Pulau Kunti, dan Karang Haji, dengan luas Blok Gunung
badak sekitar 1.375 km². Gunung Badak merupakan bukit dengan ketinggian
153 m dpl. Memperlihatkan tiga jalur punggungan yang memancar dari
puncaknya masing-masing ke arah barat laut, utara, dan selatan yang
masing-masing tersusun oleh komposisi batuan yang berbeda.
Batuan tertua yang tersingkap di Gunung badak adalah kerabat ofiolit
(peridotit, gabro, lava, basalt). Kelompok batuan tersebut merupakan
batuan yang berasal dari erupsi pematang tengah samudera (mid oceanic
ridge), kelompok batuan ini bukan merupakan intrusi, melainkan berupa
alokhton (bongkah besar yang berasal dari tempat lain) yang tersingkap
secara tektonik karena pengaruh pergerakan lempeng samudera yang
bertumbukan dengan lempeng benua. Selanjutnya pada zona tumbukan tersebut
dihasilkan batuan metamorfik seperti filit, amfibolit, sekis, dan
serpentinit. Pada daerah tersebut juga dicirikan oleh adanya batuan
sedimen laut dalam yaitu graywacke, batugamping, rijang, dan serpih.
Secara setempat komplek batuan ini diterobos oleh gabro berupa dike.
Sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi, Blok Gunung Badak dibagi menjadi 4
(empat) zona inti, dengan zona inti 1 seluas 1,229 km², zona inti 2
seluas 0,107 km², zona inti 3 seluas 0,106 km², dan zona inti 4 seluas
0,102 km², dengan zona penyangga seluas 2.399 km²; batas masing-masing
zona inti dan penyangga dapat dilihat pada lembar peta 1.
Blok Citisuk – Cikepuh
Blok ini terletak di bagian tengah rencana KCAG Ciletuh, dapat ditempuh
melalui jalan darat dengan kendaraan roda empat sampai dengan Ciemas, dan
dilanjutkan dengan roda dua. Dapat pula ditempuh dengan jalur laut dari
muara Sungai Cikadal hingga ke muara Sungai Cikepuh. Geomorfologi berupa
perbukitan bergelombang dengan ketinggian antara 50 s/d 250 m dpl. Batuan
Pra-Tersier berupa batuan basa, ultra basa, dan metamorfik, lava basalt,
gabro, peridotit, dan sekis yang tersingkap di Gunung Beas, Pasir Luhur,
dan aliran Sungai Citisuk.
Di Gunung Beas biasa disebut Formasi Ultra basa karena litologinya
didominasi oleh peridotit dan dunit, sementara di Pasir Luhur disebut
Formasi Metamorfik karena didominasi oleh sekis. Sedangkan batuan Tersier
terdiri atas batupasir kuarsa dengan sisipan tipis batubara, serpih dan
konglomerat kuarsit, merupakan daerah yang ideal untuk mempelajari sikuen
lingkungan pengendapan dari model fluviatil hingga laut dalam, chanel dan
turbidit.
Blok Cikepuh-Citisuk-Cikopo terdapat empat zona inti dengan zona inti 1
seluas 1,934 km², zona inti 2 seluas 9,039 km², zona inti 3 seluas 2,458
km², zona inti 4 seluas 1,862 km², dengan zona penyangga selua 13,247 km²;
batas masing-masing zona inti dan penyangga dapat dilihat pada lembar peta
2.
Blok Citireum – Cibuaya
Blok ini terletak di bagian selatan rencana KCAG Ciletuh, dapat ditempuh
dengan kendaraan roda empat dari Pelabuhan ratu sampai dengan Cibuaya,
dilanjutkan dengan roda dua. Blok Citireum – Cibuaya termasuk Kawasan
Suaka Margasatwa Cikepuh – Citireum di bawah pengawasan BKSDA
Cijaringao. Secara geomorfologi blok ini merupakan perbukitan landai
dengan ketinggian 250 m dpl. Aliran Sungai Citirem dan Sungai Cibuaya
mengalir ke arah barat bermuara di Teluk Amuran. Lembah yang terbentuk
oleh kedua aliran sungai tersebut berbentuk U, yang menandakan proses
erosi ke arah lateral lebih dominan.
Geologi daerah Blok Citireum – Cibuaya terdiri atas lava Basalt yang
berumur Pra-Tersier. Lava Basalt dicirikan oleh struktur aliran lava,
sebagian membreksi, setempat amigdaloid yang diisi kuarsa dan zeolit dan
sedikit ubahan hidrotermal. Satuan ini seolah-olah mengapung dalam satuan
batulempung dan filit yang tergerus sebagai masa dasar. Kenampakan lava
basalt sebagian berupa lava bantal, yang telah mengalami deformasi,
terdapat breksi sesar dan milonitisasi. Selanjutnya batuan di atas
ditutupi oleh batupasir kuarsa dengan sisipan tipis batubara, sedikit
batugamping terumbu yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
Secara keseluruhan Kawasan Ciletuh telah mengalami proses pencampur adukan
batuan, baik melalui aktifitas tektonik maupun sedimenter, yang
masing-masing disebut melange tektonik dan mélange sedimenter
(olitstostrom). Melange tektonik terdiri atas batuan basa dan ultra basa
(ofiolit) yang berumur Pra-Tersier, sedangkan Formasi Ciletuh bagian bawah
termasuk mélange sedimenter.
Setelah mengalami proses tektonik yang merubah berbagai kondisi lingkungan
pengendapan, maka akhirnya daerah Ciletuh menjadi daratan pada
Plio-Plistosen. Sedangkan proses terjadinya singkapan dalam bentuk
ampyiteater adalah akibat longsoran besar yang dipicu terutama oleh
tektonik, yang menyebabkan batuan yang menutupinya yaitu Formasi Jampang
bergerak ke arah laut. Selanjutnya ditinjau dari aspek perlindungan,
Kawasan Ciletuh sejak zaman Belanda telah dikenal sebagai hutan lindung
dan dikenal sebagai Suaka Margasatwa Cikepuh, merupakan bagian dari
ekosistem hutan pantai. Beberapa panorama alam seperti pantai putih,
terumbu karang, dan teluk (Ciletuh dan Amuran) serta tanjungTanaya dan
Amuran. Olah raga selancar dapat dilakukan di pantai antara Citirem –
Cibuaya ke arah Ujung Genteng. Pantai Pasir Putih merupakan habitat tempat
bertelurnya penyu hijau, berbagai jenis flora dan fauna langka masih
dijumpai di kawasan Ciletuh.
Dalam rangka penetapan KCAG Ciletuh perlu adanya koordinasi dengan
berbagai pihak dan diantaranya dengan TNI AL Marinir, mengingat daerah
sekitar G. Badak merupakan tempat latihan militer, serta BKDA Jabar I
mengingat Daerah Ciletuh merupakan Suaka Margasatwa dan Cagar Alam. Dengan
demikian penetapan Kawasan Cagar Alam Geologi lebih ditujukan khusus
kepada pengembangan ilmu alam (geoscience) baik geologi, biologi, serta
wisata minat khusus yang tidak akan merubah kondisi alam daerah tersebut.
Pada Blok Citireum ini terdapat dua zona inti dengan Zona inti 1 seluas
2,286 km², penyangga 1 seluas 2,442 km², zona inti dua seluas 2,519 km²,
zona penyangga 2 seluas 2,677 km², batas masing-masing zona inti dan
penyangga dapat dilihat pada lembar peta 3.