Kawasan Cagar Alam Geologi

"Ciletuh"

http://bughibughi.wordpress.com

Kawasan Ciletuh, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat dikenal dalam dunia ilmu geologi merupakan salah satu dari tiga tempat atau lokasi di Pulau Jawa tempat ditemukannya singkapan batuan tertua yang berumur Pra-Tersier yaitu Zaman Kapur sekitar 55 – 65 Juta tahun yang lalu. Dua lokasi lainnya adalah di Karangsambung Kabupaten Kebumen dan di daerah Bayat Propinsi Jawa Tengah.

Dari hasil inventarisasi dapat diuraikan bahwa karakteristik Kawasan Cagar Alam Geologi Ciletuh adalah sebagai berikut :

  1. Kawasan Ciletuh memiliki morfologi bentukan asal struktur, morfologi bentukan asal fluvial, morfologi bentukan asal laut, menempati suatu lembah yang dikelilingi oleh tinggian menyerupai amphyteater yang membuka ke arah Samudera Hindia menunjukan keunikan dan kelangkaan kawasan ini.

  2. Batuan penyusun Kawasan Ciletuh merupakan komplek melange, yang meliputi :
    - kerabat ofiolit (kelompok batuan ultra basa)
    - kelompok batuan metamorfik
    - kelompok batuan sedimen laut dalam
    - kelompok batuan sedimen benua
    Semua kelompok batuan tersebut terdapat sebagai bongkah-bongkah beraneka ukuran yang terkurung dalam matriks serpih tergerus, dengan kontak antar blok berupa tektonik yang memperlihatkan singkapan bagus dan jarang ditemukan di tempat lain.

  3. Kerabat ofiolit yang ada menunjukan urutan yang tidak lengkap (dismembered ophiolite) merupakan fragmen kecil kerak samudera yang dapat dipakai sebagai bukti proses geologi yang terjadi pada daerah pembenturan penunjaman lempeng samudera (subduksi); dan juga sebagai bukti mata rantai jalur penunjaman berumur Kapur Akhir. (ditempat lain bukti ini jarang sekali ditemukan).

  4. Kerabat ofiolit merupakan susunan petrotektonik perbenturan antar lempeng, sehingga ofiolit berumur tua dapat berfungsi sebagai fosil dalam merekonstruksi jalur penunjaman purba.

  5. Kawasan Ciletuh merupakan kawasan yang memperlihatkan terjadinya pendampingan dua zona yang disusun oleh batuan berasal dari lempeng samudera dan lempeng benua, sehingga kawasan Ciletuh merupakan tempat yang menarik, karena pada satu tempat tersingkap dua penggalan kerak bumi yang sangat berbeda sifatnya.

  6. Kawasan Ciletuh dapat dijadikan sebagai tempat studi petrotektonik bagi pengembangan ilmu geologi, karena ofiolit dapat menjelaskan mekanisme pembentukan prisma akresi melange (proses pembentukan melange).

  7. Kawasan Ciletuh dapat dijadikan sebagai tempat pembelajaran konsep tektonik global baru (new global tectonic) atau tektonik lempeng dengan cara mempelajri fenomena-fenomena yang ada, yaitu fenomena petrologi, asal muasal kerabat ofiolit, struktur kerabat ofiolit, status geotektonik, evolusi tektonik Jawa Barat.

  8. Aspek penunjang berupa terdapatnya flora dan fauna langka serta hamparan pantai yang memunculkan singkapan batuan serta unsur geologi lainnya dengan panorama yang indah, menambah nilai langka, unik dan khas yang perlu dilindungi di kawasan ini.
    Kawasan Ciletuh yang merupakan kawasan berkarakter perbukitan bergelombang hingga landai, memiliki pantai yang indah dengan hamparan pasir putih, karena terdiri atas pasir kuarsa. Deburan ombak yang bagus dan air yang jernih menghadap Samudera Hindia. Kawasan Ciletuh dibagi menjadi tiga blok dari utara ke selatan, yakni Blok Gunung Badak, Blok Citisuk-Cikepuh, dan Blok Citirem-Cibuaya.

     

 

  1. Blok Gunung Badak;
    Blok ini berada di bagian paling utara KCAG Ciletuh. Lokasinya dapat dicapai melalui jalan darat dan laut. Jalan darat dengan rute Sukabumi – Bagbagan (palabuhanratu) – Ciemas – Cikadal atau Ciwaru dengan jarak tempuh ± 100 km. Kondisi jalan dari Bagbagan sampai dengan Ciwaru dapat dilalui minibus atau Elf. Dari Ciwaru dilanjutkan dengan roda dua melewati Sungai Cikadal, sedangkan jalan laut dengan motorboat atau perahu.
    Yang termasuk Blok Gunung Badak termasuk pulau-pulau kecil seperti P. Manuk, Pulau Mandra, Pulau Kunti, dan Karang Haji, dengan luas Blok Gunung badak sekitar 1.375 km². Gunung Badak merupakan bukit dengan ketinggian 153 m dpl. Memperlihatkan tiga jalur punggungan yang memancar dari puncaknya masing-masing ke arah barat laut, utara, dan selatan yang masing-masing tersusun oleh komposisi batuan yang berbeda.
    Batuan tertua yang tersingkap di Gunung badak adalah kerabat ofiolit (peridotit, gabro, lava, basalt). Kelompok batuan tersebut merupakan batuan yang berasal dari erupsi pematang tengah samudera (mid oceanic ridge), kelompok batuan ini bukan merupakan intrusi, melainkan berupa alokhton (bongkah besar yang berasal dari tempat lain) yang tersingkap secara tektonik karena pengaruh pergerakan lempeng samudera yang bertumbukan dengan lempeng benua. Selanjutnya pada zona tumbukan tersebut dihasilkan batuan metamorfik seperti filit, amfibolit, sekis, dan serpentinit. Pada daerah tersebut juga dicirikan oleh adanya batuan sedimen laut dalam yaitu graywacke, batugamping, rijang, dan serpih. Secara setempat komplek batuan ini diterobos oleh gabro berupa dike.
    Sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi, Blok Gunung Badak dibagi menjadi 4 (empat) zona inti, dengan zona inti 1 seluas 1,229 km², zona inti 2 seluas 0,107 km², zona inti 3 seluas 0,106 km², dan zona inti 4 seluas 0,102 km², dengan zona penyangga seluas 2.399 km²; batas masing-masing zona inti dan penyangga dapat dilihat pada lembar peta 1.

  2. Blok Citisuk – Cikepuh
    Blok ini terletak di bagian tengah rencana KCAG Ciletuh, dapat ditempuh melalui jalan darat dengan kendaraan roda empat sampai dengan Ciemas, dan dilanjutkan dengan roda dua. Dapat pula ditempuh dengan jalur laut dari muara Sungai Cikadal hingga ke muara Sungai Cikepuh. Geomorfologi berupa perbukitan bergelombang dengan ketinggian antara 50 s/d 250 m dpl. Batuan Pra-Tersier berupa batuan basa, ultra basa, dan metamorfik, lava basalt, gabro, peridotit, dan sekis yang tersingkap di Gunung Beas, Pasir Luhur, dan aliran Sungai Citisuk.
    Di Gunung Beas biasa disebut Formasi Ultra basa karena litologinya didominasi oleh peridotit dan dunit, sementara di Pasir Luhur disebut Formasi Metamorfik karena didominasi oleh sekis. Sedangkan batuan Tersier terdiri atas batupasir kuarsa dengan sisipan tipis batubara, serpih dan konglomerat kuarsit, merupakan daerah yang ideal untuk mempelajari sikuen lingkungan pengendapan dari model fluviatil hingga laut dalam, chanel dan turbidit.
    Blok Cikepuh-Citisuk-Cikopo terdapat empat zona inti dengan zona inti 1 seluas 1,934 km², zona inti 2 seluas 9,039 km², zona inti 3 seluas 2,458 km², zona inti 4 seluas 1,862 km², dengan zona penyangga selua 13,247 km²; batas masing-masing zona inti dan penyangga dapat dilihat pada lembar peta 2.

  3. Blok Citireum – Cibuaya
    Blok ini terletak di bagian selatan rencana KCAG Ciletuh, dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dari Pelabuhan ratu sampai dengan Cibuaya, dilanjutkan dengan roda dua. Blok Citireum – Cibuaya termasuk Kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh – Citireum di bawah pengawasan BKSDA Cijaringao. Secara geomorfologi blok ini merupakan perbukitan landai dengan ketinggian 250 m dpl. Aliran Sungai Citirem dan Sungai Cibuaya mengalir ke arah barat bermuara di Teluk Amuran. Lembah yang terbentuk oleh kedua aliran sungai tersebut berbentuk U, yang menandakan proses erosi ke arah lateral lebih dominan.
    Geologi daerah Blok Citireum – Cibuaya terdiri atas lava Basalt yang berumur Pra-Tersier. Lava Basalt dicirikan oleh struktur aliran lava, sebagian membreksi, setempat amigdaloid yang diisi kuarsa dan zeolit dan sedikit ubahan hidrotermal. Satuan ini seolah-olah mengapung dalam satuan batulempung dan filit yang tergerus sebagai masa dasar. Kenampakan lava basalt sebagian berupa lava bantal, yang telah mengalami deformasi, terdapat breksi sesar dan milonitisasi. Selanjutnya batuan di atas ditutupi oleh batupasir kuarsa dengan sisipan tipis batubara, sedikit batugamping terumbu yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
    Secara keseluruhan Kawasan Ciletuh telah mengalami proses pencampur adukan batuan, baik melalui aktifitas tektonik maupun sedimenter, yang masing-masing disebut melange tektonik dan mélange sedimenter (olitstostrom). Melange tektonik terdiri atas batuan basa dan ultra basa (ofiolit) yang berumur Pra-Tersier, sedangkan Formasi Ciletuh bagian bawah termasuk mélange sedimenter.
    Setelah mengalami proses tektonik yang merubah berbagai kondisi lingkungan pengendapan, maka akhirnya daerah Ciletuh menjadi daratan pada Plio-Plistosen. Sedangkan proses terjadinya singkapan dalam bentuk ampyiteater adalah akibat longsoran besar yang dipicu terutama oleh tektonik, yang menyebabkan batuan yang menutupinya yaitu Formasi Jampang bergerak ke arah laut. Selanjutnya ditinjau dari aspek perlindungan, Kawasan Ciletuh sejak zaman Belanda telah dikenal sebagai hutan lindung dan dikenal sebagai Suaka Margasatwa Cikepuh, merupakan bagian dari ekosistem hutan pantai. Beberapa panorama alam seperti pantai putih, terumbu karang, dan teluk (Ciletuh dan Amuran) serta tanjungTanaya dan Amuran. Olah raga selancar dapat dilakukan di pantai antara Citirem – Cibuaya ke arah Ujung Genteng. Pantai Pasir Putih merupakan habitat tempat bertelurnya penyu hijau, berbagai jenis flora dan fauna langka masih dijumpai di kawasan Ciletuh.
    Dalam rangka penetapan KCAG Ciletuh perlu adanya koordinasi dengan berbagai pihak dan diantaranya dengan TNI AL Marinir, mengingat daerah sekitar G. Badak merupakan tempat latihan militer, serta BKDA Jabar I mengingat Daerah Ciletuh merupakan Suaka Margasatwa dan Cagar Alam. Dengan demikian penetapan Kawasan Cagar Alam Geologi lebih ditujukan khusus kepada pengembangan ilmu alam (geoscience) baik geologi, biologi, serta wisata minat khusus yang tidak akan merubah kondisi alam daerah tersebut.
    Pada Blok Citireum ini terdapat dua zona inti dengan Zona inti 1 seluas 2,286 km², penyangga 1 seluas 2,442 km², zona inti dua seluas 2,519 km², zona penyangga 2 seluas 2,677 km², batas masing-masing zona inti dan penyangga dapat dilihat pada lembar peta 3.