Pantai Pangumbahan di Ujung Genteng, sekitar
70 kilometer selatan Sukabumi atau sekitar 250 kilometer dari Jakarta, kesohor
dengan wisata alamnya. Di pantai yang berpasir putih dan lembut ini merupakan
tempat yang disukai penyu hijau untuk bertelur.
Kawasan pantai tempat penyu hijau bertelur ini luasnya mencapai 115 hektar.
Cukup mudah untuk mencapainya melalui jalan darat yang telah beraspal.
Sesampai di Pantai Ujung Genteng, disambung dengan ojek sejauh 5 kilometer
atau dengan kendaraan pribadi melewati jalan tanah menuju Pangumbahan,
dan cukup sulit untuk menembusnya.
Pantai Pangumbahan adalah tempat yang disukai penyu hijau atau chelonia
mydas untuk bertelur, dibandingkan dengan tiga titik lokasi habitat penyu
di tempat lain masih di kawasan selatan Sukabumi.
Puncak musim bertelur penyu ini, berlangsung mulai Agustus sampai Maret.
Setiap musimnya, seekor penyu akan bertelur sebanyak 3 sampai 5 kali,
sejak berusia tujuh tahun. Di saat musim bertelur, sedikitnya ada 10 ekor
penyu yang bertelur di Pantai Pangumbahan.
Biasanya di musim bertelur ini lah, kawasan Pantai Pangumbahan ramai
dikunjungi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung proses reproduksi
penyu.
Hewan yang dikenal sangat lamban jika berjalan itu, butuh perjuangan
berat untuk bertelur. Ia sangat selektif mencari tempat bertelur. Penggalian
sarang akan dihentikan, jika tiba-tiba menemui ranting atau sampah. Sayang,
perjuangan berat penyu untuk bertelur, seringkali berakhir sia-sia. Selama
ini penyu menjadi sasaran empuk manusia.
Telurnya yang sebesar bola ping pong itu, sebelum menetas sudah menjadi
santapan manusia. Bukan hanya itu, daging penyu juga menjadi makanan manusia
dan tempurungnya diawetkan untuk dijadikan hiasan. Namun, ketika mampu
bertahan hidup, penyu itu sulit sekali mencari tempat bertelur karena
rusaknya lingkungan.
Memang upaya pelestarian penyu bukan perkara mudah. Seekor penyu bertelur
pada usia 20 tahun hingga 100 tahun. Sekali bertelur antara 80 hingga
200 butir. Dari 1000 butir telur penyu yang ditetaskan, hanya 2 ekor yang
bisa bertahan hidup hingga mencapai usia produktif.
Penyu lainnya mati karena terkena jaring nelayan, disantap ikan atau
dimangsa predator lain. Ancaman yang paling berbahaya memang ulah manusia.
Tingginya harga jual telur maupun daging penyu membuat hewan tersebut
menjadi buruan manusia. Sebut saja satu butir telur penyu hijau harganya
2500 hingga 3000 rupiah. Tak heran, jika penjarahan telur penyu kerap
terjadi.
Tampaknya upaya pelestarian penyu, perlu segera ditangani dengan melibatkan
masyarakat setempat. Sehingga penyu hijau sebagai hewan langka dan dilindungi
undang-undang, dapat dimanfaatkan bersamaan, sebagai potensi wisata tanpa
mengorbankan pelestarian penyu itu sendiri.(Idh)
|