Pesona Pantai Pangumbahan

Place: Friday, 11 Feb 2005 10:31:52 WIB

Pantai Pangumbahan di Ujung Genteng, sekitar 70 kilometer selatan Sukabumi atau sekitar 250 kilometer dari Jakarta, kesohor dengan wisata alamnya. Di pantai yang berpasir putih dan lembut ini merupakan tempat yang disukai penyu hijau untuk bertelur.

Kawasan pantai tempat penyu hijau bertelur ini luasnya mencapai 115 hektar. Cukup mudah untuk mencapainya melalui jalan darat yang telah beraspal. Sesampai di Pantai Ujung Genteng, disambung dengan ojek sejauh 5 kilometer atau dengan kendaraan pribadi melewati jalan tanah menuju Pangumbahan, dan cukup sulit untuk menembusnya.

Pantai Pangumbahan adalah tempat yang disukai penyu hijau atau chelonia mydas untuk bertelur, dibandingkan dengan tiga titik lokasi habitat penyu di tempat lain masih di kawasan selatan Sukabumi.

Puncak musim bertelur penyu ini, berlangsung mulai Agustus sampai Maret. Setiap musimnya, seekor penyu akan bertelur sebanyak 3 sampai 5 kali, sejak berusia tujuh tahun. Di saat musim bertelur, sedikitnya ada 10 ekor penyu yang bertelur di Pantai Pangumbahan.

Biasanya di musim bertelur ini lah, kawasan Pantai Pangumbahan ramai dikunjungi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung proses reproduksi penyu.

Hewan yang dikenal sangat lamban jika berjalan itu, butuh perjuangan berat untuk bertelur. Ia sangat selektif mencari tempat bertelur. Penggalian sarang akan dihentikan, jika tiba-tiba menemui ranting atau sampah. Sayang, perjuangan berat penyu untuk bertelur, seringkali berakhir sia-sia. Selama ini penyu menjadi sasaran empuk manusia.

Telurnya yang sebesar bola ping pong itu, sebelum menetas sudah menjadi santapan manusia. Bukan hanya itu, daging penyu juga menjadi makanan manusia dan tempurungnya diawetkan untuk dijadikan hiasan. Namun, ketika mampu bertahan hidup, penyu itu sulit sekali mencari tempat bertelur karena rusaknya lingkungan.

Memang upaya pelestarian penyu bukan perkara mudah. Seekor penyu bertelur pada usia 20 tahun hingga 100 tahun. Sekali bertelur antara 80 hingga 200 butir. Dari 1000 butir telur penyu yang ditetaskan, hanya 2 ekor yang bisa bertahan hidup hingga mencapai usia produktif.

Penyu lainnya mati karena terkena jaring nelayan, disantap ikan atau dimangsa predator lain. Ancaman yang paling berbahaya memang ulah manusia. Tingginya harga jual telur maupun daging penyu membuat hewan tersebut menjadi buruan manusia. Sebut saja satu butir telur penyu hijau harganya 2500 hingga 3000 rupiah. Tak heran, jika penjarahan telur penyu kerap terjadi.

Tampaknya upaya pelestarian penyu, perlu segera ditangani dengan melibatkan masyarakat setempat. Sehingga penyu hijau sebagai hewan langka dan dilindungi undang-undang, dapat dimanfaatkan bersamaan, sebagai potensi wisata tanpa mengorbankan pelestarian penyu itu sendiri.(Idh)

Sumber: Indosiar.com