Bertamasya ke Ujung Genteng bersama
majalah Tamasya

http://groups.yahoo.com/group/tamasyaclub

Akhirnya .... tanggal 30 Desember yang ditunggu-2 datang juga, setelah seharian penuh pada Kamisnya nyiapin ini itu untuk dibawa. Matahari masih sungkan untuk menampakkan diri di ujung timur, kita semua 40 orang ksatria dan juwita telah kumpul di Grand Ballroom Hilton, sembari sarapan pastry dan coffee serta teh hangat yang disediakan oleh Hilton, satu persatu peserta trip ke Ujung Genteng absen dan langsung diberikan Goodie bag yang isinya Nestle air mineral, Milo sachet, Nivea sun block, tetes mata Rohto, Lip Ice, topi tamasya, dan majalah Tamasya tentunya.
Usai briefing singkat dan berdoa bersama, masing-2 langsung ambil posisi di kendaraan yang telah disiapkan, tepat pukul 06.30, kita beranjak pelan meninggalkan Jakarta, so long 'ruwet' city.
Perjalanan sempat berhenti di Pom Bensin sesudah Cicurug, seperti biasa, mobilnya minum, penumpangnya buang air minum. tapi ada juga yang makan nasi uduk ( bawa dari rumah) wah pokoke piknik habis deh, padahal kita dah nyiapin snack, tapi mungkin itu ngak seberapa, belum masuk nasi belum kenyang kata yang makan nasi uduk.
Di daerah Cibadak, kendaraan berbelok ke kiri, melewati perbukitan dan ditemani oleh turunnya air hujan, sempat melewati komp militer Yonif 301 (buat apa ya disana ada komplek militer ? itu yg ada dibenak saya saat itu) ada 2 lagi komp militernya satu lagi punya Marinir.
Perjalanan di perbukitan tidaklah terlalu nyaman, semua penumpang dibuat mumet dan puyeng, oleh jalan yang berliku-2, pokoke duduk begini salah, begitu juga salah. naik turun, kelok kanan, kelok kiri, sebelah kiri jurang, kanan tebing, kalo ada mobil dari depan mesti pelan-2 banget, biar kita nggak kecemplung ke jurang.
Rasa mumet sedikit terobati, pemandangan alam Sukabumi, sangat mencengangkan, alam terbuka hijau terlihat dimana-2, hutan liar, dan lembah yang dalam, menjadi pemandangan unik tersendiri. walau ada juga yang gundul.
Jujur saya ngak bisa tidur selama perjalanan, walau mata tampak berat, karena perjalanan yang meliuk-2 membuat badan terasa tidak bisa dibawa untuk tidur. Sebelum memasuki desa Kiara Dua, kita melihat pemandangan Kebun Teh yang terhampar luas tak berbatas, entah milik siapa, tapi melihat kegiatan tukang petik teh, senda gurau mereka, walau tak terdengar, membuat rasa mual sirna. Selepas desa Kiara Dua, kita memasuki desa Jampang Kulon, dan tak lama kemudian kita masuk ke desa Surade.
Surade merupakan desa kecil terakhir sebelum pantai Ujung Genteng, hmm masih sejam lagi perjalanan, perut dah mulai ngak bisa kompromi neh, Luapaaaarrr beratzzzz. Ditengah jalan kita sempat berhenti sebentar untuk menyambut Guide kita, Bapak Petrus Suryadi, yang ngak taunya temen kecil saya, wuah main sepeda bareng, maen motor bareng, ngak nyangka.
Menjelang Ujung Genteng (UG), kita memasuki perkebunan kelapa rakyat, yang katanya milik bekas penguasa dinegara ini ( tau kan siapa ?) luas banget loh kebunnya, berbatasan dengan bibir pantai sampai pebukitan diatas, panjang banget lagi, isinya kebun kelapa melulu. Ngak lama setelah bayar retribusi kita belok kanan, melalui jalan berbatu, oh iya selama perjalanan dari Cibadak sampe Surade, jalanan ngak begitu mulus-2 banget, adalah kerikil-2 tajam yang menghadang ..., digoyang -2 lagi nih kita dijalan berbatu, begitu mentok belok kiri, ngak lama dari situ, hamparan pasir putih dan deburan ombak membuat saya teriak dalam hati ... wuaaahh keren banget, sayang Hujan ... hiks.
Nyampe Hotel, makanan belum siap ... ugh sebel sesebel sebelnya, ada yang nunggu makanan, ada juga yang minta jatah kamar sembari menunggu makanan tiba. Jam 13.30 makanan keluar dari dapur, tanpa aba-2 kita semua menyerbu, ngak disangka ngak dinyana, dalam waktu sekejap, ludes tidak bersisa.
Perut kenyang kantuk pun datang, hmmm kayaknya pepatah ini menyerang semua touristnya tamasya, Jam 15.00 kita kumpul kembali di restoran hotel, selang setengah jam berikutnya datang 41 sepeda motor menyerang pondok hexa ... ada apa ini, dengan segala macam atribut di motornya dan suara yang meraung-2, semua tertegun melihat sepeda-2 motor tersebut. "ada apa nih Yos ? " hmmm perjalanan kita ke Cipanarikan tidak bisa dilalui dengan kendaraan roda 4 atau 6, maka kita naik ojek, jawab saya ... huuuuaaaaaaa ngak dijakarta nagk di UG, naik ojek juga ... huahahahaha. setelah memilih tukang ojek yang ganteng-2 dan keren-2, kita berjalan pelan keluar hotel. begitu saya menengok kebelakang, loh kok tukang ojeknya kayak kenal gini ... setelah ditajamkan penglihatan ... Gusti membonceng tukang ojek ... hauahahahahaha.
Perjalanan cukup seru bayangin aja 41 sepeda motor mulai dari bebek, hingga trail beriringan, gimana ngak heboh. menyeberang muara kecil dan besar, melalui medan berlumpur, rawa yang tinggi, gerombolan sapi dan kambing, hutan, wah pokoke adventure habis lah.
Sesampainya di pondok di tengah hutan, semua motor ambil posisi parkir dan penumpangnya pada turun, Pak Petrus langsung memberikan instruksi kepada turis tamasya, untuk trekking melalui hutan bakau, hmm ngak jauh sih cuman 100 - 150 meter lah, banyak lubang kepiting disana-sini, mungkin juga ular kali ya kalo kita ngeliat keatas.
Ngak lama kemudian terdengar suara gemuruh ombak dan ... what a great view ... amazing muara cipanarikan. hamparan pasir putih terlihat membentang sepanjang pantai, hmmm masih perawan banget nih pantai.
Beberapa peserta yang masih belasan tahun langsung menceburkan diri bermain dengan ombak, ngak lama kemudian ... orang tuanya ikutan menyusul, yang punya kamera sibuk memotret pemandangan dan motret diri sendiri ... wuah narsis banget ...., Ada beberapa yang teriak melawan suara deburan ombak, ada juga yang main galasin ... cuapek juga ya ngejar-2 anak kecil itu ...
Rasa lelah langsung terobati ketika pasukan ojek datang sambil membawa kelapa muda ... wuuuiiiihhhh seger banget bow.
Rencana mengejar sunset ngak tercapai, cuaca mendung kurang bersahabat, jadi tepat pukul 17.30 kita beranjak dari Cipanarikan ... so long beauty beach ... I will come back again sooner.

 

Menuju hotel kita sempat dihadang oleh segerombolan sapi, yang sedang merumput, mereka sangatlah bersahabat, senyum dan suara yang dikeluarkan dari mulut mereka sangatlah beragam menyambut kepulangan kita dari muara cipanarikan.
Setibanya di hotel, beberapa langsung masuk kamar bebersih dari air asin yang membasahi tubuh, sekitar jam 19.30, kita berkumpul kembali di ruang restoran, melahap habis menu makanan yang disediakan, banyak cerita yang keluar dari mulut peserta, mulai dari pekerjaan, tempat wisata hingga memuji keindahan muara cipanarikan. Jam dinding di restoran sudah menunjukkan pukul 20.30 ketika para tukang ojek sewaan berdatangan menjemput kami guna menyaksikan para penyu yang mendarat di Pangumbahan. Indah dan Renti memutuskan untuk tetap tinggal di hotel, menikmati indahnya malam.
Kami ber 39 melakukan perjalanan malam dengan ojek, lengkap dengan baju hangat, senter dan day pack, rute yang dilalui sama persis dg rute waktu kita sore tadi ke cipanarikan, Perjalanan sempat terhenti sejenak, akibat gerombolan sapi yang menghalangi jalan, ngak nyangka mereka tetap merumput walau gelap gulita … kalo mereka salah makan gimana ya … itu kan gelap banget. Perjalanan semakin menantang karena disamping gelap, para tukang ojek harus memilih jalan yang tepat, karena air muara sudah mulai naik.
Setibanya di Pangumbahan, kami dapat kabar ada satu ekor sudah selesai bertelur dan sedang menunggu untuk kembali ke laut, begitu kami mau beranjak kesana, dapat kabar lagi bahwa penyu tersebut sudah masuk laut lagi … ughh berarti kita mesti nungguin dong.
Pawang penyu memberi pesan kepada kami untuk tidak menyalakan senter, hal ini untuk menghindari penyu tersebut enggan mendarat di pantai, wuah jadi gelap banget, garis pantai tidak terlihat, tapi Barry tetap dengan aksinya potret sana potret sini, sehingga lampu blitznya menyilaukan mata.
Selang waktu setengah jam, kami berjalan kearah barat, untuk menengok teman kami … yang bernama penyu …, perjalanan menuju teman kami tersebut sangat seru … ditengah-2 kami melihat jejak kaki dan badan penyu yang telah bertelur … hmmm mungkin ada sekitar 4 – 5 jejak mereka.
Tetap dengan kondisi tidak boleh menyalakkan senter, membuat kami harus meraba-2 jalan, dan konsentrasi tinggi, takut salah arah … ntar jadinya nyemplung ke laut lagi. Ngak lama kemudian kami melihat banyak cahaya bersahutan, hmm rombongna yang didepan sedang kencan dengan penyu rupanya. Lagkah kaki mulai dicepatkan tak tahan melihat teman yang sedang digoda. Setibanya disana, … it’s amazing … penyu berumur 70 tahun itu sudah kelar bertelur .. berdiameter kurang lebih 75 cm, membuat kami semua tertegun, dan sadar bahwa mahluk yang hampir punah ini sedang menangis … loh kenapa ? apakah dia sedang patah hati … halah.
Setelah bertanya dengan kang Adang, penjaga penyu, ternyata penyu memang seperti itu kalo sedang bertelor … mungkin sedih kalie … habis bertelor, terus telornya ditinggal di dalam pasir … oh iya proses bertelor mereka memakan waktu 3 jam, 1 jam pertama ia menggali pasir … 1 jam kemudian dia bertelor, dan 1jam terakhir dia istirahat, kecapean setelah bertelor kurang lebih 100 butir.
Kita tidak bisa menyaksikan mereka pada saat sedang naik, dan bertelur, karena takutnya dia grogi dilihat banyak orang, terus ngak jadi bertelur deh. Musim mereka bertelur banyak adalah antara April hingga Agustus, dalam semalam bisa puluhan penyu yang naik, beruntung kemaren kita bisa menemukan kurang lebih 10 jejak penyu.
Malam semakin larut, jam sudah menunjukkan pkl 10.00, hujan pun turun dengan deras, ketika kami menyaksikan penyu tadi mulai beranjak pergi menghampiri air laut meninggalkan lubang dimana ia bertelur. So long my man, we’re gonna take care your eggs until become a tukik. Dari sekian ribu telur yang menetas menjadi tukik, hanya dibawah 10 % yag bisa menjadi induk dan mencapai umur 60 – ratusan tahun untuk kemudian bertelur.
Perjalanan pulang dari pangumbahan lebih seru, dibarengi dengan turunnya hujan yang deras, kita melalui hamparan rawa dan muara yang makin meninggi seiring dengan debit air yang turun, tapi uniknya ditengah jalan kita tetap menyaksikan sapi-2 tetap merumput, wah busyet … kapan tidurnya nih hewan, dah gitu gede-2 pula sapinya. Setibanya di hotel, tanpa banyak bicara kita langsung menuju tempat tidur, dengan dibalut selimut atau sleeping bag, udara yang cukup dingin menjadi tak terasa.
Pagi hari tanggal 31 des, kami dibangunkan oleh cuaca mendung, selang beberapa waktu setelah sarapan, hujan besar turun dari langit, sempat membuat halaman hotel terendam cukup tinggi. Jam 10.00 kita semua beranjak menuju ke air terjun Cikaso, cuaca sepanjang perjalanan hanya mendung aja, setibanya di tepi sungai Cikaso yang cukup lebar, kami semua turun dari bis. Dengan menggunakan tiga buah perahu, kami bersemangat untuk melalui sungai. Tak dinyana tak dikira, semua berpikir bahwa kita akan berperahu cukup jauh … eh ngak tahunya cuma 5 menit saja, sungainya keren warnanya hijau, lagi seru-2nya mengagumi keindahan sungai … eh sudah sampai, perjalanan dilanjutkan dengan trekking, Cuma 100 meteran lah, tapi medannya cukup lumayan berat, lumpur tipis membuat perjalanan menjadi terasa lambat karena banyak yang terpeleset disana sini. Suara deburan air terjun semakin jelas terdengar, langkah pun semakin cepat tidak perduli dengan lumpur yang tidak bersahabat, dan ketika tiba tepat didepan air terjun semua tertegun … tiga buah air terjun dengan rentang jarak kurang lebih 2 meter membuat semua terkesima, dan semua kamera keluar dari saku … ada yang motret sambil jongkok, beramai-2, sendirian ( hmmm narsis banget tuh ), hingga terbengong-bengong menyaksikan keindahan curug cikaso. Satu jam kita menyaksikan keindahan air terjun tersebut, perjalana dilanjutkan ke pantai karang Amanda Ratu, gugusan karang di tepi hotel Amanda Ratu, sebuah resort yang cukup indah untuk ukuan Ujung genteng, membuat masing-2 peserta ambil posisi untuk mengabadikan keindahan muara dan karang yang ada. Saya sempat turun hingga kekarang yang langsung menghadap Samudera Indonesia, sepanjang mata memandang isinya … airrrr lauuut semua, deburan ombak yang pecah menimpa karang sempat membasahi badan saya, banyak terlihat kepiting kecil berlarian ngumpet ngeliat saya … hmmm, ada raksasa datang katanya, apa seh.
Setengah jam kita berada di Amanda ratu, dilanjutkan dengan menyaksikan pembuatan gula merah oleh penduduk sekitar, masih tradisional banget buat gula merahnya, kata mereka untuk bisa menjadi gula memakan waktu 6 jam, diaduk terus di atas wajan besar yang biasa tukang keripik singkong pake. Ngak pegel bu ?
Pukul 14.00 kami kembali ke hotel disambut menu makanan yang sangat lezat, tanpa banyak bicara semua menyantap habis menu makanan sunda hari itu, tak bersisa sama sekali. Usai makan, saya membebaskan kepada peserta untuk melakukan aktivitas bebas, kalo ada yang mau berenang di laut depan hotel, atau mau bantuin saya buat terompet, motongin cabe, atau mau tidur, atau mungkin mau janjian ama tukang ojek yang tadi malam menjadi partner … kang Ricky, kumaha damang ? jalan-2 yuks.
Lepas makan malam, waktu yang ditunggu telah tiba … menyambut pergantian tahun, Gusti dengan segala kekonyolannya membuat games dengan atribut topeng yang membuat 6 orang peserta belepotan coklat, dan kemudian ada yang show menari didepan semua peserta, hingga pembagian door prize menginap di hotel hilton, ajak-2 yah.
Tepat pukul 00.00 semua terompet dibunyikan, malam pergantian tahun yang dihiasi dengan turunnya hujan tidak membuat surut peserta yang berumur belasan tahun untuk bermain kembang api dihalaman. Dengan semangat juang yang tinggi kami semua meniup terompet tahun baru sekencang-kencangnya, hingga memekakan telinga, ada yang sampai tiga terompet ditiup jadi satu, ada yang meniup tapi pelan, ada juga yang cuma berbunyi mpppffffff. Semua tertawa, ber gembira, bersenda gurau, dan yang tak mungkin dilewati … foto-2 … tetttteeeeep.
Eh disambung lagi ya … jangan bosen-2 membacanya.

 

Pada malam pergantian tahun tersebut, berbagai pernak pernik disediakan, ada konveti, terompet, konveti spray, kembang api tapi setelah dipikir-pikir ada yang kurang … ngak ada musik … dan uniknya ngak ada yang sadar, atau sadar tapi pura-2 cuek kali ya. Hidangan ikan dan udang bakar disajikan terpisah, dengan baluran sambal kecap dan botol, dapat menyapu udara dingin yang menusuk tulang, tapi tetep aja loh ada yang pake tank top … Gusti, ughhhh ngak nahan bow. Selamat Tahun Baru 2006, temans.
Rencana pagi hari diawal 2006 menyaksikan matahari terbit di pantai timur sirna, awan gelap yang menyelimuti langit ujung genteng tak mau beranjak pergi. Setelah sarapan, kita berjalan menuju dermaga di ujung genteng, perjalanan dimulai dari pasar ikan, hmm ngak begitu banyak ikan yang tersedia, karena musim dan anginnya lagi ngak bagus kata para nelayan, harga udang hari itu Rp. 90.000,- perkilo, lobster Rp. 100.000,- ikan laut Rp. 25.000 – 45.000,- per kilo, hampir sama dengan Jakarta kata banyak peserta,jadi ngak pada beli ikan deh.
Menyusuri pantai timur banyak terdapat perahu nelayan, bisa ditebak kan … semua langsung pasang pose bak super model papan atas, tapi ada juga yang bermain dengan kumang, ada yang dibikinin rumah, jalur busway, wah pokoknya terik matahari pagi itu tidak mempengaruhi cara mereka menikmai pantai tersebut. Entah kenapa waktu kita disana kurang lebih jam 10.00 matahari bersinar dengan amat terangnya, hingga menyilaukan mata, apalagi pas tiba di pantai dekat dermaga ujung genteng, dengan hamparan pasir putih lebih menyilaukan mata. Didekat dermaga tersebut terdapat lebih banyak lagi perahu nelayan yang sedang berlabuh, pemandangan pasir putih yang bersih serta air laut yang jernih memudarkan teriknya cahaya matahari. Tak jauh dari situ kami melihat adegan porno … sekelompok anak kecil mandi di laut dengan tanpa busana, busyet deh badan mereka kling-2 banget, kontras berat dengan pasirnya.
Tak lama kemudian, kami melihat suatu fenomena alam diawal tahun 2006, Hollow … sebuah lingkaran warna warni besar yang mengelilingi matahari jelas terlihat, tak ayal lagi banyak yang langsung motret, walau hasilnya gelap semua, karena kalah kuat dengan sinar mataharinya yang lagi terik banget.
Pukul 12.00, kita beranjak dari dermaga ujung genteng, sebuah dermaga lama yang sudah mulai runtuh, untuk menuju ke hotel, sembari menunggu makan siang siap, kami packing barang-2 kembali untuk dibawa pulang, cukup lama kami menunggu makan siang hari itu, banyak menu tambahan kagetan. Tak lama setelah makan, kami digiring oleh Gusti ke tepi pantai depan hotel, sinar matahari yang terang, langit yang biru, hamparan pasir pantai yang putih, jajaran karang yang menyeruak dari balik air laut, dan deburan ombak yang tak kunjung henti seakan telah menanti kita untuk mengucapkan selamat tinggal.
Selesai berfoto bersama di tepi pantai, tepat pukul 14.00 kami semua beranjak pulang dari Ujung Genteng tiba di Hilton Jakarta, sekitar jam 21.30. wajah lelah tampak dari semua peserta yang turun dari kendaraan, jemputan datang silih berganti, Selamat Istirahat kataku.
Terima Kasih saya ucapkan kepada Allah SWT, semua peserta yang telah mengikuti trip ini, suatu perjalanan indah yang melelahkan, banyak memang kekurangan yang terjadi selama perjalanan ini, yang pastinya akan menjadi cambuk buat saya agar lebih baik lagi. Terima kasih juga kepada seluruh tim Tamasya, yang mendukung perjalanan ini, Pak Petrus yang menjadi guide kami selama disana, tukang ojek, tukang bakar-2, ibu Inge, para Penyu yang menyambut kami dengan senyuman, para supir travel yang mengemudikan kendaraannya gila-2an hingga membuat kami yang di L-300 mumet semua. Dan terakhir terima kasih kepada pantai Ujung Genteng, keindahanmu yang entah sampai kapan akan terjaga telah membuat kami terpana.
Thank you all, see you on the next trip that I will be make.
 
Love you all,
-YOSHI-