Ujung Genteng, Perjuangan Dengan Akhir Bahagia

http://khoimut.multiply.com

Akhir maret kemaren akhirnya kesampaian juga rencana jalan2 ke Ujung Genteng (UG) 30 Maret – 1 April 2007. Ama siapa??? Not with my folks…. Tapppiii… barengan dengan trip oleh suatu milis pecinta bahari Alpha Dolphin (ngakunya siy pecinta bahari, but most the active members are dive addicted only).

Cabut dari Jakarta jum’at malam (30 Maret at 11 PM) dengan bus sedang berAC. Total perjalanan 6 jam, so pagi buta jam 5 AM kita dah nyampe di UG. Mungkin banyak yang nanya2 dimanakah lokasi UG itu? Bokapku sendiri waktu gw pamitin bilang, “Lah cuma ke atep rumah aja musti pake nginep segala??” Idihh garing ya? UG is located in the south of Sukabumi - Jabar, near Pelabuhan Ratu.

Usai bagi2 kamar di Pondok Hexa, masing2 pada clean up + SKSD w/ their roommates terutama buat yang sorangan wae macam gw. Agenda hari ini adalah mengunjungi beberapa pantai di sekitar : Ombak Tujuh (O7), Batu Keris, Cibuaya dan Cipanarikan. Naik apa?? Naik OJEK sodara2!! Ho Ho … ga kbayang kan jalan2 offroad gitu naek ojek? Beneran, mengikuti jumlah peserta sekitar 24-an maka konvoi ojek pun akhirnya dilaksanakan. Eng. ..ing…eng….. Lokasi ga jauh dari dekat Pondok Hexa, 5 minutes only.
So far pemandangan biasa aja, yang mencolok adalah banyaknya pemancing yang ada disitu. Rupanya area ini mamang fishing area. Nama Cibuaya diambil oleh karena konon di situ doeloe banyak terdapat buaya. Sekarang? Yang ada BUSYET!! buaya darat..

Lanjuuut, ke Pantai Ombak Tujuh dan Batu Keris Nah disinilah uji nyali dan mental dilakukan. Tanpa banyak cincong deh, liat aja fotonya. Thanks to kang Petrus who’s very generous to share the files. Baru berselang 20 menit dari Cibuaya, tiba-tiba mendung menggantung diiringi hujan rintik2. Perjalanan yang (katanya) hanya 3 jam (??) bener2 menjadi arena adventure yang tak terlupakan.

Terhitung 3 sungai harus dilewati, jalan setapak dengan semak-semak setinggi orang dewasa dengan duri2 tajamnya… hujan yang tak berperikemanusiaan… rasanya seperti jalan tak ada ujung deh!! Belum lagi kubangan lumpur yang bikin manusia maupun motor terseok2 saking selip dimana-mana. Madek, salah satu peserta yang paling bawel, terhitung sukses 2x merosot dikubangan lumpur… Yah… jd mirip2 sapi lah… baik bentuk maupun bau badannya he he.. Lebih ancur lagi bontot (bekal nasi) untuk makan siangku pun ikut jadi bubur gara2 bercampur dengan hujan. Heh… nasib nasib….

Satu hal yang takterlupakan, saat melewati sungai dengan debit air yang meninggi, para tukang ojek terpaksa harus menggotong motornya. Nah disinilah semangat kebersamaan mereka benar2 mengagumkan. Saling tolong menolong dan tabah, tetap besemangat dengan jiwa Pramuka!! Sipp deh!!

Nah next destination harusnya siy Pantai Cipanarikan. Tapi berhubung para ojekers udah pada lelah, bete n dekil, dan hujan masih saja setia tiada tara, padahal objective-nya adalah menikmati sunset… terpaksa tujuan akhir ini dibatalken. So back to the basecamp. Badan pegel linu Mas… Tampang udah kayak swamp thing Mas… Paling enak abis mandi, makan enak trus langsung bergelung dikamar, menyanyikan nada-nada teratur dalam mimpi… zzzz….zzz…zz….z…

Halah…ternyata di UG diharamkan berharap kenikmatan secara instant. Buktinya jam 11 malam kita musti ke Pantai Pangumbahan untuk melihat atraksi selanjutnya : Penyu Bertelor!! Masih dengan nyawa setengah melayang, pake jaket bau keringat td siang dan senter mungil (hasil gimmick waktu seminar) semua berbaris menuju pantai… masih dengan angkutan kesayangan : OJEK!! Mostly anak2 udah pd trauma pegel2 gara2 siksaan perjalanan td siang dengan ojek… hayah… Mo gimana lagi, kali ini perjalanan diulangi lagi… untunglah hanya makan waktu 10 menit saja.

Ternyata asik juga mengamati kegiatan rutin sang penyu dalam melestarikan generasinya. Even pas kita dah nyampe, si penyu dah kelar hajat-nya. Dia masih sibuk menggaruk2 pasir buat menutupi calon bayi2nya. Ehh… ternyata doi nyangkut, kepalanya terjebak di kubangan pasir yang dibuatnya sendiri… Untunglah salah satu penjaga pantai (tapi bukan seperti Baywatch loh…) menyadari kesulitan sang penyu. Dengan sedikit diangkat tempurungnya, dia pun bebas bergegas menuju habitat lautnya. Rata2 penyu yang mampir ke Pangumbahan adalah Penyu Hijau. Besarnya = besar badanku kalau lagi jongkok (ha ha). Serius!! (Diucapkan dengan gaya bos gw banget).

Satu hal lagi, penyu2 itu ternyata tergolong makhluk yang cerdas. Tiap kali selesai menimbun telor2nya, dia akan menggali satu lubang lagi dan dibuatnya seolah2 dia bertelor ditempat itu. Dengan demikian dia mengelabuhi musuh2nya yang berniat menggagalkan kelangsungan hidup anak2nya.
Coba, yang ngajarin siapa adek2??? Allah dunks...

Penyu2 ini akan kembali lagi ke pantai yang sama saat dia dilepaskan di masa2 dia menjadi tukik (anak penyu) dulu. Jangan heran bagaimana cara mereka membedakan pantai tempat mereka melepas masa akhil baliq dan ga nyasar ke pantai2 yang lain (klo gw yang jd penyu pasti milih nyasar ke Bali yak??) Itulah rahasia kebesaran Allah… Subhanallah… Kita semua harus belajar dari ilmu makhluk2-Nya. Weehh… gw jd alim gini yak??

Next… CIKASO Waterfall and Old Pier.

Minggu 1 April 2007, semua orang bangun dengan keluhan masing2, yang pegel lah, kaku lah, ngantuk lah… Tapii the show must go on… yahh mo gimana lagi secara si Koordinatornya bawel gitu… hi hi… (piss Adolf… tp elo ga baca blog gw… he he Pagi itu si Adolf menawarkan 2 opsi : ke Cipanarikan yang kemarin gagal – tp pake Ojek, atau ke Air Terjun Cikaso dengan bus tercinta yang dari kemaren dianggurin. Animo peserta langsung memilih Cikaso dengan kemenangan absolut… Daripada pulang dr UG pada jalan pincang karena kebanyakan naek ojeks… he he…
Air terjun Cikaso, yang kalau musim kemarau airnya bisa kering kerontang… Begitu ngeliat bentuknya…walah… timbul lagi cita-cita muliaku… kelak aku akan pre-wedding di sini (ahaaa….!! Cari dulu yang mo diajak foto he he..)

Puas maen air di Cikaso, next destination is other part of UG Dermaga Tua. Doeloe ini adalah dermaga portugis tp sekarang dah ancur. Tp mirip seperti bangunan2 zaman Belanda, masih terlihat kokoh dan berwibawa. Mungkin saking banyaknya hantu yang ngendon di situ kali ya?? He he.. Langsung deh banci tampil bertebaran di mana-mana…Yang jatah fotografer harus rela dan ikhlas menjalankan profesinya. Jam 2 theng, we returned back Jakarta , with the memories of Ujung Genteng. Thanks God, for this wonderful life…nyam-nyam