Sisi lain Ujung Genteng

http://www.kaskus.us

 


Pagi itu langit terlihat cerah, perahu-perahu nelayan nampak berlabuh ke
tepi pantai setelah semalam suntuk mencari ikan dilaut. Geliat kehidupan
dan antusiasme untuk menapaki hari esok ditunjukkan oleh para nelayan
itu. Lautan luas selalu memberikan inspirasi dan sumber penghidupan bagi
masyarakat Ujung Genteng untuk menyambung kehidupan dan memperbaiki masa
depan.

Potret kehidupan masyarakat Ujung Genteng merupakan gambaran kehidupan
nelayan kita yang rata-rata masih hidup pas-pasan dan jauh dari kemajuan
materi dan intellektual. Namun sesungguhnya kalau kita cermati nelayan
adalah orang yang sangat kita butuhkan karena hasil tangkapan ikannya.
Ikan laut adalah salah satu makanan yang berkadar protein cukup tinggi
dan tentunya gurih rasanya jika dimasak dan dibumbui. Tangkapan ikan
nelayan Ujung Genteng tersebut biasanya dijual kepada tengkulak yang
berusaha membeli semurah mungkin dari nelayan dan dijual kepada
masyarakat setinggi mungkin. Pada akhirnya para nelayan sendirilah yang
dirugikan karena mereka hanya mendapat sisa-sisa dari budaya
kapitalisme.

Ujung Genteng sebetulnya sebuah lokasi yang penuh potensi, karena
disamping lautan luas yang siap mensupply ikan, juga persawahan dengan
tanah yang cukup subur. Sehingga daerah ini selain dikenal sebagai
kampung nelayan juga sebagai daerah hasil pertanian yang cukup penting.
Tapi selama ini orang cenderung mengidentikkan Ujung Genteng dengan
wisata pantai yang masih asri dan sangat layak untuk dikunjungi. Tiap
minggu daerah ini sering dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam
negeri dan luar negeri. Khusus untuk wisatawan asing biasanya niatan
untuk datang ketempat ini adalah melihat penyu yang sedang bertelur.
Selain memang kalau ada peralatan yang memadai kita bisa melakukan
surfing atau diving untuk melihat karang-karang laut dan ikan hias.

Untuk menempuh daerah ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
angkutan umum atau dengan kendaraan pribadi. Kalau naik angkutan umum
dari arah Jakarta anda tinggal naik bis jurusan Bogor. Sesampainya di
Bogor bisa mencari angkutan lagi yaitu bis jurusan Bogor-Surade. Lama
perjalanan ini berkisar antara 2-3 jam tergantung pada banyak sedikitnya
bis itu berhenti untuk mencari penumpang. Dari Surade anda bisa
meneruskan perjalanan dengan naik elf jurusan Ujung Genteng dengan lama
perjalanan kurang lebih satu jam. Kalau naik kendaraan pribadi anda
tinggal menuju arah Sukabumi, sebelum memasuki kota Sukabumi ada
pertigaan yang lurus menuju kota dan anda tinggal belok kanan arah
menuju Pelabuhan Ratu. Kurang lebih 3 kilo menjelang Pelabuhan Ratu anda
belok kiri menuju kearah Jampang Kulon. Selanjutnya anda tinggal
mengikuti petunujuk disetiap pertigaan dan perempatan untuk menuju Ujung
Genteng.

Perjalanan ke Ujung Genteng adalah sebuah perjalanan yang sangat
menyenangkan, karena hampir setiap jalan menampilkan warna keindahan
sendiri-sendiri. Selepas Sukabumi menuju Pelabuhan Ratu anda akan
menemui jalan yang berbelok tajam, turun naik dan kanan kiri adalah
hutan dengan hawa yang sejuk. Dibeberapa tempat terlihat orang banyak
berjualan sawo, pisang dan jambu bol, anda bisa mampir untuk membeli
buah-buah tersebut sebagai bekal perjalanan dijalan. Setelah melewati
jalur ini kemudian memasuki wilayah Jampang Kulon, kita akan melewati
jalan diatas tebing dengan kanan kiri jurang yang sangat dalam dan
tampak dari kejauhan gunung yang hijau memantulkan nafas keindahan. Di
beberapa ruas jalan bahkan terlihat disebelah kanan kita laut selatan
yang biru yang bersebelahan dengan areal persawahan dengan padi yang
sedang tumbuh subur. Kita bisa berhenti sejenak untuk sekedar menikmati
keindahan ini dan juga berfoto-foto ria untuk ikut menikmati pemandangan
yang ada. Areal Perkebunan Teh Surangga juga kita lewati, dengan hawa
pegunungan yang sejuk dan pohon teh yang tersusun rapi juga menggoda
kita untuk berhenti, menikmati dan berfoto di areal ini. Baru kemudian
kita akan memasuki wilayah Ujung Genteng yang bercuaca agak panas karena
dekat dengan pantai. Seluruh jalan yang kita lewati pada dasarnya bagus,
namun memang ada beberapa ruas dengan kondisi jalan yang bolong-bolong
adalah wajar adanya. Disarankan untuk kenyamanan perjalanan ini memang
jangan memakai kendaraan sejenis sedan, namun bawalah mobil sejenis
Kijang, Panther atau lebih bagus lagi four wheel drive.

Fasilitas penginapan juga tersedia disini, diantaranya adalah penginapan
Mamas, Pondok Hexa, Pondok Adi dan lain-lain. Karena terbatasnya
penginapan yang ada sebaiknya anda melakukan booking sebelumnya agar
tidak kehabisan tempat menginap. Kebetulan kami semua menginap di Pondok
Adi, sebuah pondok sederhana namun cukup lumayan sebagai penginapan di
wilayah tersebut. Pondok Adi ini terdiri dari beberapa rumah panggung
dengan dua kamar tidur dimana tiap pondok dilengkapi dengan satu kamar
mandi. Pondok tersebut memberikan tarif untuk 24 jam adalah sebesar
Rp.350,000,-. Dengan lokasi berhadapan langsung dengan pantai asyik
sekali kita sambil duduk, ngobrol-ngobrol memandang lautan luas dengan
ombak yang tampak putih dan bergulung-gulung. Untuk makan pihak
pengelola akan menyediakan tukang masak, namun bahan-bahan yang akan
kita masak kita harus bawa sendiri. Karena jauh dari pusat perkotaan
didaerah ini tidak banyak tersedia orang yang berjualan bumbu-bumbu atau
sayuran. Namun ada beberapa warung kecil disekitar pondokan yang menjual
kecap, saus, pop mie dan lain -lain tentunya dengan harga lebih mahal.

Sore hari kita bisa menikmati sunset dibekas dermaga yang dulu dibangun
oleh Jepang sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal perang. Namun dermaga
tersebut sebagian besar hancur karena diterjang oleh ganasnya ombak laut
selatan. Menikmati sunset ditempat ini luar biasa indah, karena langit
dan lautan terbuka dan angin kencang menambah indah dan romantisnya
suasana. Siang harinya juga kita bisa menuju kawasan hutan lindung yang
berlokasi tak jauh dari Pantai sebagai alternatif tempat berwisata
sambil menikmati hutan bakau yang tidak terlalu lebat. Malam hari kita
akan menuju Pantai Pangumbahan untuk melihat penyu yang akan dan sedang
bertelur. Untuk mencapai lokasi ini lumayan jauh dari lokasi penginapan
kurang lebih sekitar 4 km. Dalam kondisi cuaca yang cerah untuk mencapai
lokasi ini bisa dengan membawa mobil sejenis kijang, namun dalam kondisi
hujan kita harus memakai motor karena kalau membawa mobil resiko selip
sangat besar. Ternyata ditengah hutan pantai tersebut ada beberapa rumah
yang memang dibangun oleh pemerintah sebagai pos untuk melindungi
penyu-penyu yang ada diwilayah tersebut. Penyu naik kedarat untuk
bertelur adalah pada waktu malam hari, karena penyu itu biasanya
sensitif dengan sinar. Ketika kami sampai disana segera mengisi
formulir, karena kami membawa mobil sendiri, sehingga masing-masing
mobil dikenakan biaya Rp 20,000 sebagai biaya kesejahteraan para penjaga
penyu. Setengah jam kemudian pengintipan penyu dimulai, kami semua
diminta oleh para penjaga jangan ribut, menghidupkan rokok dan lampu
blitz. Tak lama setelah kami berdiam diri penjaga memberitahukan kalau
sudah ada penyu, langsung saja kami lari semua menuju penyu tersebut.
Bayangan kami penyu itu hanya sebesar piring atau mangkuk, ternyata
penyu itu sangat besar sekali. Panjang penyu itu kurang lebih 70 cm dan
beratnya bisa mencapai 100 kg. Sekali bertelur bisa mencapai 100 - 200
ekor, telur tersebut sebagian juga dijual dengan harga 2500 - 3000 per
butir. Setiap telur itu diamankan oleh petugas, namun beberapa memang
ada yang dijual sebagai kompensasi yang diberikan oleh pihak berwewenang
atas penjagaan wilayah tersebut. dari jumlah 100 telur tersebut yang
menetas kurang lebih 50 % nya, tapi yang tumbuh dewasa dan berpotensi
untuk berkembang biak hanya sekitar 5%. Kenapa ? karena ketika masih
kecil , penyu-penyu tersebut rawan dimakan pemangsa lainnya dan kena
jala para nelayan.

Sebuah pengalaman pertama melihat penyu berukuran raksasa, hewan yang
dilindungi dari kepunahan. Untuk menjaga hewan ini tentunya tidak hanya
pemerintah, namun kita semua harus ikut melindungi bahkan berperan aktif
didalamnya sebagai upaya untuk menjaga salah satu kekayaan bangsa kita.
Perlu diingat bahwa wisata ke Ujung Genteng adalah lebih condong kearah
wisata ecotourism, dengan keindahan obyek wisata, tapi minim
infrastructure. Ujung Genteng adalah sisi lain dari nuansa kehidupan,
sisi lain sebuah tempat wisata yang layak untuk dikunjungi untuk
berakhir pekan, menambah pengetahuan serta mencari inspirasi kehidupan.

Capjiekia