Trip ke Ujung Genteng bersama Jejak Kaki

Jejakkaki@yahoogroups.com

 


Jum'at, 28 Maret 2008

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu itu tiba juga, malam ini aku akan
berangkat ke Ujung Genteng, ikut trip UG2 yang diadakan oleh Jejak
Kaki. Karena ini adalah pertama kalinya aku ikut trip Jejak kaki,
aku tidak tahu lokasi yang menjadi Meeting Point Jejak Kaki yaitu di
Lapangan Parkir Timur Senayan padahal udah diemailin petanya lho ama
Santos, tapi harap maklum ya..aku jarang main ke daerah Jaksel,
biasanya juga cuma di Jakpus n Jakut he..he..), makanya dua hari
sebelumnya aku udah bikin appointment ama sahabatku, Fenny kalo kami
akan berangkat bareng-bareng. Jadi setelah jam kantor bubar pada
hari Jum'at aku langsung ke tempatnya dan numpang mandi di sana he…
he…

Pukul 19.30 kami berangkat ke terminal busway GM karena ternyata
Fenny juga udah janjian ama Fanni untuk ketemu disana, kemudian
bertiga kami berangkat menuju Lapangan Parkir Timur Senayan. Kami
sengaja berangkat pagian karena kami bertiga semuanya ga tahu persis
lokasi yang menjadi meeting point, jadi kami udah mengantipasi
misalnya sampai nyasar, ga harus membuat peserta lain menunggu, tapi
yang paling penting sih adalah biar bisa dapat tempat duduk di
depan, he..he.. kan kata Santos ga ada pengaturan tempat duduk di
Bis, siapa datang cepat dia bisa pilih tempat duluan. Ternyata
perjalanan kami sangat lancar tanpa pake acara nyasar segala,
langsung sampai di Lapangan Parkir Timur Senayan tanpa halangan.
Jadi kami adalah peserta pertama yang tiba di tempat meeting point
(kecuali pak supir dan keneknya he…he…karena sewaktu kami tiba,
kedua bis udah standby di tempat).

Setelah semua peserta di Bis A dan Bis B hadir semuanya kurang lebih
ada 53 orang, udah termasuk panitianya, maka perjalanan kami ke
Ujung Genteng dimulai. Dan salut untuk semua peserta Trip UG2 yang
bisa on time sehingga keberangkatan kamipun bisa tepat pada waktu
yang ditetapkan yaitu pukul 21.45. Oh ya, sebelum berangkat, panitia
sudah membagi-bagikan snack dan air minum kepada semua peserta.
Terus terang aku sudah pernah mengikuti banyak trip sebelumnya yang
diadakan oleh baik travel maupun perorangan, tapi ternyata snack
yang disediakan oleh jejak kaki lumayan enak lho, ada risoles,
pastel, lemper dan kue lapis Surabaya, udah enak, banyak lagi he…he…

Sabtu, 29 Maret 2008

Perjalanan dari Jakarta sampai Curug Cikaso kurang lebih adalah
delapan jam perjalanan. Dan biarpun sempat mengalami macet di daerah
yang sedang ada perbaikan jalan sehingga kendaraan dari arah yang
berlawanan harus bergantian jalannya, kami tiba di tempat tujuan
cukup tepat waktu yaitu menjelang pagi. Begitu turun dari bis kami
langsung disambut oleh segarnya udara alam pedesaan. Panitia sudah
mengumumkan, karena tujuan pertama wisata kami adalah ke air terjun
Curug Cikaso, maka bagi peserta yang berniat mengganti celana
panjangnya dengan celana pendek bisa numpang di rumah penduduk
setempat.

Setelah semua peserta sudah siap, perjalanan kami lanjutkan dengan
naik perahu motor ke air terjun. Sebenarnya sebelum berangkat dari
Jakarta aku sudah berencana untuk membawa sandal jepit, tapi karena
males bawaanku jadi tambah banyak, akhirnya aku membatalkan niatku
membawanya. Akibatnya ya terpaksa d harus bertelanjang kaki sewaktu
naik ke perahu sambil menjinjing sepatuku, sebab sayang kan kalo
sepatuku kena air dan jadi basah, belum lagi kena lumpur he..he..

Perahu motor yang berangkat ada tiga. Ada sebagian peserta yang
sudah naik ke perahu motor duluan, sambil menunggu yg lain dan aku
termasuk di dalamnya, kami sudah sempat foto-foto di dalam perahu
motor. Perjalanan dengan perahu motor kurang lebih 10 menit, tapi
mungkin juga ga sampai 10 menit, habis rasanya cepat banget..mungkin
karena mata dimanjain oleh indahnya pemandangan di sepanjang
perjalanan, jadi ga terasa tahu-tahu sudah sampai di tempat tujuan.
Turun dari perahu motor, untuk mencapai tempat air terjun masih
perlu ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih juga mungkin 10 menit,
he..he..aku bilang mungkin karena aku ga tahu persisnya berapa lama
soalnya karena terlalu menikmati segarnya udara disekelilingku, jadi
aku ga teringat untuk melihat jam dan menghitung berapa lama waktu
yang dibutuhkan buat menempuh perjalanan ke tempat tujuan.

Dan begitu sampai di air terjun, rasanya tidak ada kata-kata yang
lebih tepat lagi untuk melukiskan pemandangan air terjun yang
terpampang di depan mata kami selain indah dan luar bisa sang
pencipta yang menciptakanya.

Karenanya semua peserta trip UG2 tidak mensia-siakan pemandangan
indah yang terpampang di depan mata kami, semua udah sibuk
mengeluarkan kameranya masing-masing untuk mengabadikan pemandangan
indah tsb. Sebab kapan lagi bukan akan menemukan pemandangan yang
luar biasa seperti ini ? Di Jakarta sudah pasti tidak ada kecuali
nonton di TV, tapi itu mana seru ? Enakan juga melihat langsung
dengan mata kepala sendiri, bahkan para peserta cowok tidak segan-
segan untuk mandi dan berenang di sana. Sebenarnya kalo ga takut
masuk angin karena tujuan wisata kami bukan cuma sampai di sini, aku
juga pengen lho bisa nyemplung ke dalam air he…he… Wuuihh sepertinya
asyik banget melihat para peserta cowok pada nyemplung di sana.

Air terjun di Curug Cikaso

Kelihatan ga dari pic di atas ada yang sedang siap2 buat nyemplung
ke air dan ada juga yang sudah berada di dalam air dan sedang
bersenang-senang dengan segarnya air gunung ? Kami berada cukup lama
lho di air terjun dan setelah semua peserta puas dengan sesi
fotografi he…he… akhirnya kami kembali lagi ke perkampungan tempat
kedua bis kami menunggu.

Ternyata di sana sudah siap menunggu sarapan kami yaitu nasgor, dan
nasgornya ternyata masih hangat lho, ga dingin seperti kebanyakan
tour yang pernah aku ikutin, kebanyakan makanannya rada-rada kurang
enak he…he… ya karena udah dingin. Mungkin pada capek setelah
menempuh perjalanan jauh semalaman dan dilanjutkan dengan perjalanan
ke air terjun dan bermain air, kelihatan semua peserta sudah pada
lapar sehingga menyantap sarapannya dengan lahap, ada sebagian yang
duduk di perkarangan rumah penduduk, tapi ada juga sebagian yang
menyantap sarapannya di dalam bis. Selesai sarapan, perjalanan kami
lanjutkan ke tujuan berikutnya, masih air terjun juga, karenanya aku
memutuskan untuk membeli sandal di warung ketika kebetulan aku lihat
ada yang menjual sandal. Sebenarnya sandalnya buat anak-anak, tapi
syukurlah ukuran kakiku emang rada-rada imut he…he… jadi biarpun
sandalnya ukuran anak-anak, tapi bisa pas di kakiku.

Tujuan kami berikutnya adalah Curug Cigangsa. Berbeda dengan
perjalanan ke Curug Cikaso yang medannya lebih gampang ditempuh,
setelah turun dari bis, perjalanan harus ditempuh dengan berjalan
kaki untuk sampai ke air terjunnya melewati jalan setapak yang agak-
agak becek. Tapi mendekati Curug Cigangsa, sudah terlihat ada banyak
batu-batuan yang tergenang air gunung. Perbedaan antara curug Cikaso
dan Curug Cigangsa adalah jika di Curug Cikaso, kami berada di bawah
air terjun, sedangkan di Curug Cigangsa, kami justru berada di
atasnya air terjun.

Curug Cigangsa (Atas) Curug
Cigangsa (Bawah) Curug Cigangsa (Bawah)

Sebenarnya perjalanan kami hanya sampai di atas air terjun, cuma
karena ada beberapa peserta yang ingin mengambil foto air terjunnya
di bawah dan menawarkan siapa yang mau ikut turun, diluar dugaan
ternyata peserta trip UG2 rata-rata berjiwa petualang sehingga
hampir 90% peserta ikut turun sampai-sampai panitia aja kaget he…he…
Padahal medan yang ditempuh untuk sampai ke bawah benar-benar berat
lho dengan jalan melingkar melewati bebatuan dan tanah yang lembek
dan licin, ada peserta yang sampai jatuh bangun tergelincir he..he…
untunglah semua peserta saling tolong menolong untuk bisa mencapai
ke bawah dan dari sinilah benar-benar terasa keakraban dan semangat
kekeluargaan di antara sesama peserta dan panitia. Tapi tidak sia-
sia lho semua usaha untuk bisa sampai ke bawah karena pemandangan
yang tersaji di depan mata sungguh indah luar biasa. Perjalanan ke
atas rasanya tidaklah seberat sewaktu turun karena ada beberapa
orang penduduk setempat yang mengulurkan bantuan dengan menarik
tangan-tangan kami pada medan yang agak terjal dan tanahnya licin
serta agak susah dilewatin.

Sampai di atas, kami segera membersihkan kaki-kaki kami yang
berlumpur di bebatuan-bebatuan yang menampung air gunung karena
melewati tanah-tanah becek dan licin. Setelah istirahat sebentar
kami melakukan perjalanan untuk kembali ke bis, melewati jalan
setapak yang becek lagi dan kakinya kotor lagi he… he… tapi di depan
tempat bis parkir ternyata ada sebuah sungai kecil sehingga kami
bisa membersihkan kaki kami sekali lagi.

Perjalanan menuju curug Cigangsa ini memberikan aku sebuah pelajaran
yang berharga, dimana untuk mendapatkan sesuatu yang luar biasa,
kita harus berjuang dan berusaha keras untuk meraihnya. Menempuh
medan yang berat tapi imbalannya adalah sebuah pemandangan indah
yang luar biasa yang tidak bakal bisa ditemukan di tempat lain dan
juga kenang-kenangan berupa foto-foto indah yang direkam oleh kamera-
kamera digital, merasakan kehangatan dan keakraban di antara sesama
peserta dan panitia, sikap saling tolong menolong dan saling
memperhatikan dikala menghadapi medan yg susah, sungguh sebuah
pengalaman indah yang tidak terlupakan. Benar seperti kata Santos,
di trip Jejak kaki tidak ada yang namanya sikap egois dan
mementingkan diri sendiri, semuanya ditinggalkan di Jakarta he…he…
yang ada justru keramahan, keakraban dan rasa kekeluargaan.

Tujuan perjalanan kami berikutnya adalah menuju Pantai Amanda Ratu.
Dari curug Cigangsa ke Amanda Ratu kurang lebih memakan waktu
setengah jam. Dan begitu turun dari bis, waw…serasa berada di Bali
neh he…he… karena ternyata di Amanda Ratu juga ada Tanah Lotnya lho.
Ga percaya ? Lihat aja Pic yang aku attach di bawah ini.

`Tanah Lot' Amanda
Ratu Langit nan biru @ Amanda
Ratu

Lumayan mirip kan walaupun ya ga mungkinlah mirip 100% he…he… tapi
setidaknya pemandangannya indah tidak kalah dengan Tanah Lot Bali,
belum lagi untuk mencapainya juga tidak terlalu jauh dan terlalu
mahal jika di bandingkan harus ke Bali. Dan satu lagi, buat yang
hobby foto-foto seperti aku, tempat ini lebih sepi pengunjung jika
di bandingkan dengan Tanah Lot Bali, sehingga pic yang kita ambil
tidak dihiasin oleh banyaknya orang-orang yang menjadi latar
belakang pic dan merusak keindahan pemandangan yang ada, he…he…

Setelah semua peserta puas mengambil foto dan berfoto ria, akhirnya
kami kumpul semua untuk foto bersama jejak kaki. Tapi sepertinya ada
dua orang temanku yaitu Fenny dan Fanni yang tidak ikutan foto
bersama nich karena terlalu terpesona dan kesemsem dengan indahnya
panorama Amanda Ratu jadi masih sibuk foto sendiri he… he…
Sebenarnya aku juga bersama mereka pada awalnya, cuma berhubung aku
menitipkan tasku pada Lili, makanya begitu dari jauh mataku
melihatnya beranjak dari tempat duduknya dimana aku menitipkan
tasku, aku buru-buru mengejarnya. Tadinya aku takut tasku ga ada
yang jagain eh..ternyata dibawa oleh Irin. Thank's ya Rin udah
bawain tasku.

Setelah acara foto bersama, kami melanjutkan perjalanan kami menuju
penginapan. Kurang lebih juga setengah jam perjalanan. Sampai di
penginapan Hexa, makan siang sudah menunggu di ruang makan sehingga
sebelum pembagian kamar, kami lunch dulu setelah itu barulah
pembagian kamar. Setelah mengetahui kami menempati kamar yang mana,
aku, Fenny dan Fanni langsung membawa tas dan bawaan kami ke dalam
kamar, trus langsung d mandi dan bersih-bersih kemudian kami
istirahat sebentar. Soalnya pada pukul 15.00 masih ada acara
mengunjungi tempat pembuatan gula kelapa.

Jam 15.00 kami keluar dari kamar menuju ke ruang makan, ruang
makannya berada di ruangan terbuka semacam sebuah pendopo, dalam
perjalanan kami ke ruang makan, kami melihat ada banyak tukang ojek
sepeda motor yang berkumpul di sepanjang pinggir pantai. Oh ya, aku
lupa bilang, penginapan kami berada di tepi pantai lho, dan
kebetulan kamar kami pun menghadap ke pantai. Tadinya kupikir mau
jalan-jalan di tepi pantai, tapi kata si Fanni ato Fenny ya, aku
lupa, menurut penduduk setempat, pantai di depan penginapan kami ada
banyak bulu babinya yang kalo sampai tertusuk bisa masuk sampai ke
pembuluh2 darah karena bulu tersebut mengikuti aliran darah kita.
Iih..serem ya he…he… makanya aku membatalkan niatku buat jalan-jalan
di tepi pantai, lagipula dalam Itenerary yang diemailin Santos,
sorenya kami juga masih ada acara ke Pantai Cipanarikan.

Ternyata ojek-ojek sepeda motor itu emang sengaja didatangkan buat
mengantar semua peserta Trip UG2 ke tempat pembuatan Gula Kelapa.
Satu tukang ojek membawa satu orang peserta, Jadi kebayang kan kalo
ada 53 orang peserta berarti ojek sepeda motornya ada 53 juga ? Ini
adalah pengalaman pertamaku naik sepeda motor dalam rombongan besar.
Waduh, jadi ngebayangi seperti orang-orang yang ngetrek di PRJ dulu
he…he… seru banget d.

Kami masing-masing disuruh memilih satu tukang ojek dan beriringan
pasukan ojek sepeda motor mengantar kami ke tempat pembuatan gula
kelapa. Perjalanan menuju tempat pembuatan gula kelapa melewati
jalan tikus yang lumayan kecil dan banyak dihiasi oleh ilalang.
Disepanjang kiri kami adalah laut dan pantai dengan pasir yang
membentang luas dan di sebelah kanan adalah pepohonan hijau. Benar-
benar pengalaman yang sangat menakjubkan, naik sepeda motor di tepi
pantai mbok, kebayang ga ? Dan sepanjang perjalanan mata kami
dimanjakan oleh keindahan pantai yang membentang luas.

Setelah menempuh perjalanan yang luar biasa dan menakjubkan karena
merupakan pengalaman pertamaku naik sepeda motor beriringan dalam
rombongan besar dimana sepanjang perjalanan mataku dimanjakan oleh
keindahan pantai dan angin laut yang meniup sepoi-sepoi, akhirnya
kami sampai di tempat pembuatan gula kelapa. Jangan membayangkan
sebuah pabrik seperti yang ada di Cikarang atau Kerawang ya. Jauh
banget dari itu. Tempat pembuatan gula kelapanya hanya berupa sebuah
gubuk kecil.
Disana kami diijinkan oleh ibu yang sedang memasak gula kelapanya di
dalam sebuah kuali gede untuk mencicipin gula kelapa yang sudah
matang dan sedang akan dimasukkannya ke dalam cetakan. Di bawahnya
juga sudah ada yang dimasukkan ke dalam cetakan. Rasanya seperti
dodol, manis. Sebenarnya melihat pembuatan Gula Kelapa itu sendiri
ga begitu seru, yang seru adalah perjalanan menuju sana. Dari tempat
pertama, kami melanjutkan ke tempat kedua, di sana sebagian besar
peserta Trip UG2 sempat mencicipi sari air kelapa yang baru dituruni
dari pohon kelapa lho yaitu bahan dasar pembuatan gula kelapa.
Rasanya ya manis lah, tapi berbeda dengan rasa air kelapa biasa.

Tujuan berikutnya seperti yang sudah aku sebutin di atas adalah
menuju pantai Cipanarikan alias Hidden Beach. Biarpun sinar matahari
begitu terik tapi kami semua benar-benar menikmati keindahan pantai
Cipanarikan, berfoto ria mengabadikan setiap moment dan keindahan
yang tertangkap oleh mata kami dan merasakan hulusnya butiran –
butiran pasir yang lembut membelai telapak kaki ditingkahi oleh
datangnya gelombang air laut yang membuat kami berlarian
menghindarinya sambil berteriak-teriak lepas layaknya bocah-bocah
kecil yang lugu dan tidak punya beban pikiran. Jadi ingat ama masa
kecilku dulu he… he…

Setelah capek bermain air dan berlarian, kami akhirnya naik ke atas,
tempat dimana panitia sudah menyediakan kelapa-kelapa muda beserta
orang yang khusus buat memotongkan kelapa mudanya. Aduh nikmatnya…
segala capek dan haus langsung terobati oleh segarnya air kelapa
yang mengalir masuk ke mulut. Akhirnya aku bersama Fenny dan Fanni
dan juga ada sebagian peserta yang lain nongkrong di atas sambil
menunggu sunset.

Pantai Cipanarikan (Hidden Beach) Sunset@Hidden
Beach 1 Sunset@Hidden Beach 2

Setelah sunset, kami kembali ke penginapan lagi dan mengulangi
sekali lagi merasakan dihembus angin laut yang sepoi-sepoi,
menikmati pemandangan laut dan pantai di atas motor. Bahkan dalam
perjalanan pulang disebelah kiri aku sempat melihat ada sekawanan
sapi yang sedang merumput di padang rumput lho. Benar-benar
pemandangan yang menakjubkan.

Sampai di penginapan, kami kembali ke kamar masing-masing, mandi dan
setelah itu istirahat karena lumayan capek juga setelah semalaman
menempuh perjalanan dari Jakarta sampai ke penginapan Hexa, belum
lagi petualangan di Curug Cigangsa, foto-foto di Amanda Ratu dan
bermain di Pantai Cipanarikan.

Pukul 17.30 kami ke ruang makan untuk makan malam dan pembagian door
price, masing-masing dari bis A dan B ada tiga orang peserta yang
mendapat door price. Cuma sayangnya sekali ini aku belum beruntung
untuk mendapatkan door price he… he… tapi itu juga ga mengurangi
rasa bersyukurku kepada Tuhan lho karena bisa mengalami satu hari
yang luar biasa, menikmati semua keindahan ciptaanNya dan kenal
dengan begitu banyak teman-teman baru.

Setelah pembagian doorprice, panitia mengumumkan bahwa kami akan
menunggu sampai jam 22.00 untuk mengetahui apakah malam nanti akan
ada penyu yang naik ke pantai dan bertelur. Sudah ada seorang tukang
ojek yang diminta oleh panitia untuk mencari tahu informasinya.
Sebab jika tidak ada penyu yang bertelur buat apa malam-malam ke
pantai yang gelap gulita bukan ? Lebih enak juga tiduran di dalam
kamar, mengistirahatkan kaki dan badan yang capek serta mengumpulkan
stamina baru buat perjalanan keesokan hari.

Jam 22.00 terdengar bunyi sirene yang dibunyikan oleh panitia, itu
berarti ada penyu yang naik ke pantai dan bertelur. Fenny dan Fanni
udah pada tidur manis di ranjang sedangkan aku baru siap-siap mau
tidur, tapi mendengar bunyi sirene, kami segera bersiap-siap ganti
baju buat ke pantai lagi. Padahal sebelumnya kami sudah memutuskan
untuk tidur saja ketika panitia mengumumkan untuk menunggu sampai
jam 22.00 karena setelah seharian perjalanan badan terasa lumayan
capek. Tapi ketika tahu ada penyu yang bertelur, rasanya sayang
banget kan udah jauh-jauh dari Jakarta dan kebetulan ada penyu yang
naik ke pantai dan bertelur, trus kami melewatkan kesempatan untuk
melihat penyu bertelur.

Sekali lagi beriringan naik ojek sepeda motor kami menuju ke pantai
Pangumbahan tempat penyu bertelur. Tapi perjalanan sekali ini tidak
ada pemandangan indah yang bisa dilihat lagi karena cuaca yang gelap
gulita di sepanjang tepi pantai. Yang ada hanya suara jangkrik dan
suara motor dari para ojek sepeda motor yang melintas ditingkahi
oleh lampu sepeda motor buat menerangi jalan tikus yang ditumbuhi
banyak ilalang – ilalang panjang yang akan kami lewati.

Sampai di tempat tujuan, beriringan kami berjalan dalam gelapnya
malam di sepanjang tepi pantai. Sebenarnya sebelum berangkat kami
sudah dianjurkan untuk membawa senter buat saat jalan melihat penyu
dan diikuti dengan pesan agar pada saat penyu bertelur jangan
disenter apalagi di mata penyunya karena penyu sensitive akan
cahaya. Untunglah aku membawa senter kecil yang aku, Fenny dan Fanni
gunakan bersama untuk menyinari jalanan di depan kami sebab di
sepanjang pantai banyak terdapat ranting-ranting kayu yang
berserakan. Berdasarkan informasi yang di dapat, malam ini hanya ada
satu ekor penyu hijau yang naik ke pantai dan bertelur. Sampai di
tempat tujuan, disitu sudah terdapat banyak orang yang berkumpul
mengelilingi sebuah objek yaitu penyu hijau yang sedang bertelur.
Ternyata selain peserta trip jejak kaki, ada rombongan lain yang
sudah tiba duluan. Tapi untunglah para peserta masing-masing tidak
egois, yang sudah melihat akhirnya menyingkir dan memberikan
tempatnya buat peserta lain yang belum melihat. Dan lebih beruntung
lagi, kami tiba tepat pada waktunya. Soalnya saat aku melihatnya,
didalam sebuah lubang besar ada seekor penyu hijau yang sebagian
besar tubuh atasnya ditutupi oleh pasir, panjangnya kurang lebih
mungkin ada satu meter. Sedangkan di bawahnya sudah ada tumpukan
telur-telur penyu. Warnanya putih bersih dan licin karena belum
pernah ditutupi oleh pasir.

Mungkin merasa terganggu oleh kehadiran banyak orang disekitarnya,
tidak lama kemudian penyu tsb sudah sibuk menutupi telur-telurnya
dengan menggerak-gerakkan kedua kaki belakangnya dan kedua kaki
depannya bergantian, menggeruk butiran-butiran pasir untuk menutupi
telur-telurnya. Pic ini diambil oleh kameranya Fenny karena
kebetulan Cameraku low batt sedangkan aku tidak membawa chargernya.

Penyu hijau sedang
bertelur Penyu Hijau & telur-
telurnya

Setelah penyu hijau menutupi telur-telurnya dengan pasir, maka kami
pun beriringan kembali ke tempat para ojek sepeda motor menunggu dan
sekali lagi mengarungi perjalanan by ojek sepeda motor kembali ke
penginapan. Sampai di penginapan, cuci muka dan bersih-bersih, udah
itu langsung d menuju pulau kapuk alias tidur gitu lho he..he…

Minggu, 30 Maret 2008

Pukul 06.00 pagi aku sudah bangun, sedangkan Fenny dan Fanni masih
lelap tidur. Setelah aku selesai mandi aku membangunkan mereka dan
bergantian mereka mandi dan rapi-rapi. Setelah itu kami segera ke
ruang makan, ternyata disitu masih sepi dan sarapan juga belum siap.
Karenanya aku kembali ke kamar dan mengambil kopi instant dan roti
wafer yang aku bawa dari Jakarta, kemudian kami minta air panas ke
dapur restorannya penginapan, trus menyeduh kopi dan memulai sarapan
babak pertama kami he… he… aku bilang babak pertama soalnya sambil
ngopi dan makan roti wafer kami menunggu sarapan babak kedua lho
yaitu sarapan yang disediakan oleh penginapan.

Selesai sarapan, kami memulai perjalanan pertama kami pagi ini
menuju Ujung Genteng. Sekali ini pakai bis, udah ga pakai ojek
sepeda motor lagi. Padahal si Fenny masih belum puas lho naik ojek
sepeda motornya he…he…

Tujuan pertama adalah melihat pasar ikan. Disitu peserta juga boleh
membeli ikan buat di bawa pulang Jakarta lho karena disediakan box
pendingin yang diisi es batu sehingga semua hasil laut yang dibeli
awet sampai di Jakarta. Turun dari bis, mata kami disambut oleh
banyaknya perahu-perahu nelayan di tepi pantai. Strategis sekali kan
letak pasar ikannya ? Hasil laut yang di dapat oleh para nelayan
setelah pergi melaut bisa langsung dijual di pasar ikan.

Perahu &
nelayan Perahu2
Nelayan

Ada beberapa peserta yang membeli hasil laut di pasar ikan, aku
sempat mendengar seseorang berkata kalo cuminya gede-gede lho, tapi
aku ga tahu apa yang dibeli mereka karena aku sendiri tidak mau
berdiri terlalu dekat dengan para penjual ikan, ya namanya juga
pasar dan orang sibuk berjualan kan, siapa tahu aja kepercik ama air
ikan saat penjualnya mengangkat ikan-ikannya buat ditimbang, bisa-
bisa ntar orang mengira aku memakai parfum ikan yang amis ha…ha…

Nah, kalo ga salah si Riani malah sampai meninggalkan tasnya di
pintu timur senayan setelah sampai di Jakarta gara-gara lebih
mementingkan ikannya daripada tasnya he… he… untunglah tas tersebut
dilihat oleh peserta lain dan dibawa oleh Santos.

Dari pasar ikan perjalanan kami lanjutan ke Cagar Alam. Sebelum
memasuki Cagar Alam kami harus menyusuri pantai yang ada banyak
perahu-perahu nelayan yang ditambatkan.

Tarik tambang perahu di pantai (hik..hikk)
Nangkring dulu ah di pohon besar, di Jkt ga ada lho
Melihat tali tambatan perahu, para peserta tidak mau mensia-siakan
kesempatan untuk bernostagia, jadi ingat pertandingan tarik tambang
di sekolahan dulu he..he…

Memasuki cagar alam, aku seperti mengalami sebuah dejavu, kembali ke
masa sekolahku semasa SMP dulu, ikut kegiatan pramuka, menjelajah,
masuk keluar hutan. Tapi hutannya benar-benar rimbun dan hijau lho,
udara juga terasa segar dan teriknya sinar matahari yang bersinar
tidak begitu terasa karena dialingin oleh kerimbunan daun-daunan
pohon-pohon besar yang terdapat di dalam hutan cagar alam.
Sepanjang perjalanan, ada saja objek photo yang menarik buat difoto
oleh para peserta. Bahkan saking keasyikan foto, aku, Fenny, Fanni,
Ferry, Eto dan Ruly sampai ketinggalan di belakang. Kukira kami
sudah berada paling belakang, eehh..tidak tahunya di belakang kami
masih ada yang lebih belakang lagi he…he…

Setelah menyusuri jalanan panjang di dalam hutan cagar alam,
akhirnya kami sampai di penghujung hutan cagar alam, di depan kami
terpampang pemandangan laut dan pantai yang membentang luas. Jadi
inilah yang disebut pantai aquarium ? Air lautnya jernih dan dangkal
sehingga bisa melihat sampai ke dalam dasarnya. Jadi mungkin inilah
sebabnya ia dinamakan pantai aquarium.

Pantai Aquarium
Pasir di dalam air Abadikan pemandangan indah ini

Kulihat ada sebagian peserta yang sudah tiba duluan sedang sibuk
berfoto ria, ada yang di tepi pantai, ada yang masuk ke dalam air
laut yang dangkal, sibuk mencari objek foto buat dijadikan oleh-oleh
buat teman-teman di Jakarta he…he… trus yang ga ketinggalan adalah
mengabadikan semua pemandangan indah buat di share dengan semua
teman, saudara dan keluarga yang tidak ikut serta dalam trip UG
bersama jejak kaki.

Meninggalkan jejak kaki di Pantai
Aquarium Jejak kaki (Siapa, coba tebak.. ?)

Akhirnya trip kami menjejakkan kaki di tempat-tempat indah dan
eksotis berakhir sampai di pantai Aquarium. Selanjutnya adalah
kembali ke penginapan, mempersiapkan barang-barang untuk perjalanan
pulang ke Jakarta. Tapi sebelum berangkat, kami lunch dulu.

Perjalanan pulang berjalan lancar, bis berhenti dan kami mampir buat
membeli oleh-oleh berupa buah sawo untuk orang rumah dan sahabat.
Sepanjang jalan kulihat banyak berjejer kios pedagang buah sawo tapi
aku tidak tertarik membeli buah sawo. Dari atas bis mataku sudah
menangkap warna merahnya buah jambu boi (waduh, ga tahu nich
ejaannya bener kagak he…he..) dan yang menjualnya hanya ada satu
kios yang berada agak di ujung, makanya begitu turun dari bis, kios
itulah yang aku incar. Ternyata bukan aku doank yang mengincar buah
jambu boi, banyak peserta lain yang membelinya juga.

Setelah sesi belanja oleh-oleh buat orang2 di Jakarta usai,
perjalanan kami lanjutkan kembali. Ternyata ada sedikit masalah
dengan bis A (bis yang ditumpangi olehku, Fenny dan Fanni), dan
panitia mengumumkannya kepada semua peserta tapi bis pengganti sudah
di datangkan dari Jakarta dan sedang dalam perjalanan. Oh ya, dalam
perjalanan pulang kami masih sempat dibagiin snack oleh panitia
berupa roti coklat. Lumayan kan buat nganjel perut untuk yang sedang
laper he…he…

Akhirnya atas usul Eto dan Ruly, bis berhenti di rumah makan Lembur
Kuring, di rumah makan tersebut kami makan malam sambil menunggu bis
pengganti datang. Ternyata setiap kejadian yang menimpa pasti ada
hikmahnya, karena mampir di rumah makan Lembur Kuring itulah aku
jadi bisa mencicipi enaknya soto ikan gurame (ini yang pertama kali
buatku lho karena sebelumnya aku tidak pernah tahu ada yang namanya
soto ikan gurame, yang aku tahu hanya soto ayam, soto daging, soto
babat, soto tangkar, tapi soto ikan gurame ? Setahuku sich gurame
biasanya cuma buat digoreng d he..he..), ehmm… nyam..nyamm .. nyamm
enaaknya he… he… jadi kepingin lagi nich.
Dan tidak lupa thank's buat Susanto yang udah traktir makan ayam
goreng kampung he…he.. (Kapan mo traktir lagi nich ? ha…ha…)

Bis pengganti datang tepat pada saat semua peserta sudah selesai
makan, jadi boleh dikatakan kami bukannya menunggu bis pengganti
datang, tapi mampir buat makan malam sehingga sampai di rumah udah
tinggal mandi dan tidur, tidak perlu mencari makan lagi he… he…
(kita kan harus selalu positif thinking dong, bersyukur atas setiap
kejadian yang menimpa dan memandangnya dari segi positif, itu yang
aku pelajari dari para orang bijak he…he…)

Akhirnya kami tiba kembali di Jakarta, turun di pintu timur senayan
dan setelah mengucapkan salam perpisahan antar peserta, masing-
masing menyetop taxi dan pulang ke rumah masing-masing membawa
memori tentang perjalanan yang menyenangkan, pemandangan indah dan
eksotis, oleh2 berupa foto-foto indah dan menakjubkan, dan juga
keramahan dan uluran persahabatan di antara semua peserta.

Terima kasih Tuhan atas perlindunganMu kepada kami semua selama
perjalanan kami ke Ujung Genteng hingga kembali ke rumah dengan
selamat, atas kesempatan menikmati keindahan ciptaanMu dan terima
kasih juga kepada Team Jejak Kaki yang sudah menjadi perpanjangan
tangan Tuhan untuk memperlihatkan kepadaku dan teman-temanku semua
keindahan panorama yang eksotis dan menakjubkan.

By : Regina MS