Ujung Genteng, 17-18 Mei 2008.
Ujung Genteng is a remote coastal village, some 150 kilometers from
Sukabumi. It took five hours to reach the village by private vehicles from
Sukabumi because of the poor roads.
Public transportation does not reach the village as normally people would
stop at the nearest village Jampang Surade and then walk along a dirt road
to reach Ujung Genteng.
Fishing is the main source of livelihood for Ujung Genteng villagers.
Ya, itulah Ujung Genteng, Sebuah daerah wisata yang masih cukup alami, masih
cukup bersih dan tidak terlalu ramai.
Gimana ceritanya sampai berkunjung ke Ujung Genteng ?
Semuanya serba tiba-tiba dan tanpa persiapan.
Hari Jumat malam, sekitar jam 20.00, aku chatting ama Riyandi, dan kami
berbicara mengenai blog, mengenai les drum, mengenai foto, mengenai
seorang
backpacker yang sangat menginspirasi kami, dan akhirnya mengenai rencana
riyandi hunting foto ke Ujung Genteng bersama teman-teman lab nya dari
STT
Telkom.
Entah bagaimana (sepertinya karena terinspirasi oleh backpacker dan karena
melihat foto-foto Ujung Genteng yang menabjubkan-Riyandi menambahkan bahwa
ujung genteng adalah surganya fotografer) aku kemudian tertarik dan bilang
"Eh, gw ikutan ke Ujung Genteng yak" tanpa persiapan apa-apa :D
Paginya, aku ke tempat Adhy buat pinjem tas (tas ku udah rusak berat) dan
kemudian jam 9.20 berangkat menuju ke Ujung Genteng. Asyiknya, aku sama
sekali gak tau jalan ke ujung Genteng, hanya dikasih tahu, bahwa untuk ke
Ujung Genteng, aku harus melalui Sukabumi. Padahal jalan ke Sukabumi aja gak
tau, dan hanya tau bahwa Sukabumi itu (jika dilihat di peta) ada di bawah
Jakarta :D
Akhirnya, setelah bertanya pada banyak orang, tahulah bahwa untuk ke
Sukabumi, harus melewati Bogor. Sip, dengan ditemani lima buah lagu di
Handphone Sony Ericcson + Headset Walkman Series, aku berangkat menuju Ujung
Genteng.
Kemudian masalah pertama datang, ternyata aku gak tau jalan keluar dari
Jakarta menuju Bogor, so ketika di UKI, aku bingung dan sempat nyasar ke
arah Bekasi. Beruntung nyasarnya belum terlalu jauh (karena melihat tanda
jalan bahwa jalan yang kulaui menuju Pondok Gedhe, dan itu daerah Bekasi,
bukan Bogor! -- bener ga? )
Singkat cerita, aku sudah dalam perjalanan melewati Cibinong, Kota Bogor dan
kemudian akhirnya Sukabumi. Di Sukabumi inilah aku dan Riyandi dkk janjian
untuk bertemu. Akhirnya kami bertemu di Masjid Agung Sukabumi. Sungguh
kebetulan bahwa rombongan dari Bandung (6 orang --
Riyandi,
Rizzurant, Max_steel, ehm...
yang tiga lagi namanya siapa yak, lupa.. maaf, nanti kuupdate setelah
ingat-- menggunakan 3 motor) dan rombongan dari Jakarta (1 orang
--silverant-- menggunakan satu motor) hanya berbeda sekitar 7 menit sampai
ke Masjid Agung Sukabumi (aku sampai di Masjid Agung Sukabumi sekitar jam
13.30). Berati Jkt-Sukabumi ditempuh dalam waktu 4 jam, cukup lama memang,
karena macet di mana-mana, mungkin karena libur panjang juga (Bagi yang
mengambil cuti di hari senin, bisa mendapatkan libur 5 hari karena hari
selasa adalah hari waisak).
Setelah Sholat Duhur, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Ujung Genteng.
Dari Bapak yang menjaga tempat parkir masjid, kami diberitahu jalan
'terbaik' menuju Ujung Genteng.
Wah... ternyata jalan ke Ujung genteng, benar-benar paraaaaaaaah T____T
jalannya rusak berat, jadi hanya bisa dilalui dengan kecepatan rata-rata
35km/h.
Ketika sampai di pertigaan Ciareuy, kami sempat terhenyak waktu melihat
papan penunjuk jalan. Waktu itu sekitar jam 15.30, dan di papan penunjuk itu
tertulis bahwa Surade (seperti nama ninja cewek dalam film Naruto) masih 90
Km dari tempat tersebut !!
Wow.. dengan kondisi jalan seperti ini, sampai di Ujung Genteng jam berapa
ya ? Padahal dari Surade ke Ujung Genteng (jika dilihat dari peta) masih ada
setengahnya lagi... hiks...
Tapi dengan kebulatan tekad, jadilah kami melanjutkan perjalanan... dalam
perjalanan kami sempat 'bertarung' dengan dua buah 'truk setan' (truk sopir
yang mengemudi dengan cara yang ngawur, dan menutup jalan kami untuk
menyalip).
Sebenarnya, jika jalannya mulus sih, mudah saja untuk menyalip mereka,
sayangnya jalan yang buruk membuat kami sangat susah untuk mendahului dua
truk setan ini.
Ternyata keasyikan belum berakhir, di tengah jalan ban salah satu motor kami
bocor sehingga harus ditambal, padahal di daerah terpencil seperti itu
(dimana jarak antar penjual bensin eceran saja sangat jauh), tentu saja
penambal ban juga sangat jarang, tapi untungya ban bocor hanya beberapa
ratus meter dari panambal ban terdekat-untuk kejadian ini, saya tidak ikut
merasakan karena saya sudah berada jauh di depan dan saat itu sedang
menikmati kopi panas dan ditemani cewek cantik, anak penjual kopi di 'kota'
terdekat (di depan kantor polisi Pasawahan, warung makan sebelah toko alat
tulis, anak gadisnya cantik lhoo... mungkin umurnya sekitar 16 tahun) :D
Setengah jam kemudian, sekitar jam 18.30 sampailah rombongan 'ban bocor' dan
kami melanjutkan perjalanan lagi. Dan kali ini perjalanan jauh lebih
menantang bagiku. Sudah bukan rahasia lagi bahwa aku tidak ahli dengan
perjalanan malam hari. Selain lampu motorku yang sangat remang-remang (kalah
ama lampu senter) dan menghadap ke atas, mataku pun agak kurang baik untuk
melihat malam hari (kenapa ya?), ditambah minus yang gak kupakein kacamata
(pake softlens sih, tapi kalo lagi naik motor gak dipake).
So perjalanan malam itu sungguh mendebarkan bagiku, apalagi punya pengalaman
buruk dengan berkendara di malam hari (pernah jatuh)... Yang bisa kulakukan
hanyalah mengikuti motor di depanku dengan tepat, ban motorku harus
menginjak jalan yang diinjak ban motor di depanku agak tidak mengenai
lubang. Namun hal ini ternyata bukan perkara yang mudah, dengan kecepatan
kira-kira 40km/jam dan ku maintain jarak antara motorku dengan motor di
depanku sekitar 2m, tetap saja aku beberapa kali terkena 'ranjau' jalan
berlubang, bahkan ada lubang yang karena terlalu dalamnya membuat
pergelangan tanganku 'cedera'.
Dan.. ups... masih ada keasyikan lagi, selama perjalanan malam yang panjang
itu tidak terlihat penjual bensin eceran.. akhirnya setelah bertemu Pom
Bensin resmi, kami pun berhenti, tapi... wuih.. antrinya parah banget.
Bahkan Bapak-bapak yang sedang mengantri di situ berkata bahwa ada mobil
yang sudah mengantri selama 3 hari untuk mendapatkan bahan bakar, padahal
saat itu beberapa motor kami sudah kehabisan bensin.
Kemudian kami memilih membeli bensin eceran yang terdapat di dekat Pom
bensin tersebut daripada mengantri. (Lho katanya gak ada penjual bensin
eceran? Hehehe.. ternyata ada kok, cuma waktu itu aku gak liat, ternyata
beberapa ratus meter sebelum pom bensin, di depan masjid, ada penjual bensin
eceran maaf... :p)
Di pertigaan terakhir sebelum Ujung Genteng, kami menemukan Indomaret yang
cukup besar untuk ukuran 'kota' di situ. Indomaret ini tampaknya buka hingga
larut malam, dan cukup lengkap, so bagi yang ingin ke Ujung Genteng, tidak
perlu khawatir akan bekal makanan. Di situ lengkap kok. Eh iya, di Indomaret
ini harus pake uang cash, soalnya belum punya mesin EDC buat bayar pake
'gesek' kartu :)
Akhirnya....setelah mengendarai motor selama 2,5 jam yang sangat
menantang... sampai juga ke Ujung Genteng...(di pasar ikan Ujung Genteng)
Waktu itu jam 20.44, langsung deh kami semua merasa bersyukur, akhirnya
telah sampai juga ke Ujung Genteng, tak lupa aku mengirim sms kepada orang
yang kusayang, mengabarkan bahwa (akhirnya) aku sudah sampai... :)
Setelah itu, kami kemudian mencari 'tempat wisata' nya yang katanya (kata
seorang penduduk) kalo malam minggu ramai sekali.
Nah, jalan ke tempat wisata ini ternyata melalui hutan-hutan yang gelap
gulita... bahkan beberapa dari kami sangat ketakutan dan tidak mau motornya
berada pada posisi paling belakang (mungkin takut diculik oleh makhluk
halus) :D :D
Apalagi ketika di tengah hutan tersebut melihat bangunan tua (mungkin bekas
benteng ??) yang dengan diterangi sinar bulan purnama yang pucat, tampak
sangat mengerikan... kami semua hanya bisa mengendarai motor dengan terdiam
(hi hi hi pasti lucu kalo ada kamera yang menyorot wajah kami waktu itu :D
). Dan ternyata, yang dikatakan 'ramai kalo malam minggu' itu adalah
keramian semu, tidak ada orang sama sekali di pantai ! Ramai apanya !!??
rame hantu nya kali yak :p
Akhirnya, setelah puas melihat tiga pantai di seberang hutan, dan menentukan
tempat besok pagi akan mengambil foto sunrise, kami semua keluar dari hutan,
dan kali ini misi kami adalah mencari penginapan.
Ternyata, banyak sekali penginapan di sekitar situ, mulai dari penginapan
yang biasa sampai dengan yang 'ditemani'.
Wuih.. ngeri juga yak...
Setelah bertanya-tanya ke beberapa penginapan dan ternyata penuh semua (kami
hanya bertanya kepada penginapan yang biasa, tidak yang ditemani), akhirnya
kami bertemu dengan seorang penduduk yang merelakan rumahnya untuk disewa,
sehingga beliau, istri dan anaknya terpaksa tergusur untuk dua hari.
Kami mendapat harga 350rb untuk 2 hari. Harga yang relatif murah karena
dibagi 7 orang, yang berarti Rp 25.000 sehari :) Dengan harga segitu, kami
sudah mendapat fasilitas cukup lengkap (namanya juga rumah), mulai TV, DVD
player, tape, kompor, piring, gelas, sendok... yaa lengkap lah.. soalnya
rumah tsb memang untuk ditinggali... bahkan ada dua buah kipas angin juga di
dua kamarnya.
Setelah mandi dan makan mie, kami pun tidur pulas, tidur malam itu sangat
enak.. mungkin karena sudah kelelahan selama hampir 12 jam berkendara di
atas sepeda motor. (ini adalah waktu terlama keduaku di atas sepeda motor,
rekor terlamaku adalah 15 jam, waktu melakukan perjalanan dari
Parakan-Jogja-Kebumen-Bandung dalam keadaan hujan lebat di separuh
perjalanannya).
Paginya, jam 05.30 kami buru-buru menuju pantai... meski masih ngantuk dan
masih lelah, namun semua itu tidak menghalangi kami untuk melihat sunrise
(apalagi aku kan jam 09.00 pagi akan kembali ke Jakarta, jika tidak mendapat
sunrise ini, buat apa capek-capek 12 jam perjalanan ke Ujung Genteng?)
Riyandi sang fotofrafer sudah duluan berangkat, dan aku menyusul. Sampai di
pantai... matahari sudah mulai naik... tapi ada satu masalah... Mana Riyandi
? Masalahnya, meski aku membawa kamera SLR analog (Canon EOS 88) bukan
berarti aku jago fotografi, justru kebalikannya.. aku mau minta diajari ama
Riyandi cara motret, dan masalahnya Riyandi malah tidak berada di pantai
yang 'dijanjikan'...
Wah.. masa gak jadi motret ? Karena udah bawa kamera, akhirnya kukeluarkan
juga si kamera dan tripodnya, dan jepret-jepret ngasal (soalnya malu ama
temen-temen yang lain yang berada satu pantai denganku kalo ketahuan aku gak
bisa motret) Dan untungnya kameraku analog, so mereka gak bisa tau hasilnya
bagus atau buruk, ha ha ha ha
Suasana pantai di pagi hari, sungguh menyenangkan, apalagi pantai Ujung
Genteng sangat sepi dan indah... bagaikan memiliki pantai pribadi deh...
yang ada di pantai saat itu hanya kami bertujuh !
Setelah matahari mulai naik... kami kemudian mencari
pantai lain yang enak untuk berenang... ternyata pantai di Ujung Genteng
sangat bermacam-macam... ada yang dangkal, yang dalam, yang aquarium, yang
ombaknya besar dst. Pantai nya juga bisa dilalui motor, kerena itulah kami
dengan cepat bisa berpindah dari pantai satu ke pantai lainnya, dengan
menyisiri pantai menggunakan motor.
Pokoknya asyik deeeh...
Setelah puas, kami pulang ke penginapan untuk menuju ke tujuan berikutnya...
Sayang, kali ini tujuan kami berbeda... Aku harus pulang karena hari senin
masuk kerja, sementara yang lain akan melanjutkan 'perburuan' (mencari air
terjun) Haduuuuh penginnyaaaaa T_____T
Jam 10.00 WIB, kami berangkat bersama dengan tujuan yang berbeda... hiks...
Tepat Jam 10.20 kami berpisah, rombongan 6 orang belok ke arah kiri
(Ciracas) untuk memburu air terjun, sementara aku lurus (menuju ke Pelabuhan
Ratu).
Kali ini aku memilih jalur Pelabuhan Ratu karena kata Bapak pemilik warung
yang anaknya cantik, jalur Pelabuhan Ratu jalannya lebih baik. Dan memang
benar, selain jalannya lebih baik, pemandangannya juga lebih indah, ada
beberapa tempat yang mirip dengan puncak meski tanpa kabutnya... aku sempat
berhenti beberapa kali untuk sekedar menghabiskan Roll film..
Selain itu, perjalanan pulang ini lebih kunikmati, tidak ngebut, banyak
berhenti (foto-foto, minum kelapa muda dari buahnya langsung - harganya Rp
2500, istirahat di pom bensin, makan siang, dan bahkan sempat mampir ke
rumahnya Iway). Sampai di Slipi, Jakarta Barat sekitar jam 18.50.. dan
selesailah perjalanan ke Ujung Genteng yang melelahkan namun mengesankan
itu...
Jika kamu punya libur lima hari, aku sangat menyarankan untuk ke Ujung
Genteng, meski sangat jauuuuuuh, tapi sangat sepadan kok (apalagi kalo
jalannya sudah dibenahi), dan aku sarankan agar kamu (termasuk yang dari
Bandung) agar melewati jalur Cibadak.
Dari arah Jakarta, kamu akan menemui Cibadak ini sebelum memasuki kota
Sukabumi, bagi yang dari Bandung, jika mau ke Cibadak, harus melewati
Sukabumi dahulu ke arah bogor kemudian belok kiri di pertigaan yang mengarah
ke Pelabuhan Ratu (ada penunjuk jalannya kok, tenang aja :p ) tapi kalo
liburannya hanya 2 hari... ehm... sebaiknya jangan.. karena kamu akan
terlalu kecapekan ketika masuk kerja pertama kali.
Foto-fotonya gimana ? Ehm... ntar kalo udah ku cuci cetak, dan ternyata ada
yang bagus (sebenarnya gak yakin ada yang bagus sih...) akan ku upload kok
:)
Kata Om Rizzurant, next trip nya ke Pangandaran... humm.. asyik nih :)
Semoga bisa ikutan bertualang lagi :)
Hayuk pada ikutan yuuuk !